"Aku harus tetap di sini. Aku gamau kembali ke rumah. Gapeduli ayah Ibu cariin aku. Aku kesal!" Kumala kembali merutuki dirinya sendiri.
"Kumala sastra. Aku benci nama itu!! Aku benci Kumala Sastra!!" Sekuat tenaga. Ia teriakkan kebencian pada namanya sendiri. Napasnya sampai terburu. Menunduk, dan seperti mendapat energi baru. Wajahnya tak lagi cemas melanjutkan langkah. Iapun mulai menyusuri perjalanannya kembali. Perjalanan tak terarah dan tanpa tujuan. Entah, jenis perjalanan seperti apa yang akan ia temukan darinya.
***
Nama adalah do'a. Setidaknya, ada harapan tersendiri Sabrina menyematkan 'sastra' di nama putrinya. Namun, bukan berarti ia tak mau menjelaskan. Putrinya masih terlalu dini untuk mengerti. Pun, ia ingin Kumala mengetahuinya sendiri. Tak jauh berbeda dari Ayahnya: Aksa Pramudya. Iapun setuju saat Sabrina mengusulkan nama untuk putrinya. Namun, semakin beranjak usia, Kumala makin membenci namanya.
"Mas, gimana ini? Kumala pergi lagi!" Sabrina cemas.