Mulut Dodit di kunci selama perjalanan menuju ke rumah sakit Prima Hospital.
Seperti biasa Dodit ditugaskan untuk mengemudikan mobil Zayyan. Sedangkan Zayyan hanya duduk dengan santai di jok tengah sambil melipatkan kedua tangannya di atas dada.
Ia masih memikirkan sesuatu hal tentang Anjar. Alisnya terangkat seolah merencan sesuatu hal untuk Dodit. Setelah melihat gelagat Dodit yang berubah drastis 360 derajat ketika Zayyan mengucapkan isi hatinya, Zayyan membaca raut wajah Dodit yang sedikit aneh.
Ia menaikan ujung bibirnya, lalu mengangguk-angguk menemukan solusi yang tepat untuk seorang Dodit. Sebenarnya hati kecil Zayyan belum bisa terima kalau Dodit selalu melirik ke arah Anjar.
Bukankah itu artinya Dodit menaruh perasaan pada Anjar? Itu semua membuat Zayyan semakin penasaran.
'Sepertinya Dodit harus merasakan jebakanku,' batin Zayyan sudah semakin yakin dengan rencananya.