Chereads / Sekolah Sihir: Keajaiban Tersembunyi / Chapter 25 - Chapter 25 : Keanehan

Chapter 25 - Chapter 25 : Keanehan

"Kalian sedang apa?" tanya Rival tepat berada di belakang Lyne.

Lyne mengurungkan niat untuk menunjukkan wujud asli di depan Lisa, karena ia tahu, jika Rival mengetahui siapa dirinya, mungkin saja remaja itu tidak akan senggang membunuh dirinya. Lisa bisa lihat tatapan sinis Lyne saat kedatangan Rival, sebelum dia melarikan diri, ia mendorong Lisa dengan cepat Rival menangkap, melihat kepergian Lyne.

"Ada apa dengannya?" tanya Rival, melihat Lisa.

"Entahlah, semenjak kau datang, sikapnya sangat aneh. Aku juga heran ada apa denganmu, kenapa sebagian murid menjauh, padahal kau ini baik." jelas Lisa.

"Terima kasih. Tapi aku mohon jangan menilai aku seperti itu."

"Ke-Kenapa?" tanya Lisa membantah.

"Tidak semua orang baik terlihat baik yang kau lihat hanya sisi luar saja. Kau tidak tau-kan sisi dalam seseorang seperti apa," Rival mencoba mendekati bibirnya di dekat telinga Lisa.

"Mungkin saja suatu hari nanti aku membuat mu kecewa." bisik Rival.

Lagi-lagi iris mata coklat Lisa membesar, terkejut mendengar apa yang diucapkan Rival. Rival menarik kembali dirinya ke dalam posisi semula, mata mereka saling menatap, Rival tahu apa yang ada dipikiran Lisa, tapi ia tidak begitu peduli karena lambat laun seluruh sekolah toh, akan celaka olehnya.

"Rival. Apa kau sejahat itu?" tanya Lisa, masih penasaran.

"Entahlah, aku juga tidak menyebut diriku baik juga."

Lisa menatap lekat mata Rival, merah seperti genangan darah namun dalam.

"Apa kau lihat Green?" tanya Rival merusak lamunan Lisa tentang dirinya atau mungkin ia sudah tahu itu, itu sebabnya Rival mencoba merusaknya.

"Sudah sehari ini dia tidak hadir di kelas dan kamar pun tidak. Kami pikir dia kembali ke kampung halaman karena ada urusan."

"Apa dia selalu tidak pernah berpamitan pada kalian?"

Lisa menggeleng, "Tidak, dia selalu berpamitan pada kami apapun alasannya." jelas Lisa.

Lagi-lagi Lisa melihat raut wajah serius pemilik mata merah darah itu, itu membuat dirinya salah tingkah, tentu saja Lisa berusaha mengalihkan perhatian dengan melihat sekitar untuk membuat perasaan aneh pada dirinya tentang Rival.

"Tidak mungkin aku suka sama dia, kan? Tidak mungkin dia akan suka padaku?" Batin Lisa masih melihat Rival yang sepertinya sibuk melihat sekitar.

"Lisa."

"Hah!" Gadis berambut ikal hitam panjang memiliki mata coklat terang, berkulit sawo matang itu terkejut. Tentu saja itu membuat jantungnya berdebar cukup hebat.

"Aku akan pergi mencari Green. Jika ada yang bertanya soal keberadaan ku, tolong jangan beritahu apapun pada mereka." ucap Rival.

Iris mata coklat Lisa membesar sepertinya dia begitu terkejut dengan apa yang diucapkan Rival. "Tentu saja, mana mungkin dia menyukai ku." Batin Lisa mulai gusar soal debaran tersebut.

Rival menatap dingin Lisa, dengan perlahan mencoba mengangkat tangannya untuk memegang bagian atas kepala Lisa. Gadis pemilik rambut hitam ikal itu terkejut dengan perlakuan Rival.

"Aku tau perasaan yang baru timbul itu. Tapi aku mohon, jangan sukai aku, apapun alasannya." ucap Rival mencoba meyakini Lisa.

Lisa terkejut, ia melangkah mundur. Menatap Rival lalu menunduk, ia bisa merasakan air matanya akan keluar, sebelum itu terjadi Lisa memilih berlari meninggalkan Rival. Rival melihat kepergian Lisa, masih dengan tatapan dingin.

[ "Persetan dengan cinta." ]

"HAH!" Rival terkejut karena lewat batin ada seseorang yang berbicara. Suara seorang pria dewasa, mungkin usianya 20 tahun atau bisa saja lebih.

"Siapa kau?" tanya Rival mencari kesempatan dan berharap pria itu tahu di mana Green berada.

[ "Kau tau siapa aku." ]

"JANGAN BECANDA! SIAPA KAU!"

Hening tidak ada jawaban, yang ada hanya suara angin berhembus lembut menabrak permukaan pipi Rival. Rival mulai tahu apa yang terjadi.

"Begitu rupanya."

~*~

Seluruh mata tertuju pada Lyne yang sedang makan malam, gadis itu begitu tidak mempedulikan apa yang mereka bisikan walaupun itu tentang dirinya. Tentu saja Lisa berusaha baik pada teman satu kamarnya itu, namun dengan terang-terangan Lyne menolak kebaikan Lisa.

"Tidak perlu sok baik padaku!" ucap Lyne membuat hati Lisa semakin hancur setelah perasaannya ditolak oleh Rival, kini teman kamarnya pun bersikap demikian padanya.

Lyne mencoba membereskan peralatan makan malam, tentu saja ini kesempatan Rival untuk mendekati Lyne saat keluar dari kantin. Tentu saja Lisa menyadari itu, dengan inisiatif sendiri ia mencoba mengikuti mereka.

"Bisa bicara?"

Langkah Lyne terhenti, berbalik melihat Rival menatap kurang senang dengan kehadirannya.

"Soal Green?"

Iris mata merah Rival membesar, begitu juga Lisa yang sembunyi pun terkejut saat mendengar itu langsung dari mulut Lyne teman dekatnya sendiri.

"Apa yang kau lakukan padanya?" tanya Rival.

"Tidak ada. Aku hanya mencoba mempertemukan dirinya dengan masa lalunya, itu saja. Jadi jangan khawatir, oke." jelas Lyne.

"Aku tau, bukan dia yang kau maksud, kan?"

Lyne tersenyum tipis, "Sepertinya kau sudah pintar."

Mata mereka saling menatap, penuh kebencian. Lisa begitu panik, ia berusaha untuk tidak melakukan kesalahan agar dirinya tidak ketahuan, tapi sepertinya itu tidak akan bisa karena ia cukup ceroboh dalam hal bersembunyi.

"Apa kau juga mau tau. Lisa?" ucap Lyne tiba-tiba menoleh tempat di mana Lisa bersembunyi.

Lisa terkejut, tangannya sedikit gemetar karena takut dengan sikap Lyne yang menakutkan, seperti ratu kegelapan saja. Lisa berusaha berdiri, mencoba menunjukkan dirinya pada mereka, dirinya semakin canggung saat Rival menatapnya dengan tatapan tidak enak dilihat. "Maaf," ucapnya. "Aku akan pergi dan berpura-pura tidak tau apa-apa." Lisa menundukkan kepala, berbalik dengan pelan mencoba untuk melarikan diri.

"Tidak. Tidak bisa, aku tidak bisa melangkah!" ucap Lisa dalam hati mulai ketakutan.

Rival menatap Lyne. "Lepaskan dia."

Lyne pun menatap Rival memberikan senyuman. "Kalau aku tidak mau, bagaimana?"

"AAKKGG!!" teriak Lisa kesakitan.

"Gua bilang lepasin!!" teriak Rival, membuat Lyne terpelanting jauh begitu juga Lisa karena kekuatan Lyne masih terikat, itu membuatnya ikut terpelanting.

Dengan cepat Rival berusaha menangkap tubuh Lisa, agar tidak terbentur. Tidak seharusnya Rival melakukan itu, karena dia akhirnya kehilangan Lyne.

"Rival. Maafkan aku." ucap Lisa menyesal.

Rival melepas genggamannya pada pundak Lisa. Itu membuat Lisa semakin bertambah merasa bersalah. Rival berusaha berdiri dan melangkah pergi meninggalkannya. Itu membuat Lisa kembali menangis.

"Lisa? Itu kau?" Panggil seseorang.

Lisa menoleh.

~*~

Rival berdiri bersandar pada meja, pandangannya tidak lepas dari pintu berharap Qabil dan Habil segera pulang melalui pintu tersebut. Saat samar-samar telinganya menangkap suara dua pria itu, Rival bersiap untuk menyambut mereka.

"Selamat datang."

Sambutannya membuat kedua pria itu terkejut. Karena baru pertama kali, mereka mendapat sambutan seperti itu di kamar mereka sendiri.

"Hai Rival, apa kau baik-baik saja?" tanya Qabil mulai takut.

"Tidak. Aku ingin bertanya sesuatu pada kalian."

Kedua pria itu menatap Rival dengan serius.