"Aku tidak mungkin menolak untuk melakukan pertemuan demi karirku sendiri, tapi aku harus menjawab apa sekarang?" batinnya Bella dalam kecemasannya.
"Kenapa kamu diam saja, Bella? Apa sebaiknya kita latihan di rumah saja dan sesekali di tempat yang berbeda seperti cafe ataupun tempat yang lebih seru tentunya." Calvin terheran ketika melihat Bella yang tak memberikan jawaban.
"Um, jangan di rumahku karena aku tidak bisa melakukannya. Ya sudah aku akan menuruti permintaan kamu saja, dan di mana tempatnya kamu yang tentukan," sahut Bella.
"No problem, aku rasa juga bisa." Ya sudah ayo kita ke sana."
Kembali dimintai untuk berkumpul bersama dengan yang lainnya agar bisa melanjutkan latihan dansa dalam satu group yang besar. Mulai sejak perkenalan itu Calvin mulai mencuri pandang kearah Bella, namun Bella sama sekali tidak peka jika dirinya sedang menjadi pusat perhatian seseorang.
Di luar gedung latihan, Sam hanya bisa menunggu di dalam mobilnya tanpa mengetahui apa yang sedang dilakukan oleh Bella di dalam sana. Sebab, selain dari para peserta dan pelatih tidak diperbolehkan untuk masuk sembarangan tanpa membawa identitas atas peserta dansa.
Hingga rasa kantuk menghampirinya, tapi tiba-tiba saja Sam terkejut karena sebuah panggilan terdengar jelas tak jauh.
"Tuan Saga telepon lagi, aku harus jawab apa ya? Ah sudahlah yang penting tetap jujur," gumam Sam dalam kebingungannya.
"Ya Hallo, Tuan Saga."
"Apa yang kamu dapatkan, Sam?! Kenapa tidak memberitahu aku perkembangannya? Lalu sekarang di mana Bella berada? Dia tidak kabur kan?" tanya Tuan Saga melalui telepon, dan terlihat sedikit kesal dari nada suaranya.
"Maaf, Tuan Saga. Sekarang ini saya sedang berada di depan sebuah gedung khusus untuk latihan dansa, namun saya tidak bisa masuk ke dalam sana karena tidak memiliki identitas peserta. Bahkan jika menerobos masuk tidak membuat saya berdaya, tapi sebelumnya memang Nona Bella pergi untuk menemui makam ayahnya," lapor Sam dalam kecemasannya karena merasa takut kalau sampai dimarahi.
"Berarti wanita itu sudah menipuku. Ya sudah kamu tetap pantau saja dari luar, dan lihat ke mana lagi dia akan pergi," perintah Saga sembari mematikan ponselnya dengan sebelah pihak.
Sesuai dengan perintah Sam melakukan yang terbaik, dan ia berusaha menjauh agar tidak diketahui kedatangannya saat Bella sedang berjalan ke luar dari gedung tersebut. Namun, ada sedikit yang mengganjal di dalam pandangannya saat melihat Bella ke luar bersama dengan seorang pria.
Segera mengambil potret pria tersebut dari jauh, dan kembali mengikuti Bella dari arah belakang hingga akhirnya mereka tiba di rumahnya.
Kepulangan Bella membuat Saga menatap dengan tatapan yang tajam, ia pun segera meminta Bella untuk mendekatinya.
"Habis darimana saja kamu?"
"Um, aku dari tempat pemakaman ayah dan juga ke pantai. Bukankah kamu tahu hal ini?"
Tersenyum tipis ketika mendengar kebohongan dari Bella. Membuat Saga merasa tidak suka ketika harus dibohongi oleh wanita itu.
"Oh ya? Jadi, kamu benar-benar pergi ke pantai, begitu? Berarti itu yang kamu namakan sebagai tempat healing? Padahal sebenarnya kamu ke luar dari gedung dansa. Katakan padaku kenapa kamu masih tetap melakukan dansa?"
Seketika membuat Bella terdiam saat mendengar hal itu, ia benar-benar kebingungan kenapa sampai bisa Saga mengetahui segalanya.
"Tunggu dulu, apa jangan-jangan kamu berusaha mengikuti ku dengan meminta Sam atau Bian yang melakukannya?"
"Ya, dan aku tidak akan mungkin membiarkan kamu pergi sendirian tanpa ada yang menjaganya, bukan? Jelas-jelas kamu telah membohongiku, Bella." Terlihat Saga marah dan kesal.
"Memang benar kalau aku baru saja pulang dari tempat latihan dansa, tapi memangnya kenapa? Bukankah semua itu tidak akan membuatmu terluka? Ini impianku, Mas Saga. Aku berhak bahagia, apalagi aku sudah menerima semua pernikahan yang seharusnya tidak perlu aku lakukan, dan ditambah tanpa kejelasan yang jelas. Jad,i aku bukan boneka!" Bella tidak akan tinggal diam jika impiannya ikut di permasalahkan.
Sejak dulu Bella selalu berusaha untuk mengalah dengan kedua adiknya, tapi ia tidak akan mengalah jika berhubungan dengan dansa. Sebab, baginya menarik adalah sebuah keindahan dan kenyamanan yang bisa membuatnya lebih rileks tanpa harus memikirkan beban hidup yang sekarang ia alami.
Tetapi tidak dengan Saga yang tak suka kalau Bella melakukan semua itu, ia berharap agar Bella hanya berada di dalam kurungannya saja tanpa dibiarkan bebas dengan semaunya. Terlebih pembalasan dendam yang masih belum tuntas ia lakukan.
"Jangan membantah atau kamu akan celaka, Bella," geram Saga sambil mengepalkan tangannya dengan begitu erat karena mencoba menahan amarahnya sendiri.
"Ya, selama ini aku mencoba menerima pernikahan ini dengan baik, dan mengerti akan setiap keputusan kamu yang selalu sepihak. Tapi, apa? Nyatanya kamu berusaha mengendalikan aku, tapi tolong jangan halangi impianku karena ini satu-satunya kebahagiaan yang sekarang aku miliki. Maaf, sudah melawan dirimu, Tuan Saga." Bella dengan penuh keberanian meskipun tangannya merasa bergetar hingga akhirnya ia pun memilih untuk berlalu pergi begitu saja meskipun Saga masih terlihat kesal.
Sam ingin menahan langkahnya Bella, namun Saga memberikan perintah untuk tidak perlu melakukannya. Pria itu masih memiliki cara yang lain agar dapat bisa membalaskan dendam nya ini.
"Sudah biarkan dia sendiri, Sam. Lalu sekarang di mana Bian berada?"
"Sepertinya Bian berada di luar, Tuan Saga. Oh ya ada satu hal yang belum sempat saya perlihatkan kepadamu, Tuan. Ini hasil dari pengintai saya tadi." Sam memperlihatkan wajah dari seorang pria yang berjalan dengan Bella.
"Siapa dia? Kelihatannya mereka sangat dekat sampai bisa tersenyum seperti itu." Saga kebingungan, namun entah mengapa ia sangat tidak suka ada pria lain yang terlihat mencoba untuk membuat Bella bahagia.
"Saya juga tidak tahu, Tuan Saga. Kebetulan posisi yang jauh hingga tidak bisa membuat saya mendengar pembicaraan mereka."
"Ya sudah kalau begitu cepat kamu cari tahu siapa pria itu sebenarnya? Aku tidak mau tahu yang terpenting kamu harus menemukan beberapa fakta tentang pria itu," perintah Saga yang tidak bisa dibantah.
"Baik, Tuan Saga. Kalau begitu saya pergi dulu."
"Tunggu dulu, Sam. Panggilkan Bian ke dalam ruangan rapat kita."
"Siap, Tuan Saga."
Masih membuat Saga penasaran setelah melihat keberadaan dari pria tersebut. Ia juga ingin tahu ada acara apa sebenarnya hingga mereka terlihat begitu dekat. Sebelumnya memutuskan untuk melakukan langkah selanjutnya, Saga butuh untuk berkomunikasi dengan Bian terlebih dahulu.
Dengan berusaha hati-hati agar tak terlihat oleh Bella, ia pun turun dari kursi roda untuk berjalan kaki tanpa meninggalkan kursi rodanya.
Namun saat itu, terdengar suara nafas seseorang yang terlihat terkejut. Jelas-jelas telinga Saga mendengar hal itu hingga membuat langkahnya terhenti.