"Ehm, iya si."
"Semoga aja ini awal dari proses Kumala bisa berdamai dengan dirinya sendiri. Gak protes lagi dengan nama sastra di identitasnya."
"Aamiin. Makasih ya, sayang."
"Iya. Kamu yang tenang, ya."
***
"Nah, akhirnya dapat buku filsafat."
"Di mimpi itu, aku taruh pembatas buku ini ke dalamnya. Dan bisa masuk ke hutan. Ok, aku coba aja ah."
Kumala menaruh buku filsafat di meja belajarnya. Segera ia taruh pembatas buku itu di lembaran acak bukunya.
"Hah? Ini bukannya di hutan? Aku beneran sampai ke hutan?" Kumala memperhatikan seluruh tubuhnya sendiri. Memastikan apa yang terjadi. Iapun mencubit tangannya sendiri.
"Aaw! Sakit. Berarti emang beneran ini di hutan. Bukan mimpi!"
"Tapi, kenapa bisa begini? Apa memang pembatas buku itu yang mengantarkanku kesini?"
"Sebenernya apa ini?"
Kebingungan yang melanda Kumala, segera ia alihkan dengan melangkah pelan. Ia mendekati rumah yang mirip perpustakaan itu. Tak sampai puluhan langkah, rumah itu sudah berada di hadapannya.