"Master, apa aku memang harus menggunakan pakaian ini?" tanya seorang Gadis Elf yang tengah mengenakan pakaian Maid.
"Yup! Kau sangat cocok dengan itu, Feline!" balasku.
Benar, Feline dan aku sudah membuat kontrak Tuan dan Pelayan atau lebih dikenal dengan Master dan Budak. Feline juga telah tahu tentang Pleiades yang merupakan Intelligence Sword dan kini aku telah memintanya menggunakan pakaian Maid yang ada di ruang harta Froster.
Aku sendiri bingung kenapa dia memilikinya. Tapi katanya sih, Adamas menyuruh Hiito mengenakannya dan itu cocok untuknya. Membayangkannya saja sudah membuatku ingin tertawa. Ngomong-ngomong, pakaian Maid ini memiliki Rating Unique lho!
Maid Costum
Level: 1
Rarity: Unique
Defense: 7500
Durability: 6000
Skill: Self Recovery, Self Repair.
Sebuah kostum pelayan yang dibuat oleh Adamas untuk Hiito.
"Ah, satu hal lagi. Bisa gunakan bahasa formal?" pintaku.
"Eh? Kenapa saya harus menggunakannya? Ugh.." balas Feline yang menyadari caranya berbicara langsung berubah.
"Oh? Ternyata benar-benar berhasil yah? Seperti yang diharapkan dari Ultimate Skill: Domination," ungkapku.
Domination
Memberikan perintah mutlak pada mereka yang di dominasi (Khusus Budak). Meningkatkan status mereka yang di Dominasi sebesar 20%.
"Bisa tidak, jangan menggunakan saya sebagai bahan uji coba Skill milik Anda, Master?" sahut Feline.
"Maaf, maaf. Tapi aku memang ingin kau menggunakan bahasa formal," jelasku.
Feline hanya diam dan mengabaikanku, nampaknya dia marah karena hal ini.
"Anu.. Feline-san, aku akan membuatkan kamu makanan, jadi bisa berhenti marah padaku?" tawarku.
"Kenapa malah minta maaf? Bukankah Anda hanya perlu menggunakan Skill itu lagi kepada saya?" sahutnya.
"Selain itu, memangnya sejak kapan Budak memakan makanan yang dimasakkan oleh tuannya?" lanjutnya.
"Feline, ini perintah. Jangan membuat dirimu seolah-olah sangat rendah di hadapanku. Lagipula, meskipun kau adalah budakku, kau juga adalah bagian dari keluargaku!" jelasku.
"Kalau kau sudah paham, ayo keluar dan tunggu masakan yang akan aku buat, oke?" lanjutku.
"Hey, apa daku juga bisa merasakannya?" pinta Pleiades.
"Tentu saja. Tapi kau harus tetap berada di tenda," ucapku.
Aku lalu meninggalkan Pleiades dan juga Feline di tenda. Lalu menuju ke depan untuk mulai memasak.
"Sudah saya duga, saya tidak mengerti sama sekali," ucap Feline.
"Benar juga. Pria bernama Wira itu, sama sekali tidak bisa dimengerti yah?" balas Pleiades.
"Ya! Tapi itu jugalah yang membuatnya terlihat keren," sahut Feline.
Aku yang mendengarnya dari jauh hanya bisa tersenyum sembari memasak makanan untuk semua orang. Setelah beberapa saat, aku mendengar Feline memanggilku berniat untuk membantu memasak.
"Master! Saya akan membantu Anda!"
"Oh? Apa kau bisa memasak?"
"Hmph! Jangan meremehkan Elf yang telah hidup sendiri selama 100 tahun!"
"Pembohong! Aku melihat status milikmu, usia milikmu itu 16 tahun!"
"Ah! Curang!"
"Hahahaha!!"
***
Di suatu tempat yang belum pernah terjamah oleh siapapun, terdapat sebuah patung yang mirip dengan manusia. Di depannya, terdapat seseorang yang seperti tengah menanti kebangkitan patung tersebut.
"Apa ada yang ingin kau laporkan, Marbas?" tanya orang tersebut yang menyadari seseorang mendatanginya.
"Kukuku, engkau tahu? Ada High Elf dan High Human dimana Imitasiku tercipta," jawab Marbas.
"Lalu? Bukankah kita sudah sering menemukannya?" balas orang tersebut.
"Kukuku, engkau tak mengerti yah? Awalnya High Elf itu terlihat cocok untuk menjadi makanan Beliau. Tetapi, High Human itu memiliki tehnik pedang yang telah membuat Beliau kewalahan," jelas Marbas.
"Kau serius dengan itu?" tanya orang tersebut memastikan.
"Yah! Tentu saja! Memangnya sejak kapan diri ini berbohong pada engkau, Goetia?" jawab Marbas.
"Begitu yah? Dia mungkin akan menjadi penghambat bagi Beliau. Secepatnya segera bereskan dia sebelum menjadi jauh berbahaya dari ini!" balas Goetia.
"Tentu saja! Diri ini tidak akan membiarkan High Human itu berbuat seenaknya! Jadi, serahkan High Human itu kepada diri ini!" ungkap Marbas.
"Benar juga, bagaimana dengan yang lain?" lanjut Marbas.
"Untuk saat ini, mereka baru mendapatkan 2 dari 10 cincin Beliau. Jadi kita masih harus menunggu lebih lama lagi," jelas Goetia.
"Begitu kah? Ini jauh lebih cepat dari rencana bukan?" tanya Marbas.
"Tenang saja, karena apa yang kita lakukan sekarang ini.."
""Semuanya demi Beliau!"" ucap mereka bersama-sama.
"Kalau begitu, diri ini akan pergi dan mulai menyiapkan rencana," ujar Marbas yang pergi meninggalkan Goetia.
Sedangkan Goetia sendiri, dia melanjutkan aktivitasnya setelah Marbas meninggalkannya.
"Oh, Tuanku! Hamba harap, Anda bisa menunggu lebih lama lagi," ucapnya mengajak patung tersebut bicara.
Kemudian tanpa semua orang sadari, sesuatu tengah bergerak dibalik layar. Berniat untuk membangkitkan sosok yang mereka panggil dengan sebutan "Beliau" tersebut.
***
Pagi pun tiba tanpa semua orang sadari. Aku yang tidak merasa letih, menatapi semua orang yang masih tertidur. Melihat mereka tertidur, entah mengapa membuatku merasa tenang.
"Uhm.. hoam~ Selamat pagi, Master!" panggil seseorang.
"Oh? Selamat pagi, Feline? Bagaimana tidurmu?" sahutku.
"Sangat nyenyak. Master sendiri?" balasnya.
"Sayang sekali, aku sama sekali tidak bisa tidur karena harus menjaga kalian," jelasku.
"Eh? Bukankah itu buruk?" tanya Feline khawatir.
"Tak perlu khawatir, tidak tidur sehari tidak akan membuatku sakit kok!" jelasku.
"Tapi.."
"Sudah, lebih baik kita bersiap!" ajakku.
Setelahnya, aku pun mulai memasak sarapan sembari menunggu kedatangan Lime. Aku meminta Feline untuk membangunkan semua orang untuk sarapan. Semuanya terlihat sangat senang karenanya. Kemudian, tidak berapa lama pun, Lime akhirnya keluar sembari membawa dua orang bersamanya yang aku kenal.
"Kenapa kau membawa mereka?" tanyaku.
"Ah, ini? Mereka berdua langsung yang memintaku untuk mengajak mereka!" jelas Lime.
"Aku paham apa yang ingin Tuan Wira katakan. Tetapi, kami berdua merasa bersalah pada Dek Feline," jelas seorang wanita yang merupakan pemilik penginapan, Hilda.
"Karena itulah, sebagai permintaan maaf. Kami akan menerima gadis-gadis ini di penginapan kami, selagi panti dalam pembuatan," sambung seorang gadis yang merupakan anaknya, Daisy.
Mendengarnya, aku hanya menghela nafas dan berkata, "Aku tidak tahu harus berterimakasih atau tidak. Tapi, mohon bantuannya yah!" sembari memberikan sebuah kantung pada mereka.
"Isinya sekitar 250.000 Ringgo. Gunakan untuk biaya mereka selama satu minggu!" lanjutku.
Mereka sempat menolaknya, tetapi aku memaksa mereka untuk menerimanya. Setelah berpamitan kepada mereka semua, kami pun mulai menaiki kereta kuda dan segera berangkat.
"Lime! Apa nama kota terdekat?" tanyaku.
"Drintle. Kota Dagang, Drintle! Disana terdapat gereja dimana kita bisa meminta izin untuk membangun panti," jelas Lime.
"Drintle kah? Apa disana ada Guild Petualang?" tanyaku penasaran.
"Tentu saja ada! Apa kamu akan mendaftar sebagai petualang?" balasnya bertanya.
"Begitulah," jawabku singkat.
Dengan ini, petualanganku sekaligus membalas dendam dan mencari saudari Pleiades pun benar-benar akan dimulai! Entah apa yang menanti aku disana. Tapi aku harap, aku bisa mendapatkan cukup banyak informasi nantinya.