"Agggh!" pekik Sisy, dan seketika ia ingin menghempaskan tangan kekar yang kini melingkar di pinggangnya.
Namun, bukannya menyingkir karena pekikan istrinya, tetapi justru Saka semakin mengeratkan pelukan itu.
"Lepas! Siapa kau hah?" Seluruh tubuh Sisy seketika merinding, ia ingat sekali kalau ia memang mengunci pintu dengan sangat rapat.
"Aku suamimu." Saka berbisik di telinga Sisy, membuat wanita itu seketika diam dengan membelalakan matanya sempurna.
Sontak saja, Sisy segera membalikkan tubuhnya, hingga kini kedua wajah insan itu saling bersitatap dengan begitu dalam.
Beberapa detik, kedua insan itu terus terhayut dalam sebuah tatapan yang indah, setelah sesaatnya ia merasakan kalau ada sebuah kecupan di bibirnya karena Saka yang melayangkannya.
Sisy memegangi bibirnya, terasa Kelu dan seperti tak bisa lagi digerakkan, sedangkan lelaki yang ada di depannya melihat dengan senyum yang lebar.
Sontak Sisy mendorong wajah tampan itu agar tidak lagi berdekatan dengan wajahnya, membuat Saka tentu saja terhenyak mendapatkan perlakuan itu.
"Hey, apa yang kau lakukan?" tanya saka dengan terkejut.
Sedangkan Sisy, ia mati-matian mencoba untuk menghindar dari Saka, wanita itu segera beranjak dari tempat tidur.
"Diamlah di sini Sesy! Ini sudah malam, kau mau ke mana lagi?" Saka mencengkram tangan Sisy saat melihat wanita itu hendak keluar kamar.
"Bukan urusanmu!" Sisy menghempaskan tangan itu, dan lalu meninggalkan Saka.
Saka bergerak cepat, dan lalu menutup pintu dengan memasang tubuhnya di sana, menatao Sisy dengan heran dan seolah ia tidak mengenal siapa istrinya itu.
Sisy membalas tatapan itu, menyipitkan matanya dengan sangat geram, dengan bibirnya yang terkatup sangat rapat.
Sisy membalikan tubuhnya, ia berniat pergi dari hadapan Saka, dan ingin duduk di pinggir balkon rumah itu, namun niatnya seketika lenyap saat saka menarik tangannya dan membawa tubuh Sisy dalam pelukannya.
Detak jantung Sisy kini berdebar sangat kencang. Sedangkan Matanya membulat sempurna, kini tubuh wanita itu berada pelukan lelaki yang seharusnya menjadi kakak iparnya.
"Aku merasa, kau seperti bukan Sesy, kenapa kau berubah saat aku sudah menjadi suamimu, seharusnya kau..." Saka sontak tak melanjutkan bicaranya, saat ia merasakan kalau Sisy melepaskan tubuhnya dari pelukannya.
"Hentikan Saja! Ini a-aku Se-Sesy! Memang kau pikir siapa!" Sisy membuang pandangannya, ia tidak mau membuat Saka curiga padanya, tetapi, ia juga tak mau kalau tubuhnya harus terkoyak lagi oleh Saka.
Sednagkan Saka, lelaki itu menatap lekat wajah Sisy, ia dapat melihat ada keraguan dan kebohongan di bola mata yang indah dan bulat itu.
"Apa? Kenapa menatapku seperti itu?" Sisy langsung naik pitam, saat Saka terus saja menatapnya dengan lamat-lamat.
"Kau, terlihat jauh lebih cantik dibanding biasanya." Saka memuji apa yang memang ia lihat.
Saka kini mendekat, rasa benci yang dulu selalu tersemat untuk Sesy, justru kini berubah menjadi rasa penasaran karena istrinya selalu saja menolaknya.
"Berhenti di tempatmu Saka! Jangan berani melangkah lagi!" Sisy menaikkan tangannya dan seolah menghentikan langkah kaki Saka.
Hal itu, sontak membuat saja semakin merasa aneh, tak biasanya Sesy seperti ini padanya. Entah apa yang terjadi, tapi justru Saka malah menyukai Sifat Sisy yang selalu menolaknya.
Saka melompat dari tempatnya, dan setelah itu ia menghempaskan pelukan erat di tubuh Sisy, membuat tubuh Sisy merasakan sakit karena tubuhnya yang kecil dipeluk erat oleh Saka.
"Lepas Saka!" Sisy mencoba melepaskan tapi tetap saja Saka terus memeluknya dengan erat, dan semakin erat lagi.
Saka melangkah dengan masih memeluk Sisy, ia menuju ke sebuah kasur king size yang lebar, dan detik itu pula, lelaki itu menjatuhkan bobot tubuhnya dengan tubuh Sisy di atas kasur itu.
Sisy sangat terhenyak, ia merasa kalau seluruh tubuhnya itu ditindihi oleh beban yang sangat berat, karena posisi ia yang berada di bawah tubuh Saka yang kekar.
Saka, seorang pria normal tentu saja tak mau menahan hasrat terlalu lama, apa lagi bersama istrinya sendiri, bagaimanapun cara Sisy menolaknya malam ini, hal itu tidak akan membuat Saka mengundurkan niatnya lagi.
"Ka-kau mau apa Sa-saka?" Terbata Sisy mengatakan itu, sedangkan tatapannya kini begitu tegang menatap pada netra elang Saja, wajah cantik itu kini berubah menjadi pucat.
"Kenapa? Kenapa kau panik Sesy? Kau sudah terbiasa dengan ini, dan kau harus melakukan ini dengan suamimu sendiri!" Saka berbisik tepat pada telinga Sisy.
Sisy menggelengkan kepalanya, setelah sesaatnya kepalanya hanya bisa diam saat Saka menahannya dan kini bibir sensual Saja mengukum lembut bibir Sisy yang mungil.
Disaat itu pula, Sisy merasakan hal yang tak biasa, jantungnya berdebar, hatinya berdenyut sedangkan seluruh tubuhnya terasa lemas begitu saja.
Perlahan, Saka mengangkat tangannya, dan lalu meremas kedua gunung kembar milik Sisy.
Sisy mencoba melepaskan tubuh Saka, tapi kedua tangan Sisy yang ditaruh di atas kepalanya sendiri oleh Saka, membuat wania itu tak berdaya dan hanya bisa pasrah dengan apa yang dilakukan oleh Saka terhadapnya.
Kini tangan Saka sudah memasuki baju Sisy, ia kembali meremas Hinga membuat Sisy dapat merasakan nikmat, karena selama ini tak pernah ada seorang pria pun yang melakukan ini padanya.
Saka seketika terkejut, zaat mendapati kalau kedua gunung kembar milik Sisy masih seperti baru dan belum pernah disentuh oleh lelaki manapun, terbukti dari kenyalnya benda itu.
Namun Saka tak perduli, sosok Sedy adalah sosok wanita yang sangat perduli akan penampilannya tentu saja wanita itu bisa merubah apapun Yang ada di tubuhnya, kecuali darah perawan yang mungkin tidak bisa lagi didapatkan oleh Saka.
Saat Saka sedang asik dalam setengah pergulatan itu, telinga Saka mendengar ada keributan nyaris di depan kamarnya, membuat Sisy bisa bernafas lega karena seolah ada pertolongan untuknya lagi pada malam yang panas ini.
"Aaaakkh! Sial!" Saka sontak bangkit dari tubuh Sisy.
Lipstik Sisy yang berwarna peach, seketika luntur karena sudah dilumat habis oleh Saka, terlihat kalau wajah lelaki itu sangat kesal sekali.
Sisy kini sudah berdiri, ia merapikan rambutnya yang sedikit berantakan, dan bajunya yang tadi sudah tertarik ke atas gara-gara Saka.
Sedangkan Saka, ia segera melangkahkan kakinya untuk bisa membuka handle pintu, ini adalah gangguan yang sangat menyebalkan untuknya, padahal tinggal beberapa langkah lagi, ia dapat mencicipi tubuh Sisy yang ia kira sebagai Sesy yang banyak digilai banyak pria.
Namun, Saka seketika terhenyak kaget saat mata elangnya melihat dengan jelas kalau Pak Demian dengan ibu Renata yang terjatuh akibat menyender di pintu dan sontak terjatuh saat Saka membuka pintu itu.
Sisy yang melihat itu dari dalam, sontak membulatkan setengah bibirnya, dan lalu dengan sesegera mungkin Sisy menghampiri kedua mertuanya itu untuk menolongnya.
Terlihat kalau wajah ibu Renata sedang meringis karena seluruh tubuhnya kareja sudah terbentur dengan lantai, pun dengan Pak Demian yang juga memegangi pinggangnya.
"Apa yang Mama dan Papa lakukan, di depan kamarku?" tanya Saka.
bersambung.