Chereads / Revenge in Marriage / Chapter 2 - Rencana Pertemuan

Chapter 2 - Rencana Pertemuan

Dret! Dret!

Ponsel Aleena kini berdering. Kini jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Aleena sedang bersiap-siap hendak pergi ke restoran. Tepat jam sembilan pagi, semua pelayan restoran sudah harus berada di tempat pekerjaan mereka.

Aleena mengambil ponselnya yang kini berdering, sebuah panggilan masuk dari nomor tak dikenal. Entah siapa itu, yang pasti Aleena tidak pernah memberikan nomornya kepada siapapun itu. Kecuali ada seseorang yang memberikan nomor ponselnya tanpa sepengetahuan Aleena.

Tak ingin berlama-lama tenggelam dalam rasa penasarannya, kini Aleena menggulir tombol hijau pada layar ponselnya yang berdering.

"Halo," sapa Aleena.

"Aleena," ucap seseorang yang ada di seberang sana.

Aleena langsung menjauhi ponselnya dari telinganya. Menatap layar ponsel yang tertulis nomor asing itu. Aleena tentu tidak tahu nomor siapa yang sedang menelponnya. Aleena kini menggambarkan wajah kebingungan dari suara orang yang berucap di seberang telpon.

"Maaf ini siapa?" tanya Aleena dengan sangat sopan.

Seseorang penelepon tersebut sepertinya mengetahui nama Aleena namun entah kenapa suaranya begitu asing dan Aleena tidak begitu mengetahui suara milik siapa yang memanggilnya itu.

"Hari ini saya dan Tuan Aslan akan makan siang di tempat anda, mohon persiapkan diri anda untuk pertemuan pertama kalian." Panggilan telepon langsung terputus begitu saja, tanpa Aleena menjawab terlebih dahulu.

Aleena langsung menjauhi ponselnya dari telinganya. Benar saja, panggilan telepon hanya terjadi beberapa detik saja. Aleena langsung mengerutkan dahinya seolah sedang mencari tau siapa orang yang menelponnya.

Aleena menghela nafasnya dengan perlahan disaat menyadari sesuatu.

"Ini pasti Tuan Evano yang ingin mempertemukan saya dengan Tuan Aslan. Sepertinya saya harus bersiap-siap untuk pertemuan ini. Saya harap, hari ini berjalan dengan lancar." Aleena langsung beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya kemudian mempersiapkan diri untuk misi pertama.

***

Tepat pukul dua belas siang, pengunjung restoran sangat ramai sekali karena bertepatan dengan banyaknya orang yang sedang makan siang bersama.

Aleena terlihat sangat sibuk menyajikan makanan ke masing-masing meja, mengambil piring yang sudah kotor serta membersihkan meja. Namun, di sela-sela kesibukannya, Aleena selalu melihat ke arah pintu masuk, barangkali Aslan dan Evano sudah datang ke restoran mereka.

Benar saja, orang yang ditunggu-tunggu kini mulai masuk ke dalam restoran. Kebetulan, mereka sudah memesan meja khusus, hingga ramainya restoran tidak membuat mereka batal untuk makan siang di restoran ini.

'Sudah datang. Ayolah Aleena, kau harus bisa menaklukkan Tuan Aslan,' batin Aleena.

Aleena langsung mengambil parfum yang sudah dirinya persiapkan di saku bajunya. Hanya tiga kali semprotan, harum vanilla kini sudah menyebar pada tubuh Aleena dengan sangat sempurna. Aleena sudah melihat Faraya berjalan menuju ke meja Aslan dan Evano, dan sudah memberikan buku menu kepada lima orang yang ada disana.

Entah, siapa ketiga orang itu. Aleena tidak memperdulikan itu semua. Sasarannya adalah Tuan Aslan, maka Aleena harus terfokus pada Aslan seorang.

"Hanum, biarkan saya saja yang kesana." Aleena menghentikan langkah Hanum yang berniat menyusul Faraya.

Untuk tamu spesial seperti itu memang biasanya menggunakan dua pelayan untuk membantu pemesanan. Faraya sudah berada disana, itu artinya hanya tinggal satu pelayan lagi yang harus melayani mereka.

"Benarkah? Ya sudah kalau begitu, bekerjalah dengan baik." Hanum langsung beralih ke meja yang lainnya disaat mendapat anggukan kepala dari Aleena.

'Aleena, mari kita mulai,' batin Aleena yang langsung berjalan menuju meja Aslan dan Evano.

Evano kini melirik sekilas disaat ada seseorang pelayan lagi yang datang ke mejanya, tersenyum tipis seolah rencananya akan dimulai.

"Tuan, silahkan dipilih dan saya akan menuliskan pesanan anda," ucap Aleena dengan sangat ramah. Tak lupa, dirinya berdiri tepat di samping Aslan.

Aslan terlihat membolak balikkan buku menu, seolah sedang mencari makanan yang dirinya sukai.

"Disini banyak sekali varian steak yang banyak disukai oleh orang-orang, Barangkali anda ingin bisa melihat menu bagian steak." Aleena mencoba membalikkan buku menu yang dipegang oleh Aslan.

Wangi vanilla yang semerbak kini berhasil masuk ke dalam hidung milik Aslan. Aslan langsung terdiam dan menatap ke arah Aleena sekilas. Namun, wajahnya tidak menampilkan apapun, masih dengan gaya dinginnya, kini Aslan langsung kembali fokus ke buku menu yang sudah di memperlihatkan daftar menu steak.

"Best seller disini apa?" tanya Aslan yang masih terfokus memperhatikan daftar menu yang ada di depannya.

"Best seller disini ada steak tuna dan beef steak," jawab Aleena masih dengan gaya sopannya.

"Oke, saya mau steak tuna dna juga jus mangga." Pesan Aslan tanpa menatap ke arah Aleena.

"Baiklah, akan kami proses. Mohon ditunggu sebentar."

"Sekalian saya mau air putih ya," pinta Aslan kepada Aleena.

"Baik, Tuan." Aleena langsung beranjak meninggalkan meja Aslan.

Proses masak tidak membutuhkan waktu yang lama, karena bahan-bahan sudah dipersiapkan dengan baik. Lagipula, pesanan Aslan dan Evano sudah pasti didahulukan oleh chef yang sedang bekerja di dapur.

Lima belas menit berlalu, pesanan makanan untuk Aslan dan Evano sudah tersedia. Kini, Aleena kembali bertugas untuk mengantarkan makanan tersebut. Dengan sangat hati-hati, Aleena dan Faraya membawakan makanan untuk Aslan dan Evano hingga sampai ke meja mereka.

Kini semua sudah terhidang di atas meja makan. Sangat menggairahkan dan menggoda, Faraya yang melihatnya pun mendadak menjadi lapar karena wangi steaknya yang sangat khas di restoran tempat Aleena dan Faraya bekerja.

Semua makanan dan minuman sudah tersaji di atas meja. Sementara Aslan yang sama sekali tidak menggubris kehadiran Aleena, seolah tidak peduli dengan Aleena yang berdiri tepat di sampingnya.

'Dia tidak menggubris kehadiran saya. Bagaimana ini?' Aleena seolah gugup dan mati gaya di samping Aslan. Namun, kegugupan Aleena sama sekali tidak di tampakkan olehnya.

Aleena kini merapikan susunan piring-piring di meja makan supaya lebih rapi dan tamu terhormat bisa makan dengan santai. Namun, Aleena bukan hanya ingin merapikan meja makan mereka. Dengan sangat sengaja, Aleena menyenggol gelas air putih yang berada tepat di depan Aslan.

Jatuh, dan air putih itu sukses mengenai jas milik Aslan.

"Tuan, Maafkan saya." Aleena kini menampakkan wajah ketakutan dan kecemasannya.

"Kau bisa bekerja dengan baik atau tidak!" bentak Aslan.

Aleena terdiam disaat mendapat bentakan yang dilayangkan Aslan dan tertuju langsung kepadanya.

"Tuan, saya benar-benar tidak sengaja. Saya akan membersihkannya." Aleena langsung hendak beranjak meninggalkan Aslan. Namun sayang, disaat Aleena hendak pergi mengambil kain untuk membersihkan baju, langkah Aleena justru terhenti. Cengkraman kuat kini melingkar dengan sangat sempurna di tangan milik Aleena.

Tangan Aleena kini ditarik oleh Aslan, hingga tubuh Aleena sedikit membungkuk dan berjarak sangat dekat dari wajah Aslan. Kini mereka saling beradu mata satu sama lain.

"Kalau tidak bisa melayani orang, lebih baik kau keluar dari restoran mahal ini!" ucap ketus Aslan.

Deg!

Jantung Aleena seolah langsung berhenti berdetak di saat melihat kemarahan Aslan yang sudah dipastikan tertuju kepada Aleena.