Perasaan Kayla benar-benar tak enak hati saat itu. Ia bergerak ke kanan dan kiri namun rasanya terus saja tidak nyaman.
Pikirannya terus terpatri nama Igho saat itu. Entah kenapa semakin Kayla mencoba menjauh dari Igho, semakin dia mencintai dan menyukai pria itu.
Tatapan Kayla yang masih lemas sudah mulai terbuka gamlang ketika banyak rengrengan para perawat berpacu dengan cepat dan bergerak bersamaan dengan sebuah meja berjalan berisikan obat-obatan.
"Dokter?" Kayla terperanjat saat melihat kedatangan paramedis itu.
Ia hampir mau menegakkan tubuhnya, namun Kayla menahannya lagi saat salah satu suster bilang," nona berbaring saja. Kami akan memeriksa nona."
"Terimakasih dokter!"
Pria tua berbalut seragam serba putih itu, mulai menaikan stetoskop ke daun telinganya dan memegangi semua detak jantung Kayla.
Kening dokter itu sedikit mengerucut saat ia mendeteksi sesuatu dari pasien yang baru tersadar itu.
"Bagaimana keadaanku dokter?"