Emosi Igho benar-benar sedang memuncak saat itu, hingga ia menanggapi dengan sinis semua ucapan ayah Manaf saat itu.
"Jangan pernah menginjakkan kaki kamu di rumah ini lagi! Jangan kembali sampai kamu sadar bahwa kelakuan kamu ini sangat salah!"
"Baik! Baik yah, Igho tidak sudi harus menginjakkan kaki lagi di rumah ini. Ayah emang egois, asal ayah tahu, meskipun ayah meninggal nanti, Igho sama sekali tidak mau hadir di pemakaman ayah!"
Manaf mengepalkan tangannya rasanya ingin sekali ia memukul Igho sekali lagi, tapi memang semua akan percuma. Meski igho menerima pukulan sampai babak belur pun rasanya otak batunya tidak akan melunak.
Pikirannya yang keras sudah menyatu dan menjalar ke seluruh tubuhnya hingga sangat sulit untuk membuka pikiran Igho yang begitu keras kepala.
"Pergi saja dari sini! Pergi!" teriak Manaf sambil meremaskan tangan di dasar dadanya yang terasa sedikit sakit karena tekanan itu.