"Iya. Yang sama-sama punya sawah. Pasti hasil dari abu bekas tanaman padi yang dibakar kemarin ada. Atau... kita sambil nyari tukang kayu yang bisa dibeli bubuk dan serpihan kayunya."
"Pinter! Cerdas kamu, Sayang."
"Ya... dari dulu kan aku sudah cerdas!" celetuk Mala PD.
"Yeee....iya dh iya. Siapa dulu suaminya?"
"Ardi Himawan!" celetuk Ardi.
"Kenapa gitu?"
"Kan dibalik perempuan yang cerdas, ada suaminya yang pasti lebih cerdas. Haha." Ledek Ardi seraya berlarian kecil.
"Yaudah, Sayang. Habis ini Mas langsung ke rumah Pak RT aja, ya. Skalian tadi ijin ambil kotoran kambing punya beliau."
"Ndak makan dulu, Mas?"
"Nanti aja deh. Bentaran kok. Daripada nanti lupa lagi."
"Dicatet kalau lupa atuh," celetuk Mala meledeknya.
"Apa?" Canda Ardi sambil bersiap diri.
"Gak. Gapapa. Yaudah, hati-hati, Mas."
Ardi bersiap diri ke rumah Pak RT. Wajahnya amat ceria. Bersemangat sekali untuk hari esoknya. Tak ada lelah untuk memersiapkannya.
Tak barapa lama, sampailah di rumah Pak RT.