Begitu Graciela melewati gerbangnya, ia melihat gedung dengan tembok kacanya, persis dengan apa yang Graciela mimpikan hari itu. Graciela sadar tempat ini sangat indah, akan tetapi ini bukan waktu yang tepat untuk bersantai di atas batu yang langsung memperlihatkan langit indah tempat ini. Gadis itu kembali berlari, sampai ia melihat ada satu gerbang lagi di hadapannya, gerbang yang bertuliskan 'Welcome to VENNUELA'. Tanpa banyak berpikir, Graciela berlari menuju gerbang itu, dan ia masuk melewati pintu gerbang yang terbuka lebar. Tidak ada penjaga, ataupun orang lain selain dirinya di sini.
Walau Graciela merasa tempat ini sudah aman, ia tidak yakin monster itu akan berhenti mengejar dirinya. Sampai detik ini, Graciela masih berlari agar ia bisa menemukan tempat yang aman. Eh, tapi tunggu dulu. Di sini, Graciela bisa mengendalikan apapun sesuai dengan pikirannya. Lalu ... kenapa ia tidak menutup pintu gerbangnya saja? Agar monster itu kesulitan untuk menemukannya. Graciela kembali kearah gerbang itu, ia memfokuskan pikirannya untuk menutup gerbang tersebut. Dan ... Graciela berhasil melakukannya lagi. Ia bernafas lega akan hal itu, walaupun tidak terlihat tanda–tanda monster itu akan datang, setidak-tidaknya Graciela dapat merasa tenang untuk beberapa saat.
Graciela mendudukkan dirinya di atas batu besar, yang berada di sebelahnya. Dan baru ia sadari, ada seseorang yang kini berdiri di belakangnya. Graciela yang merasa tak nyaman, membalikan tubuhku ke belakang, dan betapa terkejutnya ia ketika melihat seorang pria berada tepat di hadapannya sekarang. Wajah dingin pria itu, membuat Graciela merasa ketakutan, ia berangsur mundur, berusaha untuk menghindari pria itu. Namun, tangannya dicekal, dan pria itu menarik paksa dirinya. "Hey lepaskan aku!" teriaknya, sembari berusaha melepaskan diri. Namun bukannya semakin longgar, pria itu memegang tangan Graciela semakin erat, dan langkahnya pun semakin cepat. "Jika kau terus menarik ku, aku akan berteriak!" ancamnya. Pria itu berhenti, kemudian ia menoleh ke arah Graciela, dan berkata, "Memangnya kau pikir, akan ada orang yang menolong mu, nona?" Graciela terdiam, suara pria itu, tidak asing di telinganya. Ah, bukan itu masalahnya sekarang!
"Jika kau berniat baik padaku, setidaknya lepaskan tanganku, dan biarkan aku jalan sendiri!" kesalnya. Pria itu melepaskan tangan Graciela, dan berjalan mendahului gadis itu. Mau tidak mau, Graciela mengikuti langkah pria itu, sembari melihat ke sekeliling tempat ini. Sebenarnya Gracile ingin bertanya sesuatu, tapi sepertinya bukan waktu yang tepat untuk ia melontarkan banyak pertanyaan. Sekarang yang bisa Graciela lakukan hanya mengikuti pria itu, dan mungkin menetap di tempatnya selama beberapa hari. "Bersikap normal lah, jangan mencari masalah apapun," ucap pria itu. Gracile menghentikan langkahnya saat ia melihat pria itu masuk ke dalam sebuah rumah. Mungkin? Namun, Graciela kembali berjalan saat melihat tatapan tajam pria itu. Haish, bagaimana pun, Graciela hanya lah orang asing di tempat ini.
Begitu ia masuk, yang pertama kali Graciela lihat adalah ruangan yang sangat indah. Di dalam ruangan ini, ada berbagai macam pajangan, dan juga ada monitor besar yang menempel di dindingnya. Pun dengan wallpaper dinding yang digunakan, semakin menambah kesan estetika tempat ini. Pria tadi membawakan segelas air untuk Graciela, namun gadis itu terus saja berputar–putar di tengah ruangan. Sampai akhirnya Graciela berhenti, karena ia merasa telah menabrak sesuatu. Namun, Graciela bahkan tidak berpindah tempat. Graciela menatap pria yang bersama tadi, dengan ekspresi wajahnya, pria itu seolah menyuruhnya Graciela untuk melihat sesuatu yang ada di depannya lagi. Alangkah terkejutnya ia, ketika melihat tubuh seorang pria yang tiba–tiba muncul di hadapannya. Dan secara perlahan, pria itu mulai menghilang lagi. Ah, dia persis seperti wanita yang ada di ruangan putih itu!
Tanpa Graciela sadari, sekarang sudah ada beberapa orang yang berada di ruangan ini, selain ia, dan pria aneh tadi. "Siapa gadis ini?" tanya seorang perempuan yang duduk di atas lemari. Ah, iya. Lemari. Graciela menatap pria tadi, ia tidak yakin jika pria itu mengetahui namanya. "Graciela, Graciela Revinnte." Gadis itu menautkan kedua alisnya, bagaimana ia bisa tahu nama lengkapnya? Apa dia sudah menguntit Graciela sedari awal? Entah lah, masa bodoh soal itu. Sekarang, yang membuat Graciela bingung adalah, mengapa ekspresi mereka seperti orang yang mendapatkan kejutan besar? "Ah, senang bertemu dengan mu lagi, nona!" ucap pria yang bisa menghilang tadi. Hey, kapan mereka pernah bertemu?
"Sepertinya, Vennuela berhasil memanggilnya penguasanya kembali, benar bukan? Yoger?" ucap seorang wanita yang muncul dari balik pintu.—Yoger dibaca 'Yojer'—Pria yang dipanggil Yoger itu mengangguk, dan setelah itu, ia berjalan ke arah Graciela, memberikan segelas air yang sedari tadi dipegang olehnya. Jadi ... namanya adalah Yoger? "Terima kasih, tuan Yoger," ucap Graciela, sembari menunjukkan senyumannya. Yoger hanya mengangguk kecil, kemudian ia kembali ke tempat semulanya. Sedangkan teman–temanya Yoger, kini memasang wajah meledek mereka. Masa bodoh soal itu, sekarang, yang perlu Graciela lakukan hanya lah menanyakan tempat macam apa ini, dan berada dibagian bumi yang mana Negeri ini berada. "Graciela, duduk lah. Aku tahu kau ingin bertanya banyak hal," ucap wanita tadi, seolah tahu apa yang sedangkan Graciela pikirkan. Ah, sepertinya orang–orang di sini memiliki kemampuan di luar nalar.
"Sepertinya kita harus berkenalan ulang. Aku Fransia, senang bisa melihat mu kembali ke Vennuela!" ucapnya antusias. Graciela membalas uluran tangan Fransia, kemudian ia tersenyum hangat padanya. "Gadis yang berada di atas lemari itu, panggil saja dia Zie. Dan pria yang tadi mengejutkan dirimu ... dia Rowie." Graciela mengangguk pelan, kemudian ia melambaikan tangan ke arah dua orang itu, seraya berkata, "Senang bertemu dengan kalian!" ucapnya. Fransia yang melihat hal itu terkekeh kecil, padahal, ini bukan kali pertama mereka bertemu. Iya, bukan kali pertama. "Graciela, setelah ini mungkin kita akan pergi menemui yang lain, apa kau siap?" tanya Zie secara tiba–tiba.
Graciela menganggukkan kepalanya ragu, siapa lagi yang harus ia temui? Katanya, mereka tahu jika dia ingin bertanya sesuatu? "Ada orang yang lebih bisa menjawab semua pertanyaan mu, nona," tutur Yoger, membuat Graciela kembali menautkan kedua alisnya. Yah, karena Graciela masih baru di sini, dan ia tidak tahu harus bagaimana, lebih baik Graciela mengikuti apa yang mereka mau, baru setelah itu, Graciela bisa melakukan sesuatu sesuai dengan kehendaknya. "Graciela, jangan terlalu mencolok, ya? Bersikap biasa saja di depan orang–orang," timpal Fransia, yang membuat Graciela semakin kebingungan. Ah, mereka bilang, sebelumnya mereka pernah bertemu dengannya, bukan?
"Ada apa dengan diri ku di masa lalu?" tanya Graciela, membuat mereka semua terdiam.
~~~~~