Aku masih dalam pelukan paman Bruce ketika dia membawaku pergi, meninggalkan para prajurit tanpa memberi perintah atau aba-aba apapun.
Karena penasaran aku mengintip sedikit kearah para prajurit yang ku tinggalkan, mereka sama sekali tidak melihatku, alih-alih mereka memasang ekspresi berat, waspada, dan sedih sambil mengepung 'aku' yang lain, aku juga melihat Paman Bruce yang 'lain' disana, perbedaannya aku yang 'lain' memiliki anak panah yang tertancap di perutnya.
'Aku' yang lain memiliki ekspresi kesakitan, mencoba menahan tangis namun tak berdaya air mata sudah membasahi pipinya, sedangkan Paman Bruce yang 'lain' sedang berdiskusi dengan serius bersama beberapa prajurit bawahannya.
Pemandangan ini hampir membuatku merinding ketakutan, untuk sesaat aku berpikir aku sudah meninggal, aku melihat mereka dalam sudut pandang jiwa yang melihat tubuh asli,
Baru ketika Paman Bruce membawaku semakin jauh, dan pemandangan tempat para pengawal semakin kabur, aku menyadari, sepertinya mereka tidak memutuskan semua ini secara tiba-tiba, mereka pasti sudah merencanakan penggunaan umpan sejak lama.
Lalu untuk apa usaha pelarian sebelumnya? aku tidak tahu dan tidak ingin tahu, kepalaku sudah terisi banyak hal, aku hanya bisa percaya pada mereka dan pengorbanan mereka.
Jika kalian dan aku bisa selamat aku akan menaikkan pangkat kalian di kerajaanku sendiri, jika hanya aku yang selamat, aku pasti akan memberikan kompensasi kepada keluarga kalian, serta mendirikan patung untuk menghormati kalian para pahlawan.
"Selamat tinggal semuanya"
setelah mengucapkan kata-kata itu, aku pun tertidur, sepertinya semua kejadian hari ini membuatku lelah lebih dari perkiraanku, pelukan Paman Bruce juga terasa begitu nyaman, mengingatkanku pada pelukan ayahku ketika aku masih kecil di bumi modern. Semoga bermimpi indah.
"Tuan Putri ayo bangun, kita sudah sampai"
Mendengar bisikan lirih itu aku kembali bangun,
Uh kelopak mataku terasa begitu berat. aku merasa aku hanya memejamkan mataku selama lima menit saja, aku bahkan tidak sempat bermimpi indah, sangat mengantuk aku ingin berkata 'lima menit lagi' sayangnya situasi tidak mengijinkannya,
Di dalam pandanganku yang sedikit kabur, apa yang pertama jatuh dalam visiku adalah adalah sebuah jurang, di ikuti dengan lautan berwarna merah menyala.
Butuh beberapa saat bagi otakku yang sedikit ngelag untuk menyadari bahwa aku ada di dekat jurang dengan lautan lava.
Pemandangan ini membuat aku yang sebelumnya mengantuk langsung kembali segar. Pantas saja di malam yang dingin ini aku malah merasa hangat, membuat tidurku menjadi lebih nyaman.
Tapi bagaimana kita sampai di tempat ini, apakah kita sampai di jalan buntu? seharusnya tidak, aku ingat paman membangunkanku dengan kalimat 'kita sudah sampai'. Jadi apakah ini tempat suci milik kerajaan kita?
Lupakan, tidak ada gunanya terus menebak-nebak, lebih baik tanyakan pada orang yang tahu jawabannya langsung, yaitu Paman Bruce.
Bagaimanapun dia sudah melayani keluarga kerajaan lebih dari 100 tahun, dia pasti tahu sesuatu tentang tempat suci itu.
"Paman, tempat ini adalah..."
Paman Bruce tersenyum, menurunkanku ke atas bebatuan abu-abu di atas tebing, berjalan ke tepi sendirian, memandangi lautan lava dengan tatapan nostalgia.
"Ya ini adalah tempat suci kerajaan kita"
Mendengar ini, aku segera mengikuti pandangan paman Bruce ke arah lautan lava, berpikir disana mungkin terdapat clue yang menunjuk pada tempat suci.
Um lupakan aku masih tidak mengerti, kecuali kumpulan asap aneh di tengah lautan lava ini, aku tidak melihat sudut mana pun yang terlihat seperti tempat suci, kecuali ini adalah tempat suci untuk bunuh diri, baru masuk akal.
Tidak-tunggu sebentar, bagaimana jika tempat ini memang tempat suci untuk bunuh diri atau pengorbanan? jika seorang anggota kerajaan dikorbankan kedalam lautan Lava akan muncul hewan penjaga atau iblis yang akan membantu mengatasi krisis kerajaan?
Lagi Pula aku masih tidak mengerti untuk apa mereka membuat begitu banyak pengorbanan hanya untuk membawaku kesini? lagi pula mereka setia pada kerajaan bukan padaku.
Persetan, lubang otakku terlalu besar, kemungkinan ini hampir membuat aku sendiri ketakutan, meski sedikit terlalu tiba-tiba mari kita tanyakan saja langsung.
"Paman apakah ada iblis disana?"
"Oh? bagaimana kau tau alicia kecil? apakah baginda raja memberitahumu?"
Mendengar ini air mata hampir membasahi pipiku lagi, aku takut mati tapi untuk beberapa alasan aku juga merasa lega, perasaan yang aneh.
Tentu saja Paman Bruce tidak mengerti alasan sebenarnya aku menangis, dia mungkin hanya menganggap ku ketakutan dengan kata iblis.
"Ya memang ada iblis disana atau lebih tepatnya raja iblis salah satu Tujuh iblis benua Hausatra bersama leluhurmu, ya kau tidak salah dengar leluhurmu adalah salah satu Tujuh Raja iblis benua Hausatra, jadi kau tak perlu takut"
Ah akhirnya aku ingat, aku pernah membacanya di buku catatan kerajaan, berbeda dengan pengertian iblis di bumi, iblis disini awalnya adalah gelar dan bukan ras.
Dulu di benua ini tidak ada iblis, hingga sampai 7 raja iblis ini muncul, mereka memodifikasi ras dan garis keturunan mereka hingga menjadi ras superior baru, membangun sebuah kerajaan dan hampir menguasai seluruh benua Hausatra.
Pada waktu itu memodifikasi garis keturunan adalah hal yang biasa di kerajaan mereka, begitu banyak orang yang melakukan perubahan garis keturunan, sehingga kerajaan ini disebut kerajaan iblis.
Dan aku adalah salah satu keturunan iblis? tidak, bukankah ini lebih bahaya untukku? menurut menurut logika permainan kartu yang dimainkan pacarku dulu, pemain harus mengorbankan kartu dengan atribut tertentu untuk memanggil kartu lebih tinggi dengan atribut yang sama.
Jadi paman Bruce ingin mengorbankan putri iblis untuk memanggil raja iblis?
"Bwehhhh.... aku tidak ingin mati paman"
Di sini Putri Alice belum 1 hari ia berjanji tidak akan menangis lagi, telah mengingkari janjinya karena takut mati.
Untung saja air mata tidak mengalir di pipiku, seharusnya tidak di hitung kan?
Tentu saja, untuk rengekkanku Paman Bruce segera memeluk dan menghiburku, aku melakukannya bukan untuk memanjakan, aku hanya ingin memastikan Paman tidak benar-benar ingin mengorbankanku, meski aku hnaya menganggap pemikiranku sendiri sebagai candaan , aku tidak bisa mengabaikan kemungkinan walau kecil.
Sekarang melihat betapa khawatirnya paman Bruce aku segera tenang, bagaimanapun jika dia benar-benar ingin mengorbankanku dia tidak perlu repot-repot menghiburku kan?
Tapi Raja iblis siapa dia?