"Mana, Mas?"
"Itu... itu Irfan bukan, sih? Dari postur tubuhnya kayak Irfan deh."
"Masa sih, Mas? Apa mungkin dia juga nyari buku?"
"Kamu tahu dia suka baca buku?"
"Enggak aku cuma nebak."
"Mau kita samperin atau ndak?"
"Boleh. Mas kesitu dulu bentar, yah?"
"Iya, Mas."
Ali melangkah perlahan. Laki-laki yang dicurigai sebagai Irfan itu menghadap berbalik. Ia menutup kepalanya dengan hodie hitam.
Begitu melihat Ali hendak mendekat padanya, ia malah melarikan diri. Tanpa menghiraukan Ali yang akan menepuk pundaknya, ia sudah berjalan keluar dari toko buku.
"Hei! Tunggu!!" pekik Ali.
"Maaf, Mas. Jaga suaranya. Jangan berisik," tegur salah satu karyawan toko buku yang mendengar Ali memanggil dengan suara keras.
"Oh iya, maaf, Kak."
Ali menengok ke arah Anggun. Ia mengodekan dengan tangannya, akan mengejar laki-laki itu. Anggun mengangguk perlahan dari kejauhan.
"Siapa sih? Tapi dari hodienya, kayaknya emang Irfan suka pake hodie hitam kan?" gumam Anggun.