"Dok... jawab, Dok." Maria mulai emosi melihat wajah sedih dokter yang keluar dari IGD.
"Dok, di dalam IGD itu suami saya. Saya berhak tahu. Katakan, Dok!!"
"Ibu... Ibu yang sabar, ya. Tenang dulu. Saya gak akan jawab kalau Ibu gak tenang seperti ini."
Maria mencoba mengatur napasnya kembali. Ia menarik napas panjang. Lalu mengeluarkannya. Sampai tiga kali.
"Huuuh. Ayo, Dok. Katakan." Maria bertanya lagi.
"Begini, Bu. Dengan Ibu siapa?"
"Saya Maria, Dok. Istri Wira. Adiwira Pandhega."
"Pak Wira mengalami pendarahan hebat. Peluru yang menyasat tepat di jantungnya menyebabkan kesulitan pernapasan."
"Peluru? Suami saya ditembak?"
"Memang Ibu belum tahu? Kabar dari polisi suami Ibu adalah salah satu korban pembunuhan. Pelakunya masih dicari."
"Hah? Dibunuh? Gak mungkin."
"Suami saya salah apa? Seumur hidupnya dia orang baik, Dok."
"Ibu yang sabar, yah. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin."
"Maksud Dokter?"