Di sebuah kamar yang sepi, seorang pria duduk bersila dengan mata terpejam. Mata itu sudah tertutup selama puluhan tahun yang tak terhitung. Qi spiritual mengelilingi tubuhnya, menciptakan gambar keabadian yang tak tersentuh.
Di luar ketenangan kamar, beberapa orang berlari cepat seiring dengan bunyi ledakan yang terdengar begitu kacau. Pintu kamar tiba-tiba diketuk dengan cepat dan gegabah.
"Paman Guru! Paman Guru! Bisakah kau mendengarku?"
Tidak ada reaksi apa pun dari pria sebelumnya. Kemudian orang lain ikut memanggil dengan suara yang lebih keras dan panik. "Paman Guru, ini darurat! Pasukan Raja Iblis datang menghancurkan sekte kita!"
Bulu mata itu sedikit bergetar. Keningnya dirajut kencang. Tangan pria itu terkepal, rahangnya mengetat. Qi spritual yang menyelimuti tubuhnya tiba-tiba berubah menjadi kacau.
"Paman Guru!"
Mata yang terpejam itu akhirnya terbuka. Cairan hangat menyembur dari mulutnya hingga membasahi lantai. Dia memegangi dadanya yang kesakitan, memaksa berdiri tapi tidak bisa.
Ini adalah saat-saat paling krusial dalam tahap kultivasinya. Seharusnya tidak ada sesuatu yang boleh mengganggunya. Namun, apa yang baru saja dia dengar membuat hatinya berubah menjadi panik.
Energi dan konsentrasinya terputus begitu saja. Qi spiritual di tubuhnya menjadi kacau dan saling bertabrakan.
"Raja Iblis …. Tidak mungkin." Tubuhnya yang gemetar menjadi semakin gemetar. Tangannya mencoba menggapai topeng yang tergeletak di sampingnya.
"Aku … tidak akan membiarkan siapa pun … menghancurkan sekte ini," gumamnya sembari memasang topeng di wajah mudanya.
Namun, ketika hendak bangkit, napasnya menjadi sesak. Seluruh bidang pandangnya tiba-tiba berubah menjadi kegelapan pekat. Tubuhnya jatuh begitu saja membentur lantai.
Pintu kamar dibuka dengan keras. Tiga pemuda belasan tahun berdiri di ambang pintu dengan pucat. "Paman Guru!"
Mereka yang awalnya sudah panik menjadi semakin panik ketika melihat Song Qi jatuh tak sadarkan diri di lantai. Dengan cepat mereka mendekat dan memeriksa kondisinya.
Salah satu pemuda yang bernama Chen Yang memeriksa denyut nadi paman guru mereka. Wajahnya menjadi semakin pucat ketika tidak berhasil merasakan nadinya. "Paman Guru …. I—ini sudah terlambat …."
"Apa yang kau katakan?!" Pemuda lain tidak percaya dengan apa yang Chen Yang katakan. Dia berniat melakukan hal yang sama, untuk memeriksa denyut nadi paman gurunya.
Namun, sebelum dia sempat menyentuh pergelangan tangan yang lemah itu, tiba-tiba mata yang terpejam mulai terbuka. Ketiga pemuda itu terkejut, terutama Chen Yang. Dia bahkan melompat mundur ketakutan.
"Hantuuuu!"
Yu Hua segera membungkam mulut Chen Yang. Memolotinya dengan penuh peringatan. Dia tidak tahu apa yang terjadi, tetapi saat ini kondisinya sedikit darurat dan mereka membutuhkan bantuan paman gurunya, Song QI.
Chen Yang yang ketakutan hanya bisa bersembunyi di belakang kedua temannya. Barusan dia benar-benar tidak bisa merasakan denyut nadi paman gurunya. Bagaimana pria itu bisa tiba-tiba bangun?
Saat itu Song Qi menatap kosong untuk beberapa saat. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum akhirnya menatap ketiga pemuda yang sedang mengamatinya dengan beragam ekspresi.
Keningnya berkerut dalam. Siapa anak-anak ini? Kenapa penampilan mereka tampak begitu kuno?
"Paman Guru? Bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya Yu Hua dengan hati-hati.
Song Qi tidak membalas pertanyaan itu. Dia mengedarkan pandangannya, mengamati ruangan itu dengan cermat. Mulai dari perabot hingga pakaianya sendiri, semua tampak begitu kuno.
Apa yang sedang terjadi? Paman Guru apa? Bagaimana dia bisa ada di tempat ini?
Terakhir kali sebelum jatuh pingsan, dia sedang bekerja lembur mengerjakan proyek besar di kantor perusahannya. Setelah itu, dia tidak ingat apa lagi yang terjadi. Lalu, tiba-tiba … ada di sini?
Jangan katakan kalau dia mengalami hal-hal tidak masuk akal seperti transmigrasi ke dunia lain? Omong kosong! Memangnya ini cerita novel?
"Paman Guru?"
Panggilan dari Yu Hua kembali menyadarkan Song Qi. Pada saat itu tiba-tiba kepalanya diserang rasa sakit yang luar biasa. Serentetan ingatan asing menyerbu otaknya seperti gelombang banjir.
Dia mengerang, lalu menggertakkan gigi dengan keras. Ketiga pemuda itu menjadi panik. "Apakah kita sudah melakukan kesalahan? Seharusnya kita tidak memanggil Paman Guru bukan?"
Mereka bertiga saling memandang. Namun, beruntungnya rasa sakit di kepala Song Qi tidak bertahan lama. Beberapa saat kemudian, rasa sakit itu hilang dan kepalanya diisi dengan jutaan pengetahuan asing yang sama sekali baru.
"Aku akan memanggil Guru Yang saja," kata pemuda yang bernama Yang Guo.
"Tidak perlu." Song Qi tiba-tiba berbicara. Matanya terpejam dengan lelah. Sekarang dia sudah mengerti apa yang terjadi padanya.
Jiwanya dari bumi sudah bertransmigrasi ke dunia ini dan memasuki tubuh seorang guru di Sekte Surgawi Awan Putih. Ajaibnya mereka memiliki nama yang sama. Hanya saja identitas rahasia milik orang ini membuatnya sedikit terkejut.
Dia menunduk melihat cairan bening di lantai. Itu adalah apa yang sebelumnya menyembur dari mulut Song Qi. Itu tidak terlihat seperti darah, tetapi air.
'Tubuh yang unik,' gumamnya dalam hati.
"Aku … tidak ingat siapa kalian," ucap Song Qi kemudian. Dia mencoba bersikap selayaknya pemilik tubuh yang asli.
Ketiga pemuda itu terlihat asing, bahkan dalam ingatan Song Qi yang asli tidak ada. Itu karena pemilik tubuh asli ini sudah berada dalam meditasi pintu tertutup selama puluhan tahun. Sementara mereka baru masuk ke sekte beberapa tahun yang lalu.
"Paman Guru, aku adalah Yu Hua, ini Chen Yang, dan ini Yang Guo. Kami memang baru masuk sekte beberapa tahun yang lalu."
Song Qi mengangguk pelan. Kemudian suara ledakan di luar menjadi semakin intens, bahkan lantai tempat mereka berpijak mulai bergetar. Dia langsung mengerutkan kening.
"Apa yang terjadi?"
Yu Hua segera menjawab, "Paman Guru mungkin tidak tahu, tapi saat ini situasi sekte kita sungguh sangat serius. Belum lama ini secara tidak sengaja Guru Chen telah menyinggung pasukan Raja Iblis. Dan hari ini mereka datang menyerang kita."
"Kalian ingin aku ikut bertempur?" Mereka bertiga segera mengangguk bersamaan.
Song Qi tidak tahu harus tertawa atau menangis mendapati situasi ini.
Pada kehidupan sebelumnya, dia adalah manusia gila kerja yang setiap tetes darahnya hanya dihabiskan untuk bekerja dan mempertahankan perusahaan. Bahkan saat tubuhnya mulai rusak, dia masih terus memaksakan diri.
Sifat gila kerja itu membuatnya mengalami kelelahan ekstrem yang mengantarnya pada kematian. Sekarang, setelah diberi kesempatan untuk hidup lagi, dia sungguh tidak ingin melakukan apa pun lagi.
Jiwanya lelah. Dia hanya ingin tidur dan bermalas-malasan. Kenapa orang-orang ini justru mengganggunya dengan urusan sekte?
Melihat tidak ada respons dari Song Qi, Yu Hua kembali berbicara. "Para guru dan tetua banyak yang terluka. Kami tidak memiliki pilihan lain sehingga terpaksa memanggil Paman Guru. Bisakah … bisakah kau membantu kami?"
Tatapan ketiga pemuda itu dipenuhi dengan harapan. Song Qi terdiam. Apakah dia sungguh harus beradu tinju dan mengeluarkan kekuatan yang bisa memanggil angin dan hujan?
Itu sedikit mengerikan. Namun, jika Raja Iblis itu menghancurkan sekte ini, bukankah dia bisa mengalami kematian lagi? Jika dia mati, dia tidak akan bisa tidur dan bermalas-malasan.
Song Qi mendengkus dingin. Tiba-tiba dia merasakan kebencian untuk Raja Iblis itu. Sungguh seorang pengganggu! Seharusnya saat ini dia bisa mulai menghabiskan waktu untuk tidur, tetapi orang itu justru membuat kekacauan seperti ini.
"Kalau begitu, bawa aku ke sana!" perintahnya dengan dingin.
Meskipun tidak ada ingatan apa pun tentang Raja Iblis dalam otaknya, dia tidak merasa takut. Justru ingin segera membantu orang-orang ini menghentikan dan mengusir si pengacau!