Chereads / Another hole / Chapter 1 - 1. Meregang Nyawa

Another hole

SapuLidi_20
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 2.4k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - 1. Meregang Nyawa

Ryu berlari menelusuri perumahan yang ada di Denenchofu. Matanya dengan ganas mencari rumah nomor 20. Setelah berputar cukup lama tak sengaja matanya melihat sebuah mobil yang dia kenal memasuki salah satu rumah.

"Takamura!." Teriakan Ryu tidak begitu keras akibat kelelahan setelah berlari belasan kilometer. Ryu memegang dadanya yang sesak. Dengan sisa terakhir tenaganya Ryu berlari seperti kijang tetapi tidak berhasil sampai tepat waktu karena Takamura telah memasuki rumahnya. Dengan nafas yang tidak beraturan Ryu mengetuk pintu rumah itu.

"Takamura! Takamura!." Ryu mundur beberapa langkah saat pintu dibuka. nafasnya berangsur-angsur membaik.

Takamura keluar dari dalam rumah menggunakan setelan formal. Takamura menatap penampilan Ryu yang berantakan dari atas ke bawah.

"Izinkan aku masuk." Ryu mendahului Takamura yang terdiam membeku di ambang pintu. Lepas dari keterkejutannya Takamura mengunci pintu dan berjalan masuk kedalam mengikuti Ryu.

"Ryu, apa yang terjadi padamu?." Takamura duduk disamping Ryu. Takamura meraih gelas dan menuangkan air dimeja sampingnya dan menyerakan pada Ryu.

Ryu menerima air itu meneguknya sekali dan lekas menceritakannya seluruh kejadian dari awal hingga akhir.

"apa!? Mike mengkhianati organisasi?." Takamura hanya menatap Ryu tak percaya. Ryu menggebrak meja cukup keras.

"Itu benar, syukurlah aku masih bisa selamat dari kejadian itu." Ryu merebahkan dirinya di sofa empuk Takamura.Takamura mengeluarkan ponselnya dan menelfon seseorang.

"Bukti yang kau pegang lemah dimata hukum. Bagaimana kalau kau ke Yokohama menyelidikinya sekarang dan aku akan menyusul dengan membawa anggotaintel tarlatih kita." Takamura menatap Ryu dalam, mata hitam pekat Takamura menimbulkan getaran aneh di hati Ryu, namun dia menyampingkannya.

"Baiklah aku akan ke Yokohama sekarang. Bisa kau pinjamkan mobilmu? Mobilku berada jauh dari sini. Aku sudah tidak sanggup berlari mengambilnya." Ryu menatap Takamura dengan wajah lesu. Dalam hati terdalam Ryu kurang setuju dengan rencana ini, namun pihaknya tidak cukup bukti sehingga dia harus segera mengintai dan membawa bukti yang kuat.

"Ini." Takamura memberikan kunci mobil yang asing dimata Ryu.

"Kau membeli mobil baru?." Ryu menerimanya dan segera berjalan ke arah mobil yang di tunjuk Takamura.

"Tidak." Sahut Takamura pendek dan datar. "Aku harap kau tenang setelah semua ini."

"Yayaya." Ryu memutar ke dua bola matanya.

Perlahan mobil Ryu meninggalkan kawasan perumahan Denenchofu. Mengebut secepat mungkin agar sampai secepatnya di Yokohama.

***

Setelah mengendarai mobil beberapa jam akhirnya Ryu sampai di Yokohama. Mata Ryu meneliti di setiap detil jalan bahkan gang-gang kecil. setelah dirasa aman Ryu segera memarkir mobil untuk kembali menyusup.

"Aku harap belum terlambat." Ryu memarkir mobil ditempat strategis, cukup dekat dengan lokasi namun tidak terlalu mencolok. Ryu berjalan sambil memakai masker dan topi hitam. Rambut pirangnya dikucir satu kebelakang.

Ryu berjalan ke atas salah satu gedung yang tingginya sejajar dengan tempat pertemuan pemberontak negara. Dengan cekatan memasang perlengkapan untuk meloncat berpindah gedung. Ryu memasang sebuah earphone di telinga kiri.

"Takamura, aku sudah sampai dan akan masuk lewat atap bangunan. Kau bersiap dahulu, tempat pertemuannya ada di lantai 10. Nanti aku akan memberimu aba-aba." Naruto menyelinap masuk kedalam.

"Ya." sahut Takamura.

Ryu mengernyit bingung. Kenapa penjagaan cukup lengah? Apa mungkin mereka cukup percaya diri. Bukankah ini pertemuan mereka untuk membahas hal-hal penting? Atau ini jebakan?

Ryu berjalan mengendap kemudian memukul seorang mafia yang kebetulan lewat sendirian hingga pingsan kemudian mengikat dan menyembunyikan tubuhnya. Ryu segera memakai pakaian dan id card dari orang tersebut. Ryu mengenakan sebuah masker hitam dan kacamata hitamnya kemudian berjalan santai.

Sebuah pintu terbuka, banyak orang berjas hitam keluar. Salah satu dari mereka berjalan mendekati Ryu dan berbisik.

"Tuan Wei, kenapa anda berdiri sendiri disini? rapat akan segara dimulai." mendengar perkataan itu Ryu mulai menegang dan batuk kecil untuk menetralkan suaranya.

Ryu mengikuti pria yang membisikinya itu, memasuki sebuah ruang dimana banyak orang tengah menyambutnya. Ryu cukup tegang namun berusaha setenang mungkin agar tidak ada yang curiga.

"Tuan Wei anda telah ditunggu. Mari ikuti saya." Ucap seseorang dibelakang Ryu.

"Hemm. Ya." Ryu berjalan mengikuti orang itu memasuki sebuah ruangan bernuansa rosegold.

"Ohh. Tuan Wei atau bisa ku panggil... Seiryu Korekuni?." Orang itu membalikkan tubuhnya. Senyuman bengis terpampang di wajahnya. Ryu sangat terkejut hingga ke titik hatinya sangat sakit.

"Kau.. ketua Fu!?." Ryu merasa sedikit sesak. Penyamaranya telah terbongkar, perlahan Ryu melepaskan masker dan topi hitamnya.

Nafas Ryu tercekat tidak bisa menerima perubahan situasi yang terjadi saat ini, tatapan kosong Ryu di sambut sebuah tinju keras di wajah. Rasa sakit hati mengalahkan kekecewaan yang tidak pernah bisa dibayangkan sebelumnya.

"Monyet dungu! Meskipun kau masuk dalam peringkat pertama dalam seleksi, kau fikir kau yang terbaik? menegakkan keadilan dungu dari otakmu. Kau menjebak keluargaku dalam kasus narkoba setahun yang lalu. Dengan bodohnya kamu melepaskan aku dari tuduhan itu. Kurasa aku harus berterimakasih padamu. Namun, kamu akan menggagalkan seluruh rencanaku jika kamu masih hidup. seluruh tragedi yang menimpamu adalah ulahku, hahahaha! Aku yang membunuh keluargamu. lihatlah orang bodoh yang membela orang yang mencelakai keluarganya! keluargamu akan menangis dalam neraka, lebih baik segera menyusul mereka!." Pria itu tertawa keras.

"Ah.. jadi.. itu kau... Hingga titik darahku yang terakhir. Aku bersumpah akan membunuhmu. Dikehidupan manapun aku akan mengejarmu-."

Suara tembakan memenuhi ruangan itu. Ryu dengan sekuat tenaga mencoba melarikan diri. Tidak ada jalan lain, Ryu memecah jendela mengaitkan tali dan terjun dengan sangat cepat.

"Aku akan membunuhmu!." Ryu berteriak sambil mengacungkan jari tengahnya.

"Takamura, dimana kau?." Ryu mengernyit. Khawatir terjadi sesuatu pada Takamura, Ryu berlari namun tersesat. Ryu memasuki kawasan sebuah perumahan yang cukup dekat tidak sengaja melihat Takamura sedang bersantai dengan beberapa orang. Ryu bergegas menghampiri Takamura hendak memukulnya.

Suara dari belakang Ryu membuatnya tidak bisa bergerak, dengan gerakan kaku dan patah-patah Ryu memutar kepalanya. Tatapan Ryu kosong melihat siapa yang berbicara.

"Apa yang kau harapkan? kau hanya sendiri di dunia ini, hahaha." Fu berjalan perlahan mendekatinya dengan senyuman dingin yang menyeramkan.

"Hei, Takamura. itu tidak benar bukan?." tatapan Ryu beralih ke Takamura namun Takamura tetap bungkam dan menikmati teh.

"kau lihat, aku yang menang." senyum lebar Fu membuat Ryu murka.

Ryu mengambil bom asap di sakunya dan melemparkannya sehingga asap memenuhi udara. suara tembakan terdengar nyaring di malam gelap.

Ryu berlari ke arah mobil Takamura yang terparkir, tanpa menggunakan sabuk pengaman Ryu menyetir dengan rasa frustasi memenuhi otaknya. Semua orang didunia ini mengkhianatinya, tidak akan ada lagi yang bisa dia dipercaya.

Tak berselang lama, mobil Ryu tiba-tiba berhenti mendadak membuat kepala Ryu terbentur. Darah segar mengalir didahi Ryu.

"Takamura sialan! mobil ini bisa dikendalikan dia!."

Dengan tenaga terakhir untuk bertahan hidup Ryu berlari menelusuri jalanan sepi. Denyut kencang dikepala membuat pandangan sedikit buram, tetesan darah mengalir memasuki mata. Sambil tetap berlari Ryu berusaha mengusap matanya.

Ryu berlari kencang dengan pengelihatan buram seketika menghantam besi lampu jalanan. Didetik itu juga Seiryu Korekuni menghembuskan nafas terakhirnya.