Manaf merasa dirinya sedang di pukul oleh palu besar. Ia berdiri tertatih dan sulit menahan air mata yang mulai menetes di dasar rahangnya yang tegas.
"Daniah!"
Manaf menelan dalam air liurnya untuk membasahi tenggorokannya yang terasa sangat sesak.
Sambil tergeleng tak percaya, Manaf memegang pundak Alyn.
"Sabar Alyn! Ibumu sudah menemukan jalannya. Dia adalah orang baik, maka surga tempat ia berada saat ini," ucap Manaf mencoba menenangkan Alyn.
Sedangkan Alyn semakin terisak tak terima kalau Ibunya sudah hanya tinggal jasad saja.
"Tidak! Ibu masih hidup, Ibu belum mati om ...," rengek Alyn terus berteriak meronta memeluk jasad ibunya itu.
Manaf yang tidak tega melihat Alyn terus bersedih, langsung menarik tangan Alyn dan menghamburkan pelukannya untuk menenangkan wanita itu. Manaf terus mengurut dasar punggung Alyn agar sedikit mereda.
"Sabar, Nak!" ucap Manaf ikut lirih. Pasalnya Manaf merasakan bagaimana sakitnya di tinggal oleh orang yang ia cintai.