Membuat Saga benar-benar tak bisa menahan rasa nikmat itu. Sedikitpun dia tidak membuka matanya, namun Bella dengan sengaja mengusap wajahnya.
"Aku tahu, Mas. Bahwa kita belum pernah melakukan hubungan itu sebelumnya kan? Tetapi satu hal yang ingin aku jujur denganmu, bahwa beberapa waktu ini aku selalu saja diganggu oleh pria misterius bertopeng. Entah siapa dia, aku tidak tahu. Namun yang pasti sekarang, aku tidak ingin membiarkan pria itu terus saja menggangguku, aku akan membuat perlawanan dengannya. Tapi, bisakah kamu percaya denganku? Bahwa aku sama sekali tidak mengharapkan pria bertopeng itu ada di sisiku, Mas," ucap Bella.
"Oh ya? Siapa memangnya pria bertopeng itu? Dan bagaimana bisa dia masuk ke dalam rumah ini? Bella, aku rasa kamu yang sudah berpikir banyak, dan jangan teruskan karena aku takut akan menggangu otakmu," ketus Saga dengan pertanyaan-pertanyaan yang semakin membuatnya hilang akal. "Bella, untuk sekali lagi maafkan aku sudah mempermainkan kamu," batinnya.
"Tidak, Mas. Aku benar-benar tahu dan itu nyata. Pria bertopeng itu mencoba memaksaku melakukan hal gila, dan aku tidak ingin semua itu terjadi. Jadi tolong, percayalah padaku, dan aku harap kita bisa tidur sekamar setiap waktu. Sungguh, aku tidak ingin kita tidur pisah ranjang. Bagaimanapun juga aku ini istrimu, Mas, dan aku sudah berjanji akan mencoba membuka hati untukmu." Bella mencoba menginginkan sebuah kebahagiaan yang nyata.
"Sudahlah, Bella. Sebaiknya aku segera ke luar dari sini karena sepertinya kamu bukan ingin mandi melainkan ingin mencuci otakku." Saga terlihat kesal meskipun ia berupaya untuk melakukannya.
Tak akan Bella biarkan semua itu terjadi, dan dengan sengaja Bella membuka pakaian Saga dengan paksa. Lagi-lagi Saga menolak dan mengabaikan Bella, namun sialnya ia baru sadar bahwa kunci pintu kamar mandi berada di atas tempat yang tinggi.
"Bella, awas saja jika aku datang dengan penampilan pria misterius. Kau akan tahu akibatnya karena sudah memaksaku membuka pakaian ini. Tentu saja aku akan membuatmu menjerit mesra, Bella," batinnya Saga yang akhirnya memilih mengalah dengan terpaksa.
Satu-persatu kancing pakaiannya Saga terbuka, dan ia berupaya untuk bisa membuat Saga menatap kearahnya. Bella tahu bahwa saat ini dia terlihat seperti wanita yang haus akan kenikmatan, namun semua ini ia lakukan agar Saga mau bermalam dengannya setiap waktu, tanpa harus diganggu oleh pria bertopeng.
Pakaian atas sudah terbuka, dan kini saatnya Bella ingin melucuti pakaian bawahnya Saga. Tepat ketika tangannya Bella berada di tengah-tengah, tiba-tiba saja Saga memegang tangannya Bella sembari bertanya. "Jadi sekarang kau ingin memperkosa diriku?"
"Mas Saga, aku ini istrimu."
"Ya, aku tahu. Tapi kamu seperti ingin memperkosaku, Bella."
"Bagaimana mungkin kamu bisa berpikir seperti itu, Mas?"
"Karena memang kamu terlihat haus akan kepuasan. Bella, akui saja padaku, apa sebelumnya kamu telah pernah melakukan hal ini dengan pria lain?" tanya Saga dengan sengaja. Membuat Saga tersenyum tipis sembari batinnya berkata. "Aku ingin lihat, Bella. Apakah kamu akan benar-benar berkata jujur denganku tentang malam pertama kita yang seharusnya milik kita berdua, namun justru telah diambil oleh pria misterius? Meskipun memang pria itu aku, tapi bagimu, pria itu tetap orang lain."
Seketika membuat Bella terdiam dan perlahan melepaskan tangannya dari genggaman Saga. Ia pun kembali mengingat saat di mana pria misterius itu memaksa dirinya. Ingatan buruk itu masih sangat terbayang dalam benaknya sekarang, namun untuk sekali lagi ia tidak tahu harus melakukan apa.
"Rasanya aku ingin sekali jujur denganmu, Mas Saga. Tetapi aku takut jika kamu berpikir buruk untukku, tapi aku juga semakin takut jika tidak jujur. Tentu saja sekarang keperawanan ku ini telah hilang karena seorang pria yang tidak aku kenali wajahnya," batinnya Bella dalam kebingungan yang dalam.
"Bella, kenapa kamu diam saja? Bahkan tadi kamu sangat keras kepala untuk bisa perkosa suamimu sendiri, ya, meskipun sudah terbalik," tanya Saga.
Dengan perlahan Bella menghembuskan nafasnya dan menggenggam erat tangannya Saga. Ingin sekali ia mengungkapkan segalanya, namun ia tahu bahwa ungkapan kejujuran itu membuat hatinya sangatlah menderita.
"A-aku tidak tahu harus memulainya darimana, Mas. Tapi, aku sadari bahwa memang untuk sekarang, mungkin saja perawan ku ini telah ini karena ... Karena seorang pria misterius yang memakai topeng. Jujur, aku tidak ingin semua itu terjadi, tapi aku terlalu lemah untuk harus menahannya. Sebelumnya memang aku berpikir bahwa aku harus menyembunyikan hal ini, tapi sepertinya tidak, bagaimanapun kita telah menikah, dan tidak boleh ada satu pun kebohongan yang harus aku tutupi. Mas Saga, tolong maafkan aku karena tidak bisa menjaga diriku dengan baik," ucap Bella dalam kejujurannya sembari menundukkan kepalanya.
Dengan tiba-tiba Saga melepaskan genggaman tangannya Bella dengan kasar. Ia berupaya agar terlihat marah dan hanya ingin Bella tahu bahwa semua itu adalah kesalahan yang salah.
"Oh, jadi seperti itu dirimu ini, Bella. Kamu berupaya agar mencoba menipuku dengan mengatakan kalau ada pria misterius bertopeng yang sudah mengambil keperawanan mu ini? Aku rasa bukan dia yang mau, tapi kamu. Ya sudah jika memang semua itu sudah terjadi, dan sekarang kamu mencoba memberikan bekas orang lain kepadaku. Sudahlah hentikan semua ini, dan jangan pernah berpikir bahwa aku akan menyentuhmu. Sekarang buka cepat pintunya!" Saga bersikap ketus.
"Tapi, Mas Saga. Aku bisa jelaskan bahwa bukan aku yang mau. Tetapi pria gila itu yang tiba-tiba saja masuk ke dalam kamar kita. Aku takut jika dia salah satu dari orang kepercayaan kamu ini. Bisa saja dia Sam ataupun Bian. Tolong percayalah padaku dan jangan marahi aku, Mas." Bella kembali menahan Saga dengan kuat-kuat.
"Tidak akan pernah aku percaya denganmu, Bella. Kamu ini wanita kotor! Sekarang buka pintu ini atau aku akan benar-benar berteriak supaya Sam dan Bian datang, mungkin mereka akan memberikan kamu pelajaran karena sudah mengunciku di dalam sini," ancamnya. "Bella, aku tahu kalau kamu jujur. Tapi maafkan aku, bagaimanapun aku tidak ingin kamu tahu bahwa aku lah pria misterius itu. Tetapi entah kenapa? Aku sejak tadi selalu berkata maaf dengan Bella. Ada apa dengan diriku sekarang ini?"
"Mas Saga, aku mohon ... Mas, dengarkan aku sekarang."
"Buka pintunya cepat!" Saga berteriak keras.
"Tapi, Mas-"
"Aku bilang buka, ya buka, Bella! Jangan membuatku semakin marah!"
"Baik, Mas." Dengan hati yang penuh luka, Bella pun terpaksa mengiyakan permintaan suaminya.
Pintu pun terbuka dan Saga segera ke luar dari dalam sana dengan mendorong kursi rodanya sendiri. Tak tahu dengan apa yang harus Bella lakukan sekarang ini, namun kini ia merasa sangat jijik dengan tubuhnya sendiri.