Alana sempat tersenyum melihat aktivitas warga. Beberapanya memakai mukena dan pergi ke rumah ibadanya. Tak jarang, ada pula seperti kerumunan anak kecil yang berlarian dari kejaran orangtuanya. Entah, sikap nakal apa yang telah diperbuat.
Barangkali, sengaja mengerjai ibunya agar tak disuruh mandi? Alana kembali tersenyum. Ya, hal-hal itu wajar adanya. Namun, kemarahan seorang ibu baginya adalah bentuk rasa sayang. Sadar atau tidak, kali ini ia merasa sedikit lebih baik.
"Aku percaya. Aku seperti melihat diriku di anak-anak yang berlarian dikejar orangtuanya itu. Meskipun ada kemarahan dari orangtua, tapi anak-anak itu masih bisa tertawa."
"Ah, bukankah memang ini hanya tentang demikian? Kemarahan sejenak, bedanya aku sudah cukup dewasa dan dikurung di ruangan ini?"
"Ya. Aku harus yakin tentang hal itu. Mamah sangat menyayangiku. Apalagi aku kesini untuk merayakan wedding anniversary pernikahan Mama. Mama tak mungkin menodainya dengan mengurungku di sini. Ya, aku yakin itu."