"Terima kasih nasihatnya. Sejuk sekali. Saya jadi tenang."
"Alhamdulillah. Semoga lancar ke depannya ya, Nak."
"Aamiin."
Aya kembali ke tempatnya semula. Duduk di samping Ibunya sendiri. Ibunya memerhatikan betul setiap ekspresi anaknya. Tak ada yang begitu mencurigakan dan mencemaskan.
Padahal sebelumnya, Ibunya sempat panik apakah anaknya akan benar-benar mau atau tidak. Nampaknya, kali ini terlihat lebih tenang dari sebelumnya.
"Nak...."
"Ya, Bu?"
"Kamu ndakpapa?"
Pemilik ujung bibir itu menarik garis senyum. Tak berapa saat dengan tenang menuturkan.
"Aya baik-baik saja, Bu. Doakan selalu yang terbaik buat Aya ke depannya."
Mendengar kalimat itu, setengah kegelisahan Ibunya seperti menghilang. Ya, setengah. Karena masih ada beberapa waktu. Alias selangkah lagi menuju pernikahan.
Penerimaan. Apakah seseorang akan mudah menerima sesuatu? Alasan apa perempuan bisa menerima lamaran seorang laki-laki yang sebelumnya bahkan dianggap musuh bebuyutannya?