Saat ini aku sama sekali tidak berani melawan Mamah Maria bukan karena aku seorang penakut tapi karena aku ingin Mamah mulia kembali semua seperti sedia kala.'
Alana berbicara sendiri ketika dirinya sudah berada di perpustakaan itu.
Alana kemudian berdiri di depan kaca jendela yang terbuka.
Jendela perpustakaan itu menghadap langsung ke taman membuat Alana seringkali merasa betah berada di sana.
Tiba-tiba mata Alana bertatapan dengan mata Juna yang begitu indah.
Juna berada di tangan itu bersama dengan teman psikiaternya yang masih menikmati kopi pahit.
Juna merasa kesal karena Alana telah menolaknya padahal dirinya benar-benar murni ingin membantu gadis itu.
Mata mereka saling bersirobok pandang namun serta merta Juna menunduk dia merasa enggan melihat Alana.
Bukan karena penolakan Alana tadi namun kali ini Juna berpura-pura seolah-olah dirinya sudah tidak tertarik lagi untuk mendekati Alana supaya Alana sedikit mau berpikir tentang keberadaannya.