Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Kehidupan yang tidak adil

Erfin_Patola_5587
--
chs / week
--
NOT RATINGS
1.9k
Views
VIEW MORE

Chapter 1 - Kehidupan yang tidak adil

.Sad boy, itulah julukan yang pantas untuk pemuda itu. Pemuda itu bernama Erfin.

Erfin kuliah sudah menjelang semester 6 di universitas Lalowaru, kota Puhul

Menjelang siang hari, Erfin sedang berjalan melewati lapangan kampus, lapangan sepak takraw , tiba-tiba dia melihat dilapangan sedang berlangsung pertandingan, walaupun hanya pertandingan biasa, yang kalah harus push up 10x. Biasa, hanya bertujuan mencari keringat.

Erfin hanya menontonnya sebentar dan tidak menghiraukannya lagi

Tiba-tiba ada bola yang melewati dirinya lewat diasamping telinganya.

Tidak lama setelah itu, seseorang memanggilnya "Oyy Erfin.." panggil pemuda itu "Tolong ambilkan bola kami yang disana" ucap pemuda itu sambil menunjuk kearah bola takraw

Bola takraw itu sengaja di tendangnya untuk mengenai Erfin, tapi sayangnya hanya lewat disamping telinganya.

Pemuda yang menendang bola itu tadinya berpikir sudah mau menang, dengan skor 20 : 20, tapi dengan kecerobohannya dia salah menendang dan berakhir dengan kekalahannya.

Pemuda yang kalah itu tidak terima dan harus push up 10x, ketika dia melihat Erfin berjalan melewati lapangan, dengan sengaja bola ditendangnya untuk mengenai kepala Erfin untuk melampiaskan kekesalannya.

...

Erfin mengambil bolanya dan melemparkannya kearah pemuda itu dengan pelan.

Tapi pemuda itu menendangnga lagi dan mengenai muka Erfin.

Seketika muka Erfin memerah dengan bekas bola takraw dimukanya dan hidungnya berdarah.

"Hahahaha Aduh..maaf Erfin tadi aku tidak sengaja haha" Ucap pemuda itu sambil tertawa

Walaupun selalu di bully, tapi Erfin hanya bisa pasrah dan ikut tertawa jika orang lain menertawakannya.

"Haha tidak apa-apa, lagian nggak sakit kok" ucap Erfin dengan tertawa pahit

Pemuda lainnya juga tidak bisa menahan tawanya hingga memegang perutnya.

Erfin tidak memedulikannya lagi dan mengusap hidungnya dengan bajunya dan berjalan menjauh dari lapangan.

Erfin yang hanya orang miskin menjadi bahan bullyan di kampus.

Dia tidak punya teman, walaupun ada sebagian wanita mendekatinya tapi Erfin sudah trauma dengan wanita karena 3 tahun lalu waktu dia masih SMA, dia mempunyai pacar, tetapi ternyata dia hanya salah satu dari sekian banyak pacar wanita itu. Setelah wanita itu ketahuan bahwa mempunyai banyak pacar, dia meninggalkan Erfin begitu saja bahkan berkata 'Kamu hanya badut pemapiasanku'.

Karena peristiwa itulah Erfin tidak memercayai wanita lagi.

Erfin memang tampan, tapi hanya dengan ketampanan saja tidak bisa membuat orang bahagia, dedengan ketampanan saja tidak bisa membeli tas hermes, dengan ketampanan saja tidak bisa membuat kita kenyang.

Erfin hanya punya ibu dan tidak memiliki saudara. Sedangkan ayahnyapun sudah tiada.

Dia anak yang tidak pintar berteman, setelah menyelesaikan sekolahnya di sekolah menengah, diapun melanjutkan pendidikan dijenjang universitas. Itupun dengan beasiswa dari pemerintah.

Ada seorang temannya yang tidak mengejek Erfin, bahkan dia mau berteman dengan Erfin.

Erfin hanya bisa menerimanya sebagai temannya tapi tidak terlalu memperdulikannya karena dalam pikirannya teman bisa hilang kapan saja.

...

Waktu sudah menunjukkan jam 1 siang, dan Erfin bertanya di Grub kelasnya tentang mata kuliah apa yang akan masuk.

'Sebentar yang masuk mata kuliah apa ya?' ucap Erfin di dalam grub kelas

Tapi tidak ada yang menanggapinya padahal yang lihat ada 20 dari 35 orang anggota kelas. 36 termasuk dirinya

Erfin tidak mempertanyakannya lagi karena memang sudah biasa diabaikan oleh teman-teman kelasnya.

Erfin berjalan melewati setiap kelas berharap dapat melihat teman-temannya yang akan masuk perkuliahan agar dia bisa masuk juga.

Setelah beberapa saat Erfin tidak melihat teman-temannya dalam kelas dan pergi di gazebo taman kampus.

Erfin melamun, memikirkan kehidupannya yang sekarang ini betapa susah dan sedihnya. Kalau bukan karena memikirkan ibu nya yang memaksa dia untuk kuliah agar kedepannya mendapat pekerjaan yang lebih baik.

Mungkin sekarang dia menjadi nelayan yang hasilnya paling banyak 50rb perhari.

Tiba-tiba ada suara memecah keheningan "Kamu nggak masuk mata kuliah?"

Erfin tersadar, kemudian melihat wanita cantik yang memakai riasan tipis diseberang meja gazebo didepannya.

Wanita itu mempunyai kecantikan alami, tidak bisa disamakan dengan wanita yang lainnya yang dengan riasan tebal.

"Nisa,?!.kayaknya hari ini cuman satu mata kuliah, dan itu pagi tadi". Erfin menjawab secukupnya dan kemudian mengabaikannya.

Erfin dan Nisa satu jurusan yaitu jurusan Ekonomi, hanya beda kelas.

Erfin berada dikelas B dan Nisa dikelas A.

"Ohh..aku juga tidak ada mata kuliah siang ini, hanya pagi tadi juga" ucap Nisa

Erfin kembali menatap kosong pada kejauhan dan tidak mendengar perkataan Nisa.

Bagi Erfin kehidupannya ini sangat tidak adil karena menempatkan dirinya pada kemiskinan dan tanpa keahlian dibidang manapun.

Tidak mempunyai teman lagi dan tidak percaya lagi kepada wanita.

Nisa hanya ingin dekat dengan Erfin, entah kenapa be