Alyn mengakhiri makan malam itu dengan wajah di tekuk. Ia pun sama sekali tidak menghabiskan makanan yang ada di piringnya karena selera makannya yang sudah hilang.
Dengan tangan gesitnya Alyn membantu Bi Tini untuk mengemas semua piring kotor dengan bibir yang di rapatkan. Tak ada satu hal apapun juga yang bisa di ucapkan oleh Alyn saat itu, yang jelas Alyn benar-benar kecewa dengan kabar yang di berikan oleh Manaf.
Di satu sisi ia memang bimbang. Benar kata Manaf yang sudah membuatnya ciut tentang keberangkatannya nanti.
Tak mungkin baginya meninggalkan Manaf seorang diri di rumah itu, sedangkan Zayyan pernah bilang kalau saat ini tugas Alyn adalah menjaga ayahnya Igho.
Amanat itu benar-benar membuat Alyn merasa terikat dan berat untuk meninggalkan Manaf.
'Bagaimana ini? Apa sebaiknya aku urungkan niat untuk pergi ke Jerman? Tapi, bagaimana dengan cita-citaku?' pikir Alyn dengan tangan yang penuh dengan sabun cucian piring.
Prang!