Chereads / Sang Jodoh / Chapter 20 - Gertakan

Chapter 20 - Gertakan

Manaf yang melihat Alyn berat untuk melangkah kedalam rumah, sudah mengira kalau itu gara-gara putra semata wayangnya.

"Gak ada masalah apapun kok, om.

"Kalau ada apapun terjadi pada kamu, bilang sama om. Apalagi kalau masalahnya bersangkutan dengan Igho. Om harus tahu, jadi kamu jangan ragu untuk bicara ya!"

"Baik Om!" jawab Alyn dengan senyum yang melebar.

Manaf dan Alyn masuk kedalam rumah secara bersamaan seusai berbincang di luar.

Alyn merasa lega karena ia bisa masuk dengan di dampingi oleh Manaf, setidaknya Igho tidak bisa berbuat seenaknya lagi setelah ia melihat ada Om manaf di sampingnya.

Setelah keduanya masuk, ternyata Igho menguping pembicaraan antara Alyn dan Manaf di sudut ruangan, Ia sangat geram dan seketika udara panas menghantam perasaannya.

Igho semakin tersulut amarah untuk membenci Alyn.

Tangannya engepal eperti terbakar.

"Kenapa Alyn bisa mencuri hati Ayah secepat itu? Hah, pasti cewek centil itu telah menggoda ayah hingga ayah terlihat akrab seperti itu. Ibu dan anak sama aja," dengkus Igho dengan penuh amarah.

Hari berlalu dengan cepat sekali, malam pun datang dan suasana rumah begitu sepi. Alyn merasa setengah hari di rumah itu aman dan tentram, karena ia sama sekali belum melihat Igho menampakan dirinya.

Di dapur, Ibu Daniah nampak sedang menyibukan dirinya bersama Bi'Tini.

Bi' Tini terus memuji-muji Ibu Daniah yang mahir dalam memasak.

"Wah, Ibu Daniah hebat sekali memasak, ya? Aroanya sedap sekali. Ajarin Bi Tini dong Bu!" pinta Bi Tini sambil terus mengendus pasakan yang sudah siap saji.

Senyum manis Daniah mengembang mendengar sanjungan itu, Ia tetap bekerja sambil menjawab Tini yang terus bertanya-tanya.

"Ach, biasa saja. Aku tidak sehebat Alyn. Dia pintar sekali memasak atau dalam meracik kopi. Lain kali kita belajar masak bareng ya!" ucap Daniah sangat ramah.

"Nona Alyn juga hebat masak ya? Bisa jadi itu adalah turunan dari anda, jadi nona Alyn jago dalam memasak? Aku senang kalian hadir di rumah ini."

"Jangan berlebihan begitu, itu membuat aku gerogi," percakapan Ibu Daniah dan Bi'Tini terjeda saat mendengar suara ceria itu masuk meramaikan situasi dapurnya.

"Hai!

Gigi putih Alyn nampak terpancar dan senyuannya terbit bagai tanpa beban.

Alyn berjalan dengan meloncat ke sana kemari hingga kucir rambut Alyn terlihat mengayun terombang-ambing.

"Sepertinya, anak Ibu sedang senang hari ini? Apa ada hal yang menggembirakan di tempat kuliahmu atau di tempat kerja kamu, Lyn?" tanya Ibu Daniah begitu perhatian.

Alyn melebarkan senyumannya sambil menganggukkan kepala. "Hari ini aku senang sekali karena ibu sudah bisa beraktifita seperti sedia kala. Bagaimana keadaan ibu sekarang?"

"Lumayan, hari ini ibu merasa enakan. Ibu sengaja membuatkan makan malam untuk kamu dan keluarga ini. Nanti kita makan bareng ya!" ajak Ibu Daniah sambil menyibak pipi lembut Alyn yang sedang berseri.

Ya, dengan sengaja di depan ibunya Alyn terlihat susmringah padahal hatinya sedang hancur dan ketakutan saat mengingat tingkah Igho di luar batas.

Andai bisa protes rasanya Alyn malas pulang ke rumah itu, tapi demi ibunya, Alyn rela menutup semua keinginannya asal Ibu Daniah keluar dari penyakit berat yang membelenggunya.

"Owh ya, bagaimana pekerjaan kamu? Baik-baik saja kan?" tanya Ibu Daniah ketika Alyn ikut gabung memasak.

Alyn menjeda pergerakan tangannya lalu menoleh melihat wajah Ibu Daniah.

"Emmmh, Baik kok, Bu!" jawab Alyn merasa dadanya sangat sesak sekali karena pada nyatanya dia harus berbohong juga pada ibunya itu.

"Syukurlah kalau pekerjaanmu baik-baik saja, mudah-mudahan kamu betah kerja di sana ya! Soalnya kopi buatan kamu paling enak, nak!" goda Ibu Daniah membuat Alyn merasa di timbun palu yang sangat besar.

"Hemmh, baik bu," jawab Alyn sendu.

Alyn pun kembali gesit membantu ibunya untuk memindahkan sayur panas yang ada di atas wajan ke dalam mangkuk. Ia melakukan itu dengan sangat hati-hati karena panasnya masih mengepul sekali.

Hingga ketika Alyn hampir selesai menghidangkan sayur itu, tiba-tiba saja ia terhenyak kaget dengan kedatangan bola basket memantul melewati tangannya.

Brak!

"Hah? Igho!"

Alyn menoleh ke arah sudut pintu, dilihatnya Igho sedang asik terkekeh melihat sayur yang di tata oleh Alyn sudah berserakan kesana kemari.

Sontak Ibu Daniah dan Bi Tini menyambar tangan Alyn yang terkena cipratan sayur panas.

"Kamu gak apa-apa nak?"

"Enggak kenapa-napa bu. Raanya hanya lumayan panas saja."

"Igho, kenapa kamu melempar bola di sini?" tanya Ibu Daniah baik-baik.

Ibu Daniah jela panih sedangkan Igho berjalan dengan santai ke arah mereka dan memasang wajah tak berdoa.

"Maaf, tanganku kepeleset tadi," jawab Igho besar kepala.

"Apa kepeleset? Kamu pikir jalanan di dapur ini licin? Jela-jelas kamu yang melempar bola itu ke arah aku,"

"Heh, jangan cari gara-gara ya!"

"Justru kamu yang berbuat ulah,"

"Sudah-sudah jangan bertengkar, kita obati luka bakar kamu!"

"Tapi, Bu ...,"

Ibu Daniah memang merasa tak enak hati dengan tingkah arogan Igho yang berlebih hingga tangan Alyn jadi korbannya. Ibu Daniah mengelus dadanya menahan rasa kesalnya.

"Alah, gitu aja cengeng."

"Heh, Igho. Jangan kamu pikir karena ini adalah rumah kamu, jadi kamu bisa seenaknya melakukan apapun? Aku sama sekali gak takut sama kamu. Kamu hanya pembuat onar saja!" Alyn sudah menaikan nada bicaranya hingga beberapa oktaf lagi.

"Kamu pikir aku takut juga padamu hah?"

"Sudah cukup sudah!" Ibu Daniah berusaha melerai perseteruan keduanya. "Igho, kalau kamu tidak suka dengan keberadaan kami di ini, lampisakan saja pada saya, jangan pada Alyn. Karena Alyn ada di ini karena saya. Dan saya tidak bisa keluar begitu saja dari sini," timpal Ibu Daniah membela Alyn.

"Owh tante mau mencoba bolanya? Baik!" jawab Igho menegang. Hingga ia berjalan mengambil bola itu, dan ia memainkan bola itu di atas tangan.

Igho yang sudah bermata tajam sudah siap sekali ingin melempar bola itu ke arah Ibu Daniah.

Dalam hitungan satu dan dua dalam hati, Igho siap melempar dan dalam hitungan ke tiga, Igho pun menghantakkan kaki sigap melempar bola itu ke arah Ibu Daniah yang pasrah.

Alyn langsung secepat kilat menungkup tubuh Ibu Daniah dan melindunginya.

"IGHO!" teriak Alyn ketakutan dan lututnya bergetar.

Namun ternyata bola itu masih ada di dalam cengkraman Igho karena ia hanya mneggertak saja.

Igho tersenyum sini saat melihat Ibu Daniah dan Alyn ketakutan.

"Kenapa kalian takut?" tanyanya sengit.

"Igho!" sahut suara pria di balik pintu membuyarkan wajah sinisnya.

"Ayah?"

Igho terhenyak saat melihat Ayah Manaf di balik pintu itu yang menyaksikan tingkah kasarnya terhadap Alyn dan Ibu Daniah.