"Ibu yakin kan, sama Ali?" tanya Ali.
Ibunya Anggun tersenyum. Sorot matanya yang teduh mengalirkan ketenangan tersendiri bagi Ali. Setidaknya, ada satu hal yang begitu dirindukannya; ketentraman hati.
Ali masih menunggu jawaban ibunya Anggun. Namun, Anggun sudah lebih dulu datang dan menghampiri mereka berdua.
"Mas... ini mangkuknya," ucap Anggun.
"Ouh, iya, Dek."
"Mas..."
"Iya?"
"Kamu nyadar ndak ada sesuatu?"
"Apa?"
"Ehm... gajadi deh."
"Hih, gajelas gitu."
"Nggakpapa. Hehe. Yaudah sini buruan buburnya. Keburu keroncongan yah, Bu?"
"Makasih, Nak."
"Nggakpapa. Sudah kewajiban Anggun merawat Ibu."
"Kalian berdua besok kuliah kan? Ndak berangkat?"
"Ssst... ibu tenang aja yah? Anggun dan Mas Ali akan temenin ibu sampai sembuh. Yah?"
"Maaf ya, Nak. Gara-gara Ibu, kalian jadi repot."
"Ibu... ndak ada kata repot dalam urusan memberi kasih sayang. Apalagi pada orangtua kita sendiri," tutur Ali dengan nada lembutnya.