Chereads / Revenge in Marriage / Chapter 28 - Good Luck!

Chapter 28 - Good Luck!

Jam berlalu, kini pagi sudah menyapa Aleena yang tengah bersiap-siap untuk tes wawancara. Aleena harus pergi lebih awal karena takut telat, apalagi pagi senin biasanya sangat macet, jadi, Aleena harus mempersiapkan waktu yang lebih banyak untuk menuju ke perusahaan Alva properti.

Dengan pakaian baju putih dan rok hitam pendek, kini sudah melekat di tubuh Aleena yang sangat ideal. Polesan bedak dan lipstik juga melekat di wajah Aleena untuk menambah kesan sempurna penampilan Aleena hari ini, tak lupa minyak wangi dengan aroma Vanilla juga dikenakan di titik-titik tertentu, hal itu untuk meningkatkan rasa percaya dirinya.

Entah hari ini akan diwawancarai oleh beberapa orang, dan entah juga siapa pewawancara itu. Yang pasti, Aleena harus berpenampilan sempurna setiap saat walaupun berhadapan dengan kakek tua. Ya, anggap saja itu sebagai bahan untuk menambah rasa percaya diri Aleena jika berhadapan dengan orang lain.

"Siap, semua sudah dikenakan. Saya harus segera pergi, tidak mungkin saya telat. Walaupun saya tidak menginginkan pekerjaan ini, tapi saya harus berpenampilan menarik," ucap Aleena saat menatap ke cermin yang memantulkan seorang wanita cantik.

Dengan segera, Aleena mengambil tasnya dan beranjak dari kamar.

"Aleena," panggil Hanum yang sepertinya belum siap untuk berangkat bekerja.

"Ya?" jawab Aleena.

"Kau mau pergi sekarang?" tanya Hanum disaat melihat Aleena sudah bersiap-siap dengan pakaian hitam putih.

"Hm, iya. Kalian belum pergi?"

"Ini masih terlalu pagi, apa kamu tidak salah? Bukankah kataku tes nya jam 10?" ucap Hanum yang melihat jam menunjukkan pukul 8 pagi.

"Saya takut macet. Saya tidak ingin terlambat. Tidak enak jika di tunggu oleh orang yang mau mewawancarai saya nanti."

"Kamu memang gak mau sarapan dulu?"

"Saya sarapan disana saja, lagipula banyak yang jualan kok disana."

Hanum menghela nafasnya perlahan. Aleena memang tidak bisa di bantah. Jadi, lebih baik ikuti apa yang diucapkannya.

"Baiklah, tapi jangan sampai tidak makan."

"Tenang saja, saya tidak akan lupa dengan makan."

"Baguslah."

Perbincangan Aleena dan Hanum sampai disitu karena Aleena segera pergi meninggalkan Hanum. Dengan perlahan Aleena membuka pintu rumah, namun matanya tertuju pada mobil mewah yang ada di depan gang rumahnya.

Aleena mengernyitkan dahinya seketika saat menatap lekat ke arah mobil mewah tersebut. Terlihat tidak asing bagi Aleena, seperti pernah melihat mobil tersebut. Tapi, dimana?

Aleena pun tidak menggubris mobil itu, dengan segera Aleena melangkahkan kakinya menjauhi rumah disaat dirinya menyadari jika sudah banyak waktu yang tersita disaat melihat mobil tersebut.

Aleena yang melangkah menjauhi mobil, seketika langkahnya langsung terhenti disaat mendengar suara klakson mobil yang berbunyi nyaring.

Aleena kembali menatap lekat ke arah mobil tersebut. "Ya ampun, itu mobil Tuan Evano, kenapa saya bisa lupa begini," ujar Aleena yang langsung berjalan cepat menuju ke arah mobil tersebut.

Krek!

Pintu mobil bagian sebelah kemudi kini terbuka, tanda Aleena diminta untuk masuk ke dalam. Aleena yang mengerti langsung mengikuti apa yang diperintahkan oleh Evano secara tersirat.

"Kenapa kau tidak menggubris saya? Ingin kabur?" tanya Evano langsung disaat Aleena yang sudah masuk ke dalam mobilnya.

"Maaf, saya lupa jika ini mobil anda. Saya kira tadi anda adalah orang yang memang sedang memarkirkan mobil di depan gang rumah."

"Bodoh sekali kamu."

Aleena langsung menundukkan kepalanya saat mendengar ucapan Evano. Ya, memang tidak bisa dipungkiri kebodohan yang dilakukan oleh Aleena. Tapi, Aleena benar-benar lupa dan tidak mengingat mobil milik Evano. Mungkin, karena Aleena sudah sangat lama tidak menaiki mobil itu.

"Maaf, Tuan," ujar Aleena sekali lagi.

Evano menghela nafasnya dengan kasar. "Mulai sekarang kau harus terbiasa dengan mobil ini. Karena saya tidak mungkin membuka kaca jendela mobil untuk memanggil kamu. Bisa-bisa orang ada yang melihat kita, dan itu akan membahayakan hubungan kita saat ini," ucap tegas Evano.

"Baiklah, Tuan Evano. Saya mengerti."

"Baguslah. Jangan lupa pakai akalmu, agar tidak terlihat terlalu bodoh. Sayang sekali, cantik tapi bodoh." Selesai mengucapkan kalimat bodoh, Evano langsung menyalakan mesin mobil dan beranjak dari sana.

'Kenapa ucapannya seperti tidak di saring dulu? Apa dia tidak punya otak sedikitpun agar tidak menghina orang lain? Oh Tuhan, apa orang kaya memang seperti ini perilakunya? Apa Tuan Aslan juga seperti ini? Saya rasa tidak akan kuat jika memiliki hubungan lebih dekat dengan orang yang tidak memiliki hati nurani sesama manusia,' batin Aleena dengan wajah masam.

"Kenapa?" tanya Evano yang melihat wajah Aleena yang tidak mengenakkan.

"Hah? Oh tidak, tidak kenapa-kenapa."

"Kau tidak suka dibilang bodoh?" tanya Evano ngasal namun tepat sasaran.

"Tidak. Maksud saya tidak masalah. Saya tidak keberatan."

Evano langsung tersenyum. Dengan senyuman sinis, seolah mengejek Aleena.

"Oh iya, Tuan, anda kenapa menjemput saya?" tanya Aleena.

"Hari ini kau tes wawancara, kan?"

"Iya. Anda tahu?"

"Ya, saya bisa tahu apapun yang dilakukan perusahaan Aslan."

"Semacam ada mata-mata?" tanya Aleena memastikan.

"Hm, dan mungkin kau adalah salah satu kandidat yang akan menjadi mata-mata nantinya."

Aleena hanya bisa diam, tidak heran lagi karena tujuan di awal pekerjaan yang diberikan Evano memang untuk itu.

"Tapi, saya tidak bisa melakukan banyak hal, Aleena. Keputusan ada di tangan Aslan, jadi mungkin nanti kau akan wawancara langsung dengannya. Saya harap kamu menjawab dengan baik."

"Ya, sebisa saya akan menjawab sesuai dengan kemampuan saya."

"Baguslah, saya harap kamu bisa masuk karena itu akan membuat saya lebih mudah masuk ke dalam kehidupan Aslan."

'Entahlah, tapi rasanya tidak ingin bekerja disana. Tapi, kontrak sudah dibuat. Mau tidak mau atau suka tidak suka, saya harus melaksanakan perintah untuk mendekati Tuan Aslan,' batin Aleena.

1 jam perjalanan berlalu, kini mobil yang dikendarai oleh Evano telah berhenti sedikit jauh dari perusahaan Aslan.

"Kau bisa berjalan menuju perusahaan Aslan, saya tidak mungkin mengantarkanmu sampai ke lobby, itu akan membuat curiga orang banyak."

"Tidak masalah, Tuan Evano. Sudah dijemput pun saya sangat berterima kasih. Setidaknya uang saya tidak keluar untuk membayar ojek online."

Evano langsung tertawa mendengar ucapan Aleena. Tawa yang terdengar lepas dan juga mengejek.

"Kau ini sangat matre sekali, Aleena. Uang yang saya berikan bukanlah uang yang sedikit bagimu. Tapi, kau masih saja pelit mengeluarkan uang."

"Saya tidak pelit mengeluarkan uang, tapi daripada mengeluarkan uang lebih baik saya menabung. Mungkin kedepannya uang itu akan sangat berguna."

"Ya, ya, terserah kau saja. Turunlah, jangan sampai kau terlambat karena itu akan menjadi sebuah penilaian oleh Aslan."

"Baiklah, saya akan pergi ke dalam untuk tes wawancara."

"Aleena," panggil Evano disaat Aleena hendak keluar dari mobil namun tertahankan oleh panggilan Evano.

"Ya?"

"Good Luck."