Karena dijaga dengan sangat cermat oleh Gani, Mulan merasa hangat di hatinya dan mengangguk patuh.
Setelah makan, Mulan naik ke atas untuk memilih kardigan merah muda, yang kebetulan cocok dengan gaun putihnya.
Tepat ketika saya turun dengan Gani, bel pintu berdering.
"Seharusnya Kakak Sihan." Mulan tidak bisa menahan senyum dan menyeka mulutnya, mempercepat langkahnya dan berjalan menuju pintu ruang tamu.
Melihat kembalinya Mulan yang tergesa-gesa, Gani hanya bisa menggelengkan kepalanya tanpa daya.
Namun menanggapi kalimat itu, perguruan tinggi wanita tidak tinggal.
Mulan membuka pintu dan melihat Christian berdiri di pintu memegang payung hitam.
Jas hitam, payung hitam, temperamen pertapa pria itu terpancar dengan jelas dan jelas.
"Aku agak terlambat." Saat Christian melihat ke arah Mulan dengan mata rendahnya, aura dingin di sekujur tubuhnya meleleh banyak.
"Belum terlambat, ini baru jam delapan," kata Mulan sambil tersenyum.