Hayya mengangguk. Laki-laki dengan senyum ramah itu memiringkan kepala. Memastikan melihat buku yang masih digenggam Hayya.
"Oh... sepertinya itu novel. Kamu anak bahasa?"
"Bukan."
"Oh... kirain. Aku punya teman anak bahasa soalnya. Hampir sama sepertimu. Misterius," tutur laki-laki dengan senyuman ramah itu. Ia bicara begitu saja dengan gaya supelnya.
"Temanku itu sangat suka baca. Kalau mau buku referensi bagus, nanti kukenalin. Mau?"
Hayya tak menjawab sepatah kata pun. Wajahnya fokus memandang ke sisi jendela Bus. Seolah memberi peluang berbagai ingatan masuk lewat mata. Rintik gerimis jadi pengantarnya.
"Ayah... ," ucapnya lirih.
"Hum? Apa? Ayah?"
Hayya kaget mendengar suara laki-laki di sampingnya. Ia lupa ada laki-laki yang menolongnya duduk di sebelahnya.
"Oh... maaf, tadi nanya apa?" ucap Hayya gugup.
"Ndak... cuma nawarin. Aku punya temen yang suka baca juga. Kali aja pengin nyari referensi bagus. Kalian berdua cocok."
"Maksudnya?"