Chereads / Aku Dan Abangku / Chapter 3 - Cantik Tapi Jorok

Chapter 3 - Cantik Tapi Jorok

Aku mungkin tak menyadari kecantikan yang tersirat diwajahku . Kulit ku kuning langsat , mata bulat dan hitam, rambut tipis dan ikal, aku memiliki hidung tidak mancung dan bibir sexy dan tipis yang pasti senyumku sangat manis. Ke cantikan ku tertutupi oleh kebiasaan jorok ku yang kurang memperhatikan penampilan seperti merapikan rambut , kurang dalam penampilan misalkan saja malas cuci kaos kaki dan bila dicium bau naga hehehe. Mana ada cowok yang mau mendekati ku serta baju seragam kegedean sunguh terlihat kono dan kucel.

Aku sebenarnya memiliki hati yang lembut yang jarang orang ketahui tentangku serta suka menolong. Kerap kali aku mencuri jualan hanya untuk berbagi pada teman ku yang kekurangan . Dan orang tua ku tidak menyadarinya, aku kasihan karena kelap kali mereka penuh kekurangan untuk bisa makan ikan alhamdullilah dan hatiku terusik untuk membantu meskipun tidak besar dengan membawa jajanan atau hadiah boneka atau pun uang meskipun tak banyak. Maaf bukanya ria tapi itu adalah cerita ku dulu.

Aku duduk menjaga warung kalau ketiduran ayahku marah dan kadang memaki aku. Meskipun berat yang aku tempuh dengan bullian, tugas sekolah menumpuk bahkan rasa cape tapi aku tidak menggeluh sedikit mental ku mulai menciut bahkan aku kerap kali menyalahkan tuhan kenapa aku terlahir sebagai perempuan pikir ku yang polos.

Abangku selalu bahagia dia mendapat apa yang dia inginkan sedangkan aku dan Dede hanyalah sekedarnya bahkan uang jajan yang lebih sudah bersyukur.

Sebelum aku bertemu dengan Revi yang merubah penampilanku menjadi cantik dan menjadi perempuan yang suka merawat penampilan dan kebersihan, aku bercerita tentang hidupku yang malang disekolah.

Aku waktu itu berjalan menyusuri kehidupan yang sangat aku benci dan aku benar benar benci pada kehidupanku yang sebenarnya menjadi seorang perempuan.

Malam itu malam selasa aku masih ingat sambil duduk dimuka warung, abang ku pergi jalan jalan sama teman temanya sedangkan aku duduk tengah memakai baju kupu kupu yang baru dibelikan ibuku.

Warnanya indah ping disertai jumbai yang sesuai dengan warnanya , aku mulai menggoles sedikit lipstik dan bedak membuatku terlihat cantik. Tapi kenapa kalau disekolah aku terlalu bodoh dan tidak percaya diri berdandan bahkan semakin bodohnya aku tidak pernah memperhatikan kebersihan pada diriku.

******

Tidak terasa kami sudah mulai undangan tepat pada tahun 2005 yang seingat ku untuk kenaikan kelas. Aku sudah menyiapkan trip khusus semua dari rumus fisika , sudah ku siapkan sebagai bahan contekan ku nantinya.

Ketika semua lembaran soal dibagikan aku hanya tersenyum, sebab apa yang ku tulis setidaknya separo keluar dari soal itu.

Tidak cuma aku teman temanku juga melakukan yang sama termasuk si Ita yang suka membulli ku . Otaknya saja tidak cerdas dia hanya mengandalkan fisik dan penampilanya saja yang aku anggap kelebihan dari dia.

Ulangan berhasil dengan sempurna, aku keluar dan lagi lagi menatap dari kejauhan tentang abangku yang tertawa ria bahagia bersama teman temanya . Aku menatap dia berlarian sepak bola sepertinya mereka sedang bermain dilapangan cukup besar dan banyak siswi disekolah tepuk tangan terhadapnya sempurna pikirku.

Sebuah lamuanan ku terhenti kala aku melihat Irawan lewat dia memiliki tubuh tinggi dan putih serta wajah tampan bersama Putra dia juga cowok pendiam dan tak kalah tampanya. Entah kenapa aku sangat suka memandang mereka tapi sayang mereka memiliki pacar dan juga cantik.

Sebenarnya itu bukan perasaan suka tapi kagum atas fisik mereka sempurna, aku sebenarnya penasaran akan katanya pacaran karena jujur diusiaku belia yang ke 13 tahun tidak pernah mengerti akan namanya pacaran.

Aku memang penggemar pria tampan , entahlah fisik no satu bagiku sebab ketika menikah kita tidak akan bosan memandang laki laki yang akan menjadi suami kita kelak pikir ku dalam polos.

Suara lonceng berbunyi tandanya masuk lagi, aku sudah makan dirumah jadi rasanya malas ke kantin dan aku pun masuk dikelas menuju kursiku.

Aku tau hari ini mereka mencibirku dengan tatapan mereka tapi aku sekuat hati sabar dan tegar aku yakin nanti suatu saat akan tiba masaku memiliki banyak teman meskipun aku masih belum mengerti apakah harapan itu dikabulkan .

Dalam setiap ulangan kenaikan kelas ada dua mata pelajaran yang akan kami ikuti setiap harinya contohnya pagi bahasa inggris dan siang matematika dan seterusnya sampai semua mata pelajaran berikutnya .

Aku sudah mulai bosan dan kepalaku pusing tapi menunggu waktu pulang , ketika lonceng berbunyi aku mengumpulkan tugasku dan siap pulang .

Mata ku mencari teman yang bisa aku ajak pulang sambil ngobrol tapi tidak ada ya mau tidak mau aku berjalan pulang sambil membawa payung lipat untuk menutup panas matahari ditubuhku.

Dan ketika aku baru sampe dirumah ku dengar ada pertengkaran hebat antara mama dan abah , entahlah aku tidak terlalu mengerti tentangnya aku hanya mengganti baju dan kemudian cuci tangan dan makan.

Awalnya aku tidak mengerti sebenarnya terjadi, tapi lebih keujungnya ada kejanggalan kalau tidak salah aku dengar ditipu ya.. jelas abah ditipu oleh teman sekaligus kerabatnya tapi tidak terlalu banyak juga namun mama marah pada abah.

Aku sebenarnya biasa sudah mendegar abah sama mama bertengkar dan itu sudah biasa ditelingaku tapi kalau masalah ditipu itu adalah awal yang baru yang sangat jarang aku dengar.

"Aku sudah bilang jangan terlalu percaya.. kenapa kamu bodoh selalu percaya pada orang itu.." ucap mama dalam tangisnya.

"Aku juga tak mengerti begini... bahkan semua buku tabungan yang mereka buat tidak ada isinya sama sekali" jawab abah.

"Tapi kenapa kamu sering dibohongi.. sudah jangan kesana kemari ikut mereka kau pilih aku dan anak anakmu atau teman temanmu yang sialan itu" ucap mama penuh amarah . Abah terdiam dia tidak bisa berkata apa apa lagi dan itu aku dengar dengan Dede abang ku yang no dua. Aku selalu memanggil Dede bukan kakak karena sejak kecil namanya sudah biasa lekat dimulutku .

Kami berdua sama sama diam jujur kami terlalu belia mengetahui semua itu tapi kami cukup prihatin namun tidak bisa berbuat banyak akan orang tua.

Seperti biasa aku menunggu warung dan sambil menulis cerpen pendek agar kantuk ku tidak ada dimata ku . Ku lihat mama dan abah sudah tidak bertengkar aku menghela nafas dan berdoa semoga saja tuhan masih memberkahi kehidupan kami.

Dan ketika aku menulis ku lihat ada seorang pria dewasa membeli rokok dan parfumnya melekat dihidungku, dia tampan tapi menurutku ya tua maksudnya dewasa dan tubuhnya agak tinggi dengan senyuman menggodaku.

Sontak membuatku terasa kikuk ya.. aku tidak mengerti soal pria tapi aku tau soal cinta ya karena gadis bila sudah haid pasti sedikit banyak ada aura mengenal tentang cinta.

"De.. aku beli rokok gudang garam satu" ucapnya padaku.

"Berapa kak belinya" sahut ku.

"Satu.. berapa harganya de" katanya menatapku

"12 ribu kalau yang besak ka" jawab ku.

"Kamu temanya Teja ya.. aku keluarganya dari Palangka " sahutnya penuh senyuman padaku.

"Iya." jawabku dengan malu. Dia pergi dengan senang aku tidak mengerti bagiku dia agak sedikit genit matanya tapi jujur aku suka bau parfumnya.