"Tapi..."
Ardi menganggukan kepala. Memberi isyarat memohon pada Mala.
"Iya, Mas. Aku di sini."
Mala berjalan mundur dengan rasa cemas.
"Kenapa sampai sebegitunya menginginkanku?" Gumam Mala.
"Sudah kubilang, pergi, kau dari sini!!"
"Cepat!!"
"Haha... tenang, Tuan Ardi. Saya hanya coba membantu Tuan. Pikirkanlah. Ini semua gak mudah. Apa kata orang lain nanti tentang Anda?"
"Kalau ndak... aku akan segera mendapatkan yang kau punya." Wira berbicara sambil meringis. Menahan sakit di wajahnya.
Napasnya tersengal. Darah keluar dari mulutnya. Dengan tergopoh, ia mencoba bangun dari kesakitannya.
"Cepat pergi!!"
"Haha... baik, Tuan Ardi. Tunggu kedatangan saya kapan saja. Sampaikan salam saya dengan Tuan Putri. Nona Kemala."
Plaaak!!
Sebuah pukulan mengenal kembali kepala laki-laki itu. Lagi, ia tak membalasnya.
"Sudah kubilang, jangan kurang ajar!"
"Hidupmu sudah pernah ditolongnya. Apa begini caramu berterima kasih, hah?!"
"Haha... aku hanya mencintainya."
Plaaak!!