Bara masih menatap gadis itu lekat sembari berjalan mengitari meja dan juga masih mempererat rengkuhannya pada Liana. "Apa kamu pikir aku tidak sanggup memenuhi kebutuhanmu sampai kamu berpikir untuk bekerja? Lalu, bisa memperoleh kebebasan dan juga bisa dengan mudah mengumbar statusmu sekarang. Begitu kah pikiran licikmu membuat rencana? Iya?" Bara begitu mendominasi sekarang namun hal itu sama sekali tak membuat Liana gentar.
Sungguh Liana malah bingung dengan cara berpikir Bara ini. Juga cara berpikir Nyonya Almira yang seperti selalu menganggap dia hendak memanfaatkan kekayaan bahkan merasa bangga telah berhasil menikah dan menjadi satu kesatuan dari keluarga itu. Padahal sama sekali Liana tak pernah terbesit pikiran seperti tersebut.
Dulu dia memang menyukai Bara, mencintai pria itu dan begitu mengagumi nya bahkan sampai mengkhayalkannya sepanjang waktu. Liana juga sempat merasa begitu bahagia karena memiliki harapan untuk bisa benar-benar menikah dengan Bara.