"Saya punya tawaran menarik lagi untuk Tuan."
"Kita bicara di luar! Jangan masuk!" Ardi terus mendorong Wira keluar dari rumahnya.
"Mau harta atau wanita? Oh ya, saya punya tawaran menarik lainnya untuk Tuan. Dengarkan yah."
"Apalagi, kau?" Ardi menarik kerah bajunya. Menaikkanya. Kesal.
Laki-laki bertopi hitam itu merapikan kembali kerah bajunya. Tersenyum pada Ardi.
"Tenang, Tuan. Niat saya baik. Hanya memberi bonus penawaran. Gimana? Mau dengar?"
"Apa maksud lo? Hah??!" Ardi tak bisa menahan emosinya. Sejak kemunculan pria misterius itu, emosinya tak terkendali. Terlebih, saat sudah menyangkut istrinya. Ardi akan membela mati-matian. Sudah tentu, tawaran untuk meninggalkan istrinya, tak ia lakukan.
Namun, hari itu... tak lain hari terakhir bagi Ardi menentukan pilihan kembali. Sebuah pilihan yang menurutnya sudah selesai—sejak ia meninggalkan hartanya, ternyata ada yang berbeda. Laki-laki bertopi hitam itu datang membawa tawaran ketiga. Entah apa yang akan dilakukannya.