"Kalau boleh, Alana kangen didongengin Mamah."
"Ouh... Alana kangen dongeng Mamah? Hihihi." Ibunya setengah tertawa.
"Pah... lihat anak kita. Sudah besar tapi penginnya didongengin. Ini karena siapa si?" Tanyanya setengah meledek.
"Alana suka sekali dengan cerita Rapunzel. Alana pengin diceritain lagi, Mah. Boleh, yah?"
Maria melirik Wira, suaminya. Ia tersenyum.
"Iya, sayang. Boleh. Nanti malam Mamah ceritain."
"Yeeey!! Asiik!"
"Gemesin aja si. Sudah besar juga."
"Gapapa dong."
"Iya... iya."
"Makasih, Mah." Alana beranjak ke kamarnya.
"Alana..." Papahnya memanggilnya.
"Iya, Pah? Ada apa?"
"Alana mau ikut Mamah dan Papah malam ini?"
"Memang ada apa, Pah?"
"Lupa, yah? Ini hari spesial."
"Ehm... apa yah. Kok Alana lupa. Emang apa, Pah?"
"Nanti malam adalah wedding anniversary Mamah dan Papah. Alana ikut yah?"
"Waaah... maaau. Emang mau kemana, Pah?"