"Kita ke mal yang ada di seberang sana saja."
Jane menunjuk ke gedung di seberang kantor Sadewa. Dia merasa perlu untuk berpindah tempat terlebih dahulu.
Maya menurut saja. Dia tidak ingin bertanya lagi. Biarkan Jane yang akan menentukan. Toh, memang Jane yang mengajaknya.
Jane dan Maya hanya menyeberang lewat jembatan yang menghubungkan kedua gedung. Mereka terbiasa jika dekat tidak akan menggunakan mobil. Terbiasa di Singapura berjalan kaki saja.
"Jakarta ramai sekali kendaraannya. Kau tidak rindu Singapura?" tanya Maya untuk berbasa-basi dengan Jane.
Jane menggeleng. Dia merasa sudah datang ke Singapura bulan lalu. Jadi tidak merasa keberatan untuk tidak ke sana lagi.
"Oh, kau yang paling Indonesia sekali ya," ujar Maya sambil terkekeh.
"Tidak kok. Aku masih cinta Singapura," sahut Jane.
Maya diam kembali. Dia seperti merasa sulit memulai hubungan baik lagi dengan Jane. Seperti ada benteng yang dibuat putrinya itu.
"Kita ke kedai itu saja."