Kenalkan aku Bae Juni. 28 tahun. Aku seorang barista di sebuah cafe milik almarhum Ibuku. Aku mulai meneruskan kedai makanan ringan dengan kopi khas milik Ibu. Namun aku mengubahnya menjadi sebuah cafe anak muda jaman sekarang dengan mengubah sedikit interior lama kami ke beberapa yang baru. Karena sudah ada satu tahun ditinggalkan, jadi aku dan Yoongi cukup membersihkan semuanya dengan sangat teliti.

Beruntung aku sempat belajar bagaimana cara menyeduh kopi kami, yang sudah ada turun temurun dari keluarga. Bagaimana tidak temurun, ini dimulai dari nenek buyutku dulu. Jadi bisa dibilang aku adalah generasi keempat keluargaku.
Kopi dengan pasangan waffle kini banyak digandrungi anak muda jaman sekarang. Banyak dari mereka yang datang adalah anak-anak sekolah menengah atas dan anak kuliahan yang sambil belajar juga kencan. Sangat menyenangkan melihat bagaimana mereka bersosialisasi di meja-meja kecil yang lumayan memenuhi cafe ku yang tak begitu luas. Tapi tak jarang juga orang kantoran mampir untuk sekedar melepas penat dari himpitan masyarakat.
Aku salah satu dari masyarakat itu sebenarnya.
Ting!
Sebuah bel yang sengaja ku pasang di antara pintu masuk dan keluar. Akan nyaring berbunyi ketika ada orang masuk maupun keluar. Ini juga cukup membantu diriku yang mungkin tidak sengaja akan tertidur karena lelah.
Pria pucat dengan wajah dingin menghampiri ku sembari meletakkan kotak bekal makan siang milikku yang lupa dibawa ketika berangkat.
"Oh sayang. Kau datang? Terima kasih" ujarku ketika ia datang.
"Ahhh berikan ini juga pada temanmu Hana. Kalian pasti akan kelaparan, kulihat cafe sedang ramai" Ia adalah suamiku, kenalkan namanya Min Yoongi.

"Terima kasih sekali. Hana pasti suka. Ini adalah japchae kesukaannya" jawabku dengan agak manja. "Oh! Apa kau akan kembali bekerja? Tidak kopi dulu, akan kubuatkan Cappucino manis kesukaan mu. Tunggu sebentar!" aku mencoba bergegas membuatkan kopi untuknya agar bisa diminum di jalan.
Namun ia tetap berjalan sambil melambai pergi. "Tidak usah! Aku sedikit buru-buru" teriaknya hampir sampai di ambang pintu.
Aku membalas lambaiannya dan berteriak Hati-hati.
Walaupun kami suami istri. Kami bukan pasangan romantis jika di depan umum. Dia tipikal orang yang sangat pemalu, bahkan pada teman kecilku Hana. Padahal ketika menikah hingga kini sudah ada sepuluh tahun Hana juga suaminya mengenal Yoongi. Tapi Yoongi memang sangat tertutup pada banyakan orang. Termasuk keluarganya sendiri.
"Katakan pada suamimu yang pemalu itu 'Terima kasih'. Dasar! Dia selalu malu-malu ketika tidak sengaja kami bertemu di tengah jalan jika ku sapa kakak" omel Hana.
Aku dan Hana adalah orang yang super duper supel atau orang bilang terlampau ramah. Jadi aku juga sangat akrab dengan suami Hana dan Anak mereka Suno. Kim Suno yang tampan dan menggemaskan.
Tapi suamiku selalu minder dengan temanku juga temannya sendiri karena sifat pemalunya. Dan Hana mengomel karena Yoongi memang bukan orang yang supel seperti kami ini, entah kenapa dulu aku bisa menikahi orang dengan sifat 180 derajat berbanding terbalik dengan ku yang orang bilang cerewet.
Juga baik hati. Hhh ini tambahan dari diriku sendiri.
**
Kembali ke pekerjaan kami. Aku menoleh ketika Hana sudah selesai menata makanan kami dan bergeleng pelan. Hanya tinggal 2 pelanggan di dalam cafe kami. Dan sekarang sudah hampir jam dua siang. Pantas jika cacing dalam perutku meronta.
"Kang Hana. Apa enak? " sindirku manja ketika aku lihat ia menyuap besar japchae buatan suamiku.
Dia mengangguk dengan cepat dengan mulut penuh. Aku menggeleng lagi dengan tingkahnya yang lucu. Terkadang anak itu seperti bukan Ibu dari seorang anak laki-laki yang ia tinggalkan di rumah.
Sifatnya yang random dan sama gilanya dengan ku tentu saja yang membuat kami bisa berteman selama hampir dua puluh tiga tahun. Bayangkan 23 tahun dan pernikahanku yang delapan tahun dengan Yoongi. Selama itu kami kenal, dan senyum Yoongi terhadap Hana yang notabennya melebihi kedekatanku dengan keluarga yang lain ini masih terbatas formalitas.
Ia akan berempati dengan segala kesusahan Hana jika ada masalah dan bersikap tsundere, seperti barusan mengingat Hana repot dengan anak mereka dan orang tuanya. Ia biasanya akan lupa bawa bekal dia saat bekerja. Jadi Yoongi dan aku akan menyiapkan untuk Hana, karena dirumah kami hanya berdua saja.
**
Aku menyendok sayur yang kubuat dengan nasi penuh. Aku hanya ingin mengisi energiku yang rasa-rasanya sangat terkuras untuk hari ini.

Kami makan dengan cukup tenang tanpa banyak berbicara. Kecuali mulut Hana yang terus menerus memuji masakan Yoongi. Karena Japchae kesukaannya, namun aku akui Japchae Yoongi selalu berbeda.
Apa penuh cinta darinya untukku, aku karena aku merasakannya dengan cinta. Hahahahaha terkadang hubungan suami istri itu tidak selalu tentang cinta. Pertengkaran kami, kesalahpahaman kami, cekcok tentang hal sepele tentang hal meletakkan barang di rumah, kemudian sifat random ku yang tiba-tiba datang dengan paksa menggigit tubuh Yoongi.
Yoongi akan diam menerimanya. Selama kami tidak adu tangan dan hanya mulut kami yang terus mengomel. Aku rasa hubungan kami baik-baik saja dan indah. Tidak melulu soal lontaran kata cinta, itu hanya akan terasa menggelikan untuk kami. Aku yakin Yoongi juga akan tidak menyukainya. Aku terlalu mengenal suamiku itu soalnya.
"Padahal ia hanya memasak Japchae untuk kita dan kau terus memujinya. Lalu bagaimana dengan semua masakan yang kubuat? Ha! " aku tidak tau kenapa punya teman dekat dengan maniak japchae sepertinya.
Hana tertawa dengan protes yang ku lontarkan karena ia hanya memuji masakan Yoongi saja. Bukan cemburu, lebih baik kalian tidak menyisipkan kecurigaan terhadap Hana juga Yoongi, mereka murni seperti teman dan kakak adik.
Hana terkekeh saja, ia mengakui kebiasaan itu. Padahal hampir 80% makanan yang masuk ke perutnya itu adalah masakanku. Kemudian ia menyodorkan paha ayam ke mulutku. Dia tidak mau jika kesukaannya di protes. Dasar!

Hingga terceletuk kata-kataku. "Mau tukar suamiku dengan suamimu? "
Dia membulat dengan dua jempol di tangannya.
"Hebat. Itu pikiran yang luar biasa. Kau akan rasakan dunianya Kim Sung Hoon nantinya" ujarnya sambil tertawa. Mengingatnya saja sudah membuat merinding. Seperti dua cermin yang di hadap-hadapkan saja. Aku bergidik ngeri.
Kim Sung Hoon vs Min Yoongi. Bagaimana kami yang bisa di bilang Ekstrovert menikahi over and over Introvert seperti mereka. Aku mengangkat dua tanganku tinggi membuat kami tertawa lepas.
Dengan kata lain suami kami ini sama pemalu dan pendiam nya. Tapi Sunghoon masih bisa tertolong karena ada Suno. Sebagian pertanyaan dari orang-orang untuk Suno pastilah Sunghoon yang jawab.
Kami tertawa meneruskan lelucon kami di antara makan siang. Membicarakan semua hal dari satu ke satunya. Seolah lupa jika mereka ada di cafe sekarang. Begitulah kami di sebut teman gila di antara teman kami yang lain.
**
Bye bye
Writen by Yuni Diana