Aya menganggukkan kepala. "Kamu yakin?" Ibunya kembali bertanya. Memastikan
"Yasudah, sebentar lagi Ibunya akan memasangkan kalung. Kamu kesana ya, Nak," pinta Ibunya untuk maju ke depan. Menerima tanda seserahan lamaran berupa kalung dan cincin emas.
Aya berjalan maju dengan menunduk. Di depannya sudah ada sosok seorang Ibu berhidung mancung dan bermata teduh. Dilihat dari wajahnya, ia begitu lembut. Senyum terkembang dari bibirnya nan bertutur lembut.
"Bismillah ya, Nak Aya. Semoga jadi jodoh yang dipilihkan Allah untuk anak saya, Ardi."
Begitu kalung dan cincin emas itu dikenakannya, Aya mengangkat wajah. Baru berani menatap sosok Ibu di depannya. Ia memerhatikan beberapa saat.
"Nak...?" ucap Ibunya Ardi.
"Oh... Maaf, Bu."
"Kamu ndak papa?"
"Iya. Aya ndakpapa. Aamiin. Semoga ini yang terbaik ya, Bu."
"Aamiin."
Segera Ibunya Ardi mendekap calon menantunya itu. Didekapnya erat seraya menepuk-nepuk pundak Aya perlahan.