"Cih, Demonize kah?" umpatku.
Marbas mendorong tangan kirinya yang menahan Pleiades dengan mudahnya, membuatku harus terdorong menjauh ke tempatku semula sebelum melesat ke arahnya. Setelahnya, Marbas melakukan sesuatu yang membuatku terkejut.
"Dia membuat pedang dalam waktu singkat?"
"Tidak, dia lebih melakukan Demonisasi pada angin daripada membuatnya,"
"Serius? Dia bisa melakukan hal gila seperti itu?"
"Yah! Tapi itu tidak bisa dilakukan kepada mahluk yang memiliki akal,"
"Maksudmu, aku akan baik-baik saja jika tidak kehilangan akal?"
Pleiades diam tanpa menjawab. Sungguh, kemampuan yang mengerikan. Akan berbahaya jika dia menggunakan Demonize pada Feline.
"Dia datang!" peringat Pleiades.
Marbas mengayunkan pedangnya secara diagonal dengan tangan kanannya. Dengan reflek yang cepat, aku segera menangkisnya menggunakan Pleiades. Kami beradu pedang beberapa kali, sebelum Marbas menggunakan salah satu tehnik dari Sword Mastery: Multi Slash.
"Cih! Padahal dia hanya menggunakan tehnik dasar, tapi sudah sekuat ini?" umpatku pelan.
"Zeldius Sword Technique: Aincrad Level 1, Sonic Leap!!"
Aku mengayunkan Pleiades dari atas ke bawah dengan kuat dan berhasil membuat keseimbangan Marbas hilang. Melihat itu, aku tidak membuang-buang waktu dan segera menggunakan tehnik lain.
"Dragon Sword Technique: Dragon Tail, Thorn Tail Whip!"
Marbas yang belum siap itu harus menerima serangan lanjutan yang aku lancarkan secara horizontal. Dia terhempas sekali lagi jauh ke belakang. Tidak ingin membiarkannya mendapatkan waktu untuk serangan balik, aku segera melesat sekali lagi dan menggunakan tehnik lainnya.
"Beast Sword Technique: Tiger Dance, Claw Splitting the Wind!!"
Ratusan tebasan aku layangkan pada Marbas, membuatnya tidak punya pilihan lain selain bertahan, atau itulah yang aku pikirkan.
"Tehnik pedang yang menarik! Tetapi, itu saja tidak cukup!" ungkap Marbas mengayunkan pedangnya dan menggagalkan tehnik yang masih aku lakukan.
Cahaya ungu mulai menyinari pedangnya dan Marbas pun segera melancarkan ribuan tusukan kepadaku, membuatku hanya bisa bertahan dari serangan tersebut.
"Kuh! Yang benar saja!" umpatku saat menerima beberapa serangannya.
Untuk menghindari serangan lanjutan, aku melompat mundur. Namun nampaknya itulah yang ditunggu oleh Marbas. Sebuah dinding api muncul di belakangku, membuatku harus menerimanya tanpa berhenti. Lagipula itu tidak akan berdampak banyak padaku, jadi ini memberikanku sedikit keuntungan juga.
"Dirimu terlalu menahan diri, apa ini karena ada beberapa warga desa yang melihat?" tanya Pleiades.
"Yah, itu juga termasuk sih. Tapi aku juga harus mencegah kerusakan berlebih, apalagi tidak menutup kemungkinan mereka akan terkena imbasnya," jelasku.
"Kalau begitu, kenapa dirimu tidak memberikan perintah pada gadis yang baru sadarkan diri?" ungkap Pleiades.
Aku pun menoleh kearah belakang, melihat Feline yang telah sadarkan diri dari pingsannya. Aku kira dia akan pingsan lebih lama, tapi ini bagus.
"Feline, kau bisa bergerak?" tanyaku.
"Eh? Ah.. tentu!" balas Feline.
"Bagus! Bisa kau bawa warga yang ada disekitar ke Balai Desa? Mereka mengganggu," pintaku.
"Aku mengerti!" sahut Feline yang segera bangun dan berlari. Namun baru beberapa langkah, dia berhenti.
"Ada apa?" tanyaku.
"Anu.. terimakasih telah memberikan Skill Book itu kepadaku! Berkat itu, aku bisa menyelamatkan banyak orang," jelasnya.
"Heh, tenang saja! Aku akan memastikan membuatmu membayarnya nanti!" balasku.
Feline lalu membungkuk dan mulai melanjutkan tugas yang aku berikan. Saat sudah cukup jauh, aku melihat kearah Marbas yang terlihat tidak peduli dengan Feline. Padahal dia sebelumnya mengincar Feline, apa dia berubah pikiran?
"Apa tak masalah membiarkan gadis itu pergi? Mengingat kau mengincarnya bukan?" tanyaku memastikan sesuatu.
"Jangan khawatir, setelah engkau mati, gadis itu berikutnya," balasnya.
"Kalau begitu, aku sepertinya tidak perlu menahan diri setelah ini yah?" ungkapku.
"Limit Off, Full Burst!!"
Aliran kekuatan besar merembes keluar dari dalam tubuhku. Lalu setelah beberapa saat, aku melesat ke belakang Marbas dan mengayunkan Pleiades dengan cukup kuat.
"Zeldius Sword Technique: Aincrad Level 1, Round Slash!!"
WUSH! SRUUG! SRUUG! BAMN!
Marbas terhempas sangat jauh keluar desa, beberapa kali dia berguling-guling di tanah sebelum menabrak pohon besar dan membuatnya rubuh. Melihat Marbas yang segera bangkit dan menyiapkan beberapa bola api yang diubah menjadi warna ungu, aku segera melesat ke arahnya sekali lagi.
"Demonic Fire!!"
Marbas melempar mereka dengan cepat, tapi aku menghindari semuanya dengan mudah. Kemudian saat aku sudah berada di depannya, aku mengangkat Pleiades dengan tinggi. Namun saat aku melihat Marbas menggunakan Demonize pada kedua tangannya dan berniat melindungi kepalanya, aku segera mengubah langkahku dari ingin menebasnya, menjadi melakukan tendangan berputar ke arah pinggangnya. Marbas sekali lagi terhempas dan berguling-guling. Tapi kali ini, dia menyiapkan tombak-tombak api ungu dan melepasnya tanpa pikir panjang. Begitu juga denganku yang segera menciptakan tombak-tombak air dan melepaskannya.
"Demonic Flare Lance!!"
"Aqua Lance!!"
Tombak-tombak api dan air itu beradu dan menciptakan asap setiap kali saling bertabrakan.
"Kuhahaha! Engkau benar-benar sangat menarik! Siapa sangka masih ada yang bisa membuatku babak belur seperti ini!" ungkap Marbas.
"Sayang sekali, tapi aku sama sekali tidak tersanjung dengan ungkapanmu itu!" balasku yang menyiapkan tehnik pedang.
Hembusan angin mulai tertarik ke dalam Pleiades, mereka berkumpul menjadi satu pada bilahnya. Kemudian saat semuanya sudah siap, aku melepaskannya tanpa ragu sedikitpun.
"Ancient Sword Technique: Infinite Despair!!"
WUSH! ZRAASSH! WUSH! ZRAASSH! WUSH! ZRAASSH!
Ratusan tebasan angin segera mengenai Marbas yang tengah terkejut. Aku tidak tahu apa yang dia kejutkan, tapi perkataannya berikutnya langsung menjawabnya.
"Kukuku! Begitu yah? Begitu rupanya! Kuhahaha!"
"Apanya yang lucu?"
"Kau, adalah orang itu! Orang yang membuat Beliau kewalahan hingga bisa tersegel oleh 10 Saint Sword itu!"
10 Saint Sword? Aku tidak tahu yang dia maksud, tapi nampaknya tuannya itu pernah bertarung dengan seseorang pengguna Ancient Sword Technique. Tetapi jika membahas tentang Saint, itu berarti ada hubungannya dengan Mitologi Yunani yah? Masih banyak yang belum aku ketahui tentang dunia ini. Namun aku sudah menentukannya, kalau tuannya itu masih menggangguku, maka aku tanpa ragu akan mengalahkannya.
"Aku tidak tahu siapa orang yang kau panggil dengan "Beliau" itu. Tetapi jika kau dan tuanmu itu masih terus mengganggu kami, maka aku akan menghancurkan kalian!!" tegasku.
Aku mengangkat Pleiades cukup tinggi dan bersiap untuk mengayunkannya, berniat mengakhiri pertarungan ini.
"Ayo mulai, rekan! Ini klimaksnya!" ajakku.
"Fufufu, tentu saja! Mari akhiri dirinya dengan serangan ini, rekan!" sahut Pleiades.
"Dragon Sword Technique: Dragon Fang, Roaring Killer Fang!!"
[Party Anda membunuh Imitation of Marbas! Mendapatkan 600000 Exp! Karena jumlah level Anda lebih dari 380, mendapatkan pengurangan -38% Exp! Anda mendapatkan 372000 Exp! Exp yang diperoleh telah dibagikan secara merata! Anda mendapatkan 223200 Exp!]
"Semuanya.. hanya untuk Beliau," lirih Marbas sebelum berubah menjadi partikel cahaya dan menghilang dari sana.
Tunggu sebentar, partikel cahaya? Bukankah mereka yang mati diluar Dungeon ataupun Labirin tidak akan berubah menjadi partikel cahaya? Selain itu, dia juga tidak meninggalkan Drop Item apapun lho!
"Apa ini karena dia mahluk imitasi?" gumamku.
"Kemungkinannya besar," sahut Pleiades seolah mengerti maksudku.
"Oh, yah. Bukankah dirimu masih memiliki hal yang harus diurus?" lanjut Pleiades mengingatkan.
"Kau benar! Aku harus memeriksa Feline dan juga membicarakan beberapa hal kepada Pak Tua Ernand," ujarku.
Aku segera memasuki desa, tapi apa yang menungguku disana benar-benar membuatku geram. Bukannya berterimakasih pada Feline yang membantu, mereka malah menghinanya habis-habisan.
"Pergi kau dari sini! Dasar Elf Pembunuh!"
"Kau mungkin menyelamatkan kami saat ini! Tapi bagaimana kalau kau malah membunuh kami berikutnya?!"
"Tapi kalau aku tidak datang, bukankah kalian akan berpisah dengan keluar--"
"Berisik kau!"
"Kyaa!"
WUSH! BAMN! BRUK!
"Ah~ Nampaknya aku sedikit berlebihan?" ucapku setelah memukul wajah dari pria yang ingin memukul Feline.
"Kalian benar-benar yang terburuk yah? Sudah diselamatkan tapi malah menolak orang yang menyelamatkan kalian. Tidak bisakah kalian berpikir menggunakan otak bodoh kalian itu dan berterimakasih pada gadis ini?" jelasku dengan menekankan kata "Otak bodoh" pada mereka.
Semua orang hanya diam saat mendengar perkataanku. Tidak lama setelahnya, Ernand muncul dan mulai menjelaskan semuanya kepadaku. Mendengarnya, aku pun hanya bisa menghela nafas.
"Karena aku telah membunuh mahluk yang tiba-tiba muncul itu, jadi kalian sudah bisa kembali ke tempat tinggal masing-masing," ungkapku.
Semua orang segera pergi kembali ke tempat yang mereka tinggali. Tapi aku menepuk pundak seseorang dan meminta kartu yang dijatuhkan para Bandit yang mati.
"Bukan kau yang membunuh mereka, kan? Jadi kau tidak berhak mengambilnya! Anggap saja ini sebagai bayaran karena membuat hancur rumah kami!"
"Tetapi, bukan kau juga yang membunuh mereka kan? Namun gadis Elf itu yang membunuh mereka. Jadi kau tidak berhak mengambilnya, atau kau mau dihajar juga?"
Pria itu berdecak kesal dan melempar kartu-kartu itu ke tanah, lalu meninggalkan Balai Desa. Aku hanya menghela nafas melihat perilaku mereka semua, tapi itu wajar mengingat mereka semua sama sekali belum pernah mengalami hal ini sebelumnya.
"Jadi, Tuan Wira. Apa ada sesuatu yang ingin Anda bicarakan dengan saya?" tanya Ernand.
"Yah, itu benar. Tapi sebelum itu, ada satu orang yang aku ingin kau temui," jawabku menoleh ke belakang.
"Permisi. Namaku adalah Reona. Salah satu keturunan dari Mythical Beast, Fenrir. Reona the Blood Fenrir!" ungkap Reona memperkenalkan dirinya.
***
"Anda ingin saya membangun sebuah panti untuk para gadis yang diculik oleh Bandit?" tanya Ernand setelah mendengar semua yang aku jelaskan padanya.
"Benar sekali! Tentu saja aku yang akan memberikan dananya," balasku.
"Tetapi, untuk membangun sebuah panti itu setidaknya membutuhkan izin dari Katedral atau Gereja terdekat. Belum lagi perjalanan dari desa ini ke kota terdekat itu memakan kurang lebih satu minggu dengan kereta kuda," jelas Ernand.
"Jangan khawatirkan hal sepele. Kau bisa menyuruh cucumu itu bukan?" ujarku.
"Namun, membiarkannya tanpa perlindungan akan membuatnya dalam bahaya. Karena itulah, aku akan menemaninya," lanjutku.
"Kalau seperti itu, mungkin saya tidak akan mempermasalahkannya. Bagaimana denganmu, Lime?" balas Ernand bertanya pada Lime.
Lime hanya mengangguk sebagai jawaban. Aku lalu menjelaskan kalau kami akan berangkat besok pagi. Sedangkan untuk masalah Reona, aku menyerahkannya pada dia sendiri untuk menjelaskan permintaannya. Biar bagaimanapun, dia sendiri yang meminta hubungan dengan peradaban. Setelah merasa semua urusan selesai. Aku, Feline dan Reona pamit undur diri. Tadinya aku ingin pergi ke penginapan, tapi tidak jadi setelah melihat tatapan orang-orang terhadap Feline.
"Apa boleh buat? Feline, Reona. Ayo pergi dari sini," ajakku menaiki kereta kuda.
Kami pun pergi meninggalkan desa, walau tidak terlalu jauh dengan desa dan menyiapkan kemah disekitar para gadis yang tengah bersama tiga ekor Blood Wolf. Setelah melakukan beberapa hal, aku berniat untuk memasak makanan untuk mereka. Tapi Feline menghampiriku, jadi aku pun membatalkannya sementara.
"Anu, Wira. Bisakah kita bicara sebentar?" panggil Feline.
"Aku mengerti, ayo bicarakan di tenda," sahutku.
Kami berdua memasuki tenda dan mulai membicarakan beberapa hal.
"Kenapa kamu lagi-lagi, menyelamatkanku?" tanyanya dengan raut wajah sedih.
"Simpati. Saat aku melihatmu, aku merasa kasihan padamu yang terlihat sangat menyedihkan," jawabku.
"Begitu, yah? Apa semua kata-kata yang kamu katakan semalam itu juga karena simpati?" tanyanya lagi.
"Ya," jawabku singkat.
Feline menggigit bibirnya hingga berdarah, aku hanya bisa melihatnya tanpa menghentikannya.
"Kamu tahu, aku sama sekali tidak memerlukan rasa simpatimu. Lagipula, aku memang gadis terkutuk. Jadi sudah pasti kamu berpikir yang sama dengan mereka bukan?" ungkapnya.
"Ti--"
"AKU INI BERBEDA DENGANMU!"
"Setelah kematian ibuku, ayah mulai memarahiku. Saudara-saudariku juga mulai menjauhiku. Orang-orang di desaku menyebutku sebagai gadis terkutuk. Saat aku sudah menemukan tempat yang disebut rumah, mereka merenggutnya dariku," ucapnya mulai menangis.
"Kali ini pun sama. Meskipun aku memiliki kekuatan untuk menyelamatkan dan melindungi orang lain. Meskipun aku sudah menjadi lebih kuat dari yang sebelumnya. Tetapi itu tidak mengubah fakta kalau aku gadis terkutuk. Berbeda denganmu! Kamu memiliki kemampuan yang hebat, kamu bahkan tidak dibenci oleh mereka. Kamu mana mengerti tentang hal itu!" jelasnya.
"Jadi aku tidak perlu rasa simpati milikmu," lanjutnya.
"Aku tidak mengerti tentang itu? Nampaknya kau salah paham dengan rasa simpati yang aku miliki padamu yah?" ujarku.
Feline menatapku dengan pandangan terkejut. Tapi aku membiarkannya dan mengelus kepalanya dengan lembut. Aku lalu menjelaskan semuanya pada Feline tanpa ragu dan reaksinya adalah benar-benar terkejut saat tahu aku bukanlah orang dari dunia ini. Pleiades sempat menanyakan apa akan baik-baik saja untuk menceritakan semuanya pada Feline. Tapi aku tidak mempermasalahkannya.
"Jadi, kamu adalah penyintas yang dibuang oleh Kerajaan Einhard?"
"Yah! Itulah kenyataannya. Setelah selalu mengalami perundungan, lalu menyerah dan mencoba melakukan bunuh diri. Pada akhirnya, takdir tidak ingin aku mengakhiri hidupku dan memaksaku untuk dipanggil oleh Kerajaan Ampas itu,"
"Kerajaan Ampas?"
"Yah! Mereka benar-benar ampas! Entah itu kerajaannya, pendetanya, bahkan rajanya juga ampas! Membuangku hanya karena statusku lemah? Yang benar saja! Aku pasti akan membuat mereka membayar semuanya! Itulah tujuanku," jelasku.
"Aku tidak tahu kalau kamu mengalami semua itu," sahut Feline.
"Kau tidak perlu khawatir! Lagipula mereka akan mendapatkan balasannya dariku," balasku.
"Bicara tentang balasan, bukankah kamu akan membuatku membayar semuanya? Apa maksudnya itu?" tanya Feline yang nampak sudah lebih tenang.
Aku menyunggingkan senyuman dan berkata, "Feline, jadilah budakku!"
"Fueh?"
BUK!
"Bodoh! Apa yang dirimu katakan tiba-tiba itu!" ucap Pleiades yang secara mendadak berubah menjadi gadis dan memukul kepalaku.
"Eh? Pedangnya?"
"Sakit sekali! Apa yang kau lakukan! Tiba-tiba memukul kepalaku seperti itu?" tanyaku.
"Pedangnya.."
"Kenapa? Sudah jelas karena perkataanmu itu yang membuatnya salah paham!" jawab Pleiades.
"Pedangnya.."
"Huh? Bukankah itu memang tujuanku? Jika aku membuat kontrak dengannya, dia akan menjadi budakku bukan?" balasku.
"Eh?"
"Itu memang benar sih, tapi setidaknya jelaskan dengan benar pada gadis itu! Setelah mengatakan kalau dia itu gadis dirimu, bukan berarti dirimu bisa seenaknya mengatakan kata budak!" sahutnya.
"Ugh.. aku paham! Aku hanya perlu menjelaskannya bukan? Feli--"
Kata-kataku berhenti, saat menyadari Feline sudah jatuh pingsan. Aku mencoba menyadarkannya, tapi dia malah pingsan lagi setelah melihat Pleiades. Nampaknya, aku masih harus menunggu untuk membuat kontrak dengan Feline.