Chereads / Seven Stars of Pleiades / Chapter 19 - Chapter 5: Melangkah Bagian 2

Chapter 19 - Chapter 5: Melangkah Bagian 2

Beberapa saat yang lalu, sebelum Feline menghampiri aku di gerbang desa. Aku memutuskan untuk pergi ke pandai besi untuk mengambil pesanan yang aku minta.

KRING!

Suara lonceng berbunyi ketika aku membuka pintu toko milik Graham. Tidak ada banyak orang di dalam sini, bahkan Graham tidak ada di meja pesan. Jadi aku putuskan untuk duduk di salah satu bangku yang telah disediakan.

"Hey, Pleiades. Jika kau tidak menyukainya, katakan saja. Aku akan mencari pandai besi lain yang bisa membuatkan sarung pedang untukmu," ungkapku dengan Telepathy.

"Tidak perlu risau! Apapun hasilnya, daku akan menerimanya dengan senang hati. Lagipula, daku lah yang memintanya pada dirimu saat itu," balasnya.

Tidak lama setelahnya, seorang pria tua keluar dari dalam ruang kerja Graham, yang tak lain adalah Graham itu sendiri. Dia melihatku dengan tatapan kecewa.

"Aku kira pembeli yang datang, ternyata kau," ujarnya.

"Kenapa kau menatapku dengan kecewa? Aku juga pelanggan disini lho! Apa benda itu sudah jadi?" balasku.

"Aku sudah menyelesaikannya sih? Mau melihatnya?" sahutnya.

Aku mengangguk pelan dan berjalan menuju Graham yang tengah mengambil pesanan yang aku pesan kemarin. Sebuah sarung pedang berwarna biru laut dengan beberapa corak bintang sebagai hiasannya terlihat sangat bagus dan sesuai untuk Pleiades. Aku pun memasukkan Pleiades ke dalam sarung pedang tersebut dan dia mengatakan kalau sarung itu cukup nyaman baginya.

"Yup, aku menyukainya! Kerja yang bagus, anggap saja itu sebagai bonus dariku!" ungkapku memberikan 5 Koin Emas kepada Graham dan meninggalkan tokonya.

***

Lalu sekarang, setelah berhasil membunuh 2 Angry Bear. Aku menghampiri Feline yang terlihat kelelahan dalam hal mental. Yah, wajar sih, mengingat dia harus melawan mahluk berlevel 300 lebih dan dia juga harus melawan rasa takutnya pada saat yang sama.

"Kau bertarung lebih baik dari yang aku kira," pujiku.

"Te-terimakasih," balasnya gugup.

Tapi, yah. Aku memang sudah menduganya sih, kalau mayat dari monster yang dibunuh diluar Dungeon ataupun Labirin tidak akan berubah menjadi drop item sebelum diolah. Lagipula ini sudah termasuk dalam informasi di buku yang aku baca dari Froster diberikan kepadaku.

"Kalau tidak salah, drop item untuk Angry Bear itu taring, kulit, cakar, serta daging yah?" gumamku.

"Pleiades, apa kau bisa melakukannya?"

"Ugh.. dirimu ingin menggunakan daku untuk membedah mereka? Yah, bisa saja sih. Tapi pastikan dirimu membersihkan daku nanti yah!"

"Kau kan bisa melakukannya sendiri?"

"Dirimu benar-benar tidak mempunyai rasa tanggung jawab yah! Kalau begitu daku juga tidak akan melakukannya,"

"Yang benar saja!"

Aku menghela nafas sebelum akhirnya menyetujui persyaratan yang diberikan oleh Pleiades. Dalam sekejap, kedua Angry Bear tadi segera berubah menjadi drop item berupa taring, kulit, cakar, serta daging. Aku sedikit kagum dengan kemampuan membedah Pleiades. Jadi mungkin setelah semua berakhir, aku akan memasakkannya Sahagin Crispy.

"Hebat! Kamu bisa membedah juga yah," kagum Feline.

"Yah, sudah sewajarnya bagi seorang pengembara untuk bisa melakukannya. Clean," balasku menggunakan sihir air untuk bisa membersihkan Pleiades.

"Kalau begitu, sekarang mari kita kemba--"

TENG! TENG! TENG!

Baru saja kami ingin kembali untuk memberikan daging yang kami dapatkan pada penduduk desa. Suara lonceng berbunyi dengan keras dari arah desa. Tanpa ragu, aku segera pergi untuk memeriksanya dan hasilnya cukup buruk. Para Bandit yang aku berikan hak mengendalikan para Blood Wolf melalui Reona mulai menyerang. Ini membuatku geram karena mereka mengingkari perjanjian yang aku berikan. Yaitu menyerang desa ini besok, saat aku meninggalkan Feline disini.

"Kita harus membantu mereka!" teriak Feline.

"Hentikan! Dengan kekuatanmu yang sekarang, kau tidak akan bisa mengatasi ini!" balasku.

"Kamu ada bersamaku bukan? Jika kita menyatukan kekuatan--"

"Aku tidak memiliki waktu untuk itu! Lagipula, aku memang akan pergi dari desa ini," potongku.

"Jadi kamu mau meninggalkan mereka?!" bentak Feline.

Aku hanya diam sebagai jawaban. Lagipula, akan gawat jika mereka menyuruh Blood Wolf untuk menyerangku dan malah berakhir dengan kematian mereka. Jika itu terjadi, kontrakku dengan Reona akan dibatalkan secara sepihak dan aku akan menerima konsekuensinya.

"Tenanglah! Penduduk desa itu, tidak selemah yang kau kira. Jika kau ingin membantu mereka, pelajari kedua buku ini terlebih dulu!" ungkapku memberikan Skill Book - Scouting Mastery Dan Skill Book - Assassin Mastery.

"Tunggu, kamu sendiri ingin kemana?" tanya Feline.

"Aku ada urusan penting! Jadi aku akan kembali setelah menyelesaikan urusan tersebut. Selama itu, bertahanlah selama mungkin!" ungkapku meninggalkan Feline disana.

"Wira, apa yang ingin dirimu lakukan pada Bandit-Bandit itu?" tanya Pleiades.

"Hmm, benar juga. Karena mereka tidak berguna sebagai alat yang membangkang. Ku bunuh saja kali yah?" balasku menyunggingkan senyuman.

***

"Hahaha!"

Tawa dari para Bandit bisa terdengar jelas dari jauh. Karena ingin memastikan sesuatu, aku putuskan untuk mendengarnya dari jarak yang cukup jauh. Bukan hanya tawa mereka saja, aku juga bisa mendengar beberapa desahan dari sini. Tapi aku fokuskan untuk mendengar percakapan Bandit. Aku juga telah menghubungi Reona, dia menjelaskan kalau para Bandit ini memang berencana untuk mengingkari janji yang telah dibuat.

"Tamer itu benar-benar bodoh! Menjual Blood Fenrir dengan 200 Koin Emas dan memberitahu informasi desa terdekat kepada kita. Mengingatnya saja membuatku selalu ingin tertawa!"

"Tapi Bos, bagaimana jika dia tahu dan memutuskan kontrakmu dengan Blood Fenrir?"

"Sebelum itu terjadi, akan aku bunuh dia terlebih dahulu!"

Aku menghela nafas mendengar perkataan naif yang dikeluarkan oleh pemimpin mereka. Tapi yah, aku sudah menduga hal ini akan terjadi. Makanya aku telah menyiapkan rencana cadangan untuk menutupinya. Tetapi semua itu tergantung dari usaha Feline, jadi jika dia paham yang aku maksud, maka semuanya akan baik-baik saja.

"Manipulate Information," gumamku dan mulai berjalan menuju gua tempat para Bandit berada.

"Oy, oy, bukankah ini diluar rencana?" ujarku kepada pemimpin Bandit.

"Huh? Maksudmu itu apa? Bukankah akan lebih bagus jika aku langsung menyerang mereka?" balasnya.

"Begitu yah. Tapi aku tidak suka dengan alat yang membangkang seperti dirimu," ejekku menarik keluar Pleiades.

"Alat kau bilang? Jangan bercanda! Hajar dia!!" kesal pemimpin Bandit menyuruh bawahannya.

Aku mengayun pelan Pleiades dan dalam sekejap, kepala para Bandit yang menyerangku langsung tergeletak jatuh ke tanah. Darah menyembur keluar kemana-mana, teriakan histeris para wanita segera terdengar. Beberapa dari mereka segera keluar dan melarikan diri tanpa dihentikan oleh Bandit lainnya yang masih hidup.

"Terlalu lambat. Tak bisakah kau saja yang langsung turun tangan melawanku, Robert?" tanyaku dengan tatapan sinis kepada pria bernama Robert itu yang tak lain adalah pemimpin Bandit.

"Cih! Kau kira aku akan takut karena ini?" balas Robert.

"Oy, kau! Aku memiliki kendali lebih besar dari tuan lamamu itu! Bunuh dia cepat!!" lanjutnya memerintah Reona.

"Reona, sudah cukup! Kau tak perlu lagi mengikuti perintah bajingan itu," ungkapku dengan Telepathy.

"Aku mengerti. Apa kau ingin aku bantu membereskan mereka?" balasnya.

"Tak perlu! Tarik saja anak-anakmu dari desa itu," pintaku.

"Aku mengerti," sahutnya.

"Ada apa? Kenapa kau diam?!" tanya Robert bingung.

"Maaf saja, aku sudah mengambil alih kembali, tidak. Aku bahkan tidak pernah memberikanmu kendali terhadapnya," jelasku.

"Cih! Menyebalkan!! Aku bunuh kau sekarang juga!!" balas Robert berlari dengan dua kapak kecil di kedua tangannya.

Dia mengayunkan kedua kapak itu terus-menerus, tapi aku menghindari semuanya dengan mudah, bahkan hanya dengan satu langkah saja.

"Ada apa? Hanya segini saja kah?" ucapku memprovokasi.

"Cih! Berhenti menghindar dan biarkan aku membunuhmu!!" balasnya mengayunkan kedua kapaknya bersamaan.

Aku menghindarinya sekali lagi, tapi sepertinya dia sudah menduganya dan berusaha menendang kaki ku. Tapi karena refleks tingkat tinggi, aku mengangkat kaki kananku dan menendangnya hingga terhempas. Yah, aku harap dia tidak mati hanya karena ini sih.

"Hanya segitu? Apa kau benar-benar pemimpin orang-orang bodoh tadi?" tanyaku.

"Keparat!!" teriak seseorang dari belakangku.

Aku berbalik dan meletakkan tanganku pada wajahnya dan meledakkan kepalanya dengan sihir api, membuat darah mengenai wajahku.

"Jika ingin melakukan serangan dadakan, cobalah untuk tidak berisik, bodoh," ucapku.

Aku berjalan menuju kearah Robert yang tengah berpura-pura pingsan. Yup, dia berpura-pura pingsan dan belum mati. Dia berhasil mengecoh diriku, sekaligus membuatku kesal disaat yang sama.

"Sampai kapan kau ingin tidur terus, bodoh!" umpatku menendangnya.

"Yah, lagipula kau juga akan segera mati sih. Aku dengar, bounty milikmu cukup besar bukan?" ujarku.

"Kuh, apa yang sebenarnya kau mau? Jika kau mau uang, akan aku berikan semua harta disini! Tapi kumohon, ampuni nyawaku!" mohon Robert dengan memelas.

"Pfftt! Hahahaha! Mengampuni nyawamu? Yang benar saja! Memangnya kau pernah mengampuni orang-orang yang kau renggut nyawanya?!" tawaku mendengar kebodohan yang dikatakannya.

"Aku mohon! Akan aku lakukan apapun! Tapi ampuni nyawaku!!" ucapnya sembari bersujud.

"Apapun yah? Kalau begitu, aku memiliki satu permintaan padamu," ujarku

"Apa itu? Akan aku lakukan dengan segera!" sahutnya

"Bunuh dirimu sendiri," balasku.

Robert terdiam mendengat permintaanku, lalu sebelum dia melayangkan protes, aku menebas lehernya dan membuat kepalanya jatuh menggelinding diatas tanah. Sebelum akhirnya, darah mengalir keluar dan membasahi sekitar termasuk diriku.

Menyadari tatapan ketakutan para gadis yang dikurung, aku melirik kearah mereka sekilas, lalu meminta Reona untuk membebaskan mereka dan membawa mereka keluar selagi aku mengambil harta yang ada di ruangan lain. Setelahnya, aku keluar dan membakar gua tersebut dan menutupnya dengan sihir api dan tanah.

"Aku harap, Feline bisa mengatasinya," gumamku.

***

POV Feline

"Dia meninggalkanku, lagi?"

Itulah kata-kata yang keluar dari mulutku. Tetapi, aku yakin dia memiliki urusannya sendiri. Jadi aku memutuskan untuk membaca kedua buku yang diberikannya kepadaku sebelum pergi.

[Apakah Anda ingin mempelajari Skill Book: Scouting Master?]

[YA] [TIDAK]

Tanpa ragu, aku menekan tombol "YA" dan buku tersebut berubah menjadi butiran cahaya, sebelum memasuki kepalaku.

[Skill: Silent Step, Camouflage, Area Detection, Trap Detector telah berhasil didapatkan!]

Aku mendapatkan 4 Skill baru, tapi apa ini akan berguna? Maksudku, keempat Skill baru ini tidak bisa digunakan untuk menyerang. Tapi apapun itu, aku akan mencoba memahaminya. Namun sebelum itu, aku harus mempelajari Skill Book yang lain.

[Apakah Anda ingin mempelajari Skill Book: Assassin Mastery?]

[YA] [TIDAK]

Aku menekan tombol "YA" dan sekali lagi, buku itu menjadi butiran cahaya dan memasuki kepalaku.

[Skill: Stealth, Back Stab, Fatal Strike, Assassination, Kill Chain telah berhasil didapatkan!]

Aku lalu memeriksa mereka semua dan mulai menyusun rencana untuk menyelamatkan warga desa.