Sepanjang perjalanan pulang, Zayyan terus menyalahkan dirinya sendiri. Matanya berkaca-kaca meski tangan terus mengemudi.
Ia tak tahu harus berbuat apa dengan isi kertas yang ia hasilkan dari lab pemeriksaan Kayla.
Rasanya Zayyan sudah merasa gagal menjadi seorang kakak.
"Argh!"
Zayyan membanting stir dengan telapak tangannya sangat keras. Sebagai pria kaya, ia paling lemah jika melihat orang yang ia cintainya ada di dalam ambang kematian.
"Kenapa aku gak pernah peka pada Kayla kalau sebenarnya dia sedang sakit sih? Dasar, aku ini kakak yang sangat bodoh!"ungkap Zayyan menyalahkan dirinya sendiri.
Sampai di depan gerbang rumah bertingkat miliknya, Zayyan terdiam sejenak di dalam mobil dan melihat nanar rumah itu keseluruhan di bawah rintik gerimis siang itu. Ia pikir apa gunanya semua kekayaannya jika dia harus mengorbankan sebuah nyawa adiknya hanya demi harta yang berlimpah.
Zayyan nampak menyesal tidak terlalu perhatian selama ini, dan hanya menitipkan Kayla pada Dodit.