Kamu yang mengajariku untuk tak takut bermimpi 'kan? Untuk tak takut meminta pada Tuhan 'kan? Kamu dimana? Kamu dimana?" gelisah batinnya sendiri. Rindu menjadi kata yang tertabung dalam kelu.
"Aku rindu." Rintik gerimis menampakkan diri cukup eksis. Meski sinar matahari masih terasa hangatnya oleh kulit manusia. Sebuah cuaca yang tak biasa.
Tak ada pungguk yang merindukan bulan. Terkadang hanya kita yang menanamkan kemustahilan. Lalu menyiram terus tanpa bosan. Hingga berbuahlah kemustahilan yang tertanam. Sebaliknya, di semesta yang penuh ketidakmungkinan, ada jutaan mimpi yang perlu kita yakini. Dijemput dengan keyakinan, tindakan, harapan, dan kepasrahan. "Jadi, apalagi yang membuatmu pesimis lagi, Rah?" Rahsa menyemangati dirinya.
***
Menghitung hari detik demi detik
Menunggu itu kan menjemukan
Tapi ku sabar menanti jawabmu
Jawab cintamu
Jangan kau pergi harapkan padaku
Seperti ingin tapi tak ingin
Yang aku minta tulus hatimu
Bukan pura pura