["Ah senang sekali saya bisa berkomunikasi dengan anda, Pak Nakula."]
Tawa menggema di bibir Asmar. Dia terlihat begitu senang dengan perbincangan bersama Nakula, meski harus via media seperti ini.
"Iya Pak. Terima kasih atas hubungan yang baik ini."
["Ah, by the way, Pak Nakula. Apa Ibu Jane tidak ada di sana? Beberapa kali saya kirim pesan tidak menjawab."]
Nakula langsung tersenyum kecut. Di depannya, bisa-bisanya Asmar berkata selantang itu. Padahal di lain waktu juga bisa.
"Bu Jane sedang sibuk dengan pekerjaannya Pak. Jadi tidak mungkin saya melibatkan beliau. Kita langsung intinya saja."
Nakula tidak mau berbasa-basi lagi. Dirinya cukup geram dengan sifat terang-terangan yang dilakukan Asmar.
["Ah baiklah kalau begitu. Kita bahas yang urgensi dahulu. Karena dua hari lagi, saya juga akan ke Jakarta. Hingga kita bisa lebih luas lagi dalam berdiskusi."]
Nakula cukup terkejut dengan berita ini. Dia belum tahu perihal ini.
