"Kebiasaan deh lupa. Coba di saku."
"Nggak ada, Tan."
"Tas?"
"Nggak ada juga."
"Motor? Masih ketinggalan di motor?"
"Aihh sepertinya iya. Bentar, ya."
Sontak, Kinan segera memeriksa sepeda motornya yang diparkir di tepian jalan raya. Matanya begitu tajam melihat setiap detail motor. Namun, tak ada.
Ia menggaruk kepala, refleks bingung harus mencari kemana. Kakinya mulai responsif menendang angin. Entah, apa yang dia lakukan. Begitu menggemaskan sekali rasanya bisa melihat dia kebingungan dari kejauhan seperti itu.
Karena dia masih berusaha mencari di setiap sisi sepeda motornya, aku pun mendekat dan memanggilnya.
"Kinaan!" panggilku seraya memamerkan kunci sepeda motornya di tangan kananku.
"Aaaaih, Taniaa! Awas, ya. Nanti aku kerjain balik!"
"Haha lagian kamu lupaan. Untung aja aku liat kunci itu, coba kalau ndak? Kalau ada yang maling gimana?"
"Iya,iya. Makasih, yaa peri penyelamat."