"Aku haus sekali Marion," lirih Shana, tak menyadari bahwa taring mengilat telah menyembul dari balik bibirnya yang ranum. "Kau sangat harum, Marion. Aku lapar ...."
"Tidak, Shana. Kau akan makan apa yang kumasakkan untukmu," jawab Marion, berusaha tenang. Padahal batinnya sudah bergemuruh dan nyalinya ciut saat ini. Bukan karena ia takut, melainkan karena yang kini tengah ada di hadapan Marion adalah Shana. Meski dalam bentuk berbeda.
Bagaimana bisa?
"Marion ... kau harum dan membuat perutku keroncongan. Kau masak apa?"
Marion yakin kalau Shana sama sekali tak memahami apa dan siapa dirinya saat ini. Andai Marion mengatakan pada Shana bahwa dirinya adalah monster pengisap darah, kira-kira bagaimana reaksi Shana?
"A-aku sedang ... uhm ... memasak ...."