"Bu aku mohon, tolong pertimbangkan lagi pekerjaanku. Aku tak mau hanya gara-gara hal itu, aku jadi di pecat. Aku bisa jelaskan semuanya. Dia hanya terus memancing emosiku saja Bu!" ucap Alyn memohon pada seorang wanita berbaju kantoran itu.
Di sebuah ruangan yang luas dan tertata rapi, Alyn merasa canggung, karena dirinya jarang masuk ke ruangan majikannya sepanjang ia bekerja di cafe itu.
Hanya bagi orang bermasalah yang masuk ke ruangan itu untuk mendapat sebuah interograsi. Dan sekarang akhirnya datang menimpa Alyn gara-gara kelakuan Igho.
"Aku tahu kamu pegawai yang sangat telaten. Kamu berbakat dan cukup patuh, tapi kejadian tadi benar-benar tidak bisa di maafkan!"
Sebesar apapun Alyn memohon agar keputusan itu bisa di pertimbangkan lagi, tetap saja hasilnya nihil.
Tak terasa air mata Alyn terjun bebas dari pipinya. Ia merasa berat hati untuk keluar dari tempat kerja itu, kalau akhirnya dia jadi seorang pengangguran, bagaimana dengan Ibunya?
"Tapi Bu, aku mohon pertimbangkan lagi,"
Ibu itu menghela nafas berat lalu menggeleng kepalanya.
"Maaf aku sudah pertimbangkan semuanya. Kalau kejadian itu terjadi lagi maka efek samping nya akan jelek untuk cafe kami," tegas majikannya seolah tidak bisa di ganggu gugat.
"Ba-baiklah Bu. Kalau itu sudah menjadi keputusan Ibu, apa boleh buat, aku tidak bisa memaksakan. Aku izin pamit Bu!" ucap Alyn dengan lirih.
Ia berpamitan kepada semua teman-temannya dengan suasana haru.
Peluk dan cium menyertai kepulangan Alyn hingga ia merasa semakin berat saja. Selama bekerja di sana, ia melakukan segala hal dengan semangat hingga hasilnya sangat ringan.
Kalau saja bukan gara-gara pria arogan itu, Alyn tidak akan kehilangan pekerjaannya.
"Alyn?"
"Kris!"
Keduanya saling membentangkan kedua tangan seolah berat untuk berpisah.
Sebuah pelukan berhamburan dari kedua sahabat itu.
"Jangan bersedih, kita masih bisa bertemu di sekolah kan?"
"Tapi, gimna aku gak sedih. Gara-gara si Igho itu, kamu jadi tereliminasi dari angkatan ini?"
Kris terus tak terima dengan tingkah Igho beberapa jam yang lalu.
"Mau di buat apalagi. Dia sudah terlanjur marah padaku. Tapi, aku gak tahu apa salahku hingga dia berani sekali membuat aku menderita seperti ini,"
"Kamu harus membalasnya Lyn!"
"Enggak. Bukan dengan cara membalas untuk menjadikan dia mengerti keadaan sebenarnya."
"Kamu kenapa masih saja bertingkah baik pada dia sih Lyn? Apa kamu menyukainya?"
Alyn membuka pelukan itu lalu melihat Kris dengan mata berkaca.
"Kami tidak akan berjodoh karena yang di sebut Igho benar. Ibu akan menikah dengan Om Manaf. Tapi pernikahan itu bukan karena harta. Aku melihat ada cinta di antara mereka yang sudah terpendam lama, aku gak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada mereka sebelum semua ini terjadi,"
"Jadi? Kamu bakalan jadi adiknya Igho?"
Alyn menganggukkan kepalanya penuh dengan rasa pilu.
"Ya tuhan Lyn. Musibah apa lagi ini?"
Alyn tak mau mendengar ocehan sahabatnya itu, yang akan hanya membuka lukanya kembali. Ia mengemas semua barangnya di cafe itu untuk segera pergi.
Sedangkan di tempat lain Zayyan menghentikan laju motor mereka hingga menepi ke sebuah tempat yang teduh.
"Kenapa kamu berhenti di sini Zay?" teriak Igho yang sedang membonceng Kayla.
Semua para gerombolan Igho ikut menghentikan motornya dan parkir menyamping di tempat itu.
Mereka kompak membuka helm kaca yang menjadi pengaman kepalanya.
Lalu mencari tempat duduk santai untuk mengistirahatkan tubuhnya yang penat siang itu.
Zayyan sama sekali tidak ikut duduk, dia hanya melipat tangannya di atas dada.
"Ada apa dengan kamu?" Igho mendekat.
"Gho. Aku tahu pasti kamu sudah merencanakan semua ini dari sebelumnya kan? Kamu pergi ke cafe bukan untuk minum kopi kan?" tanya Zayyan bermata merah.
"Kalau benar kenapa? Kamu keberatan?"
"Kamu keterlaluan Gho!"
"Owh, jadi kamu membelanya?"
"Bukannya begitu, tapi taruhannya pekerjaan Alyn,"
"Bodo amat, itu bukan urusan aku!"
"Dimana perasaan kamu gho?"
Igho menatap tajam ke arah Zayyan seolah tak terima pria yang ia sebut sebagai sahabat itu terus mencacinya.
"Terus mau kamu apa hah? Aku minta maaf pada dia? Jangan gila. Dia yang harus minta maaf kepadaku karena dia telah menghancurkan keluargaku!" protes Igho menaikan nada bicaranya.
Kayla merasa ada yang tidak beres hingga ia mendekat ke arah Igho dan Zayyan.
Kedua sahabat itu tak biasanya beradu mulut seperti itu.
"Ada apa ini?" tanya Kayla mendekat dan membiarkan teman lain beristirahat saja.
"Ini nih, si Zayyan. Masa dia pikir aku harus minta maaf pada cewek murahan itu? Malas banget aku melakukannya,"
"Gho! Alyn pasti sedang bersedih karena harus kehilangan pekerjaannya tadi?"
"Tapi, Igho ada benernya kok. Tadi Alyn juga yang salah. Kenapa dia tidak bisa menahan emosinya?" potong Kayla membela Igho dan berdiri di samping Igho.
"Kay, kenapa kamu jadi begini? Kamu tahu Alyn gak mungkin berbuat itu kalau Igho tak mencari masalah tadi?"
"Owh, jadi sekarang ini Aku yang mencari masalah? Bukan wanita culun itu?" sentak Igho.
"Benar, kalau Alyn gak masuk kedalam kehidupan Igho, mungkin semua masih tetap aman kaya dulu," ucap Kayla membantu Igho.
Itu ia lakukan bukan tanpa sebab. Kayla berbicara seperti itu karena ia memang menginginkan sesuatu dari Igho.
"Kamu bisa pikir sendiri, bagaimana kalau diri kita sendiri di hina di depan banyak orang? Kay?"
"Alah, dianya aja baperan."
"Gimana kalau hinaan itu membawa nama ibu dan ayah kamu? Kamu bakalan berbuat apa Kay? Apa kamu bisa tahan?" tanya Zayyan lagi seolah ingin membuka mata Kayla lebar-lebar.
"Aku-aku yang jelas gak bakalan jadi pegawai siapapun seperti Alyn. Jadi aku gak bakalan merasakan itu!" jawab Kayla dengan sombong setelah beberapa detik berpikir dan menimbang.
Tetap saja dia ada berada di kubu Igho.
"Kalian ini sama saja! Hati kalian sudah terbuat dari batu!"
"Terserah kamu mau bilang apa Zay!" ungkap Igho lalu ia kembali menunggangi motor besarnya.
Tanpa aba-aba lagi, Igho melesat secepat kilat pergi jauh meninggalkan semua teman-temannya.
Menggunakan motornya, Igho malah meninggalkan Kayla bersama teman-teman lain.
Igho yang labil ingin terus sendiri saja saat itu.
"Kamu lihat sendiri kan kalau Igho meninggalkan kamu Kay?" Zayyan sedikit menyentil Kayla.
"Bisa jadi Igho sedang ingin sendiri saat ini."
"Tapi, aku tegaskan sama kamu Kayla. Kamu jangan terlalu membela kesalahan Igho terus menerus. Itu hanya akan membuat Igho semakin kacau saja!"
"Heh, Zay! Jangan ikut campur urusan aku ya! aku gak suka. Aku bisa melihat siapa yang salah dan siapa yang benar di sini. Kamu jangan so suci Zay!"
Zayyan menelan air liurnya lekat mendengar wanita cantik seperti Kayla bisa sekasar itu.
'Igho? Kenapa kamu ninggalin aku sih?' pikir Kayla sedikit gusar di tengah percekcokan itu.