Zayyan mengulur tangannya, lalu menarik tubuh Pak Wanto yang sudah tersungkur lemas di atas tanah pasir di tempat itu.
Pak Wanto masih belum percaya, jika di hadapannya itu adalah salah satu pria kepercayaan Manaf juga.
"Tu-tuan?"
Tubuh Pak Wanto menegang sesaat, ia melupakan rasa sakit bekas pukulan pria suruhan dari perusahaan lain.
Hanya lutut yang lemas semakin membuatnya merasa tak bisa berdiri setegak biasanya.
"Aku, sudah melihat semuanya. Aku juga tahu kalau Pak Wanto menyembunyikan sesuatu di balik perusahaan Om Manaf," ujar Zayyan angkuh dengan bola mata memekik Pak Wanto tajam.
Zayyan membiarkan pria itu merasa bersalah. Bagaimanapun juga, Pak Wanto memang bersalah, tapi setelah itu, Zayyan menepuk pundaknya berulang kali.
Melihat khawatir wajah Pak Wanto yang semakin pucat.
"Tapi, Pak Wanto tenang saja. Jangan khawatir karena mulutku tak selicin yang Pak Wanto pikirkan."