Tak lain, dari keindahan akhlaknya. Dari sana pula, ia mengenal salah seorang sahabat yang juga penulis. Tak lain, muslimah yang disapanya di bus itu. Rahsa pun mulai belajar dua hal sekaligus. Mengenal Islam lebih dekat, lewat sahabat dan pena.
***
"Teh... teteh kenapa? Kok ngelamun?" suara adiknya, Laksmi membuyarkan ingatannya.
"Eh, kamu, Dek. Gapapa. Teteh cuma keinget dulu aja."
"Inget apa, Teh?"
"Dulu pas habis lulus SMK, dan kerja di luar."
"Teteh kawatirin adek ya?"
"Apapun pilihan adek, selagi itu baik pasti Teteh dukung. Teteh cuma kepikiran, bagaimanapun caranya... entah kamu nanti bakal lanjut kuliah atau kerja dulu, jangan ikuti seperti kakak dulu ya? Di Indo aja. Keluar kota gapapa. Tapi kalau bisa jangan jauh. Syukur bisa di sini."
"Adek gabakalan ninggalin Teteh. Jangan kawatir."