"Pantas saja igo membawa kita ke sini, pasti Igho merencanakan sesuatu," bisik Zayyan kepada teman laki-laki lainnya.
Para temannya hanya membalas dengan senyuman sinis saja, Karena pada dasarnya mereka tahu kalau igho menyukai Alyn dilihat dari manik matanya yang selalu berbinar ketika ada wanita itu.
"Aku hanya bercanda. Biarlah teman-temanku saja yang memesan semua makanan di sini. asalkan aku mau kamu yang melayani kami." pinta Igho.
Igho langsung mengeluarkan dompetnya yang tebal. Dikeluarkanlah kertas berwarna merah sebagai alat tukar di tempat itu.
"Ini untuk bayaran semuanya! kembaliannya kamu ambil saja untuk jajanan kamu!" ucap igo sedikit menyentil perasaan Alyn.
Alyn mengambil beberapa lembar uang itu, dengan terpaksa ia harus merendahkan dirinya demi pekerjaan yang ia jalani saat ini.
Tak peduli seberapa kencangnya igo menyindir dirinya, Iya tetap profesional berjalan ke dapur untuk menyediakan semua makanan yang dipesan.
"Jadi kamu ke sini gara-gara cewek itu?" tanya Kayla sedikit gusar.
"Apa maksud kamu Kayla?"
"Hmh jangan so' polos. Kelihatan sekali dari raut wajahmu kalau kamu menyukai dia. Kamu ke sini, untuk minum kopi atau mau bertemu dia sih?" tanya Kayla dengan sangat berani.
Igho merasa tersinggung dengan semua kata-kata Kayla yang menyayat hatinya.
Ia pun segera mengayunkan tangannya kembali memanggil alyn untuk mendekat ke meja itu lagi.
"Sini kamu!" sergah Igho pada Alyn.
"Ada yang masih mau di pesan?" tanya Alyn berbaik budi.
"Buatkan aku kopi terenak di tempat ini! Kamu yang harus bikin semuanya sendiri."
Alyn menggeleng kepalanya nampak penat melihat tingkah igo yang sangat angkuh.
"Baik Tuan Igho." jawab Alyn tegas hingga ia sedikit puas.
Kayla merasa terganggu dengan Igho yang selalu memantulkan pandangannya pada Alyn.
Sedangkan teman-teman lain terlihat santai menikmati suasana di tempat itu.
Alyn yang tidak mau mendapat protes dari pembelinya, bergerak cepat mempersiapkan semua makanan yang di pesan.
Sudah pasti dia akan kewalahan karena makanan yang harus ia bawa sangat banyak.
Apalagi Igho hanya mau dirinya yang melayani permintaannya.
Sebenarnya ia hanya tinggal jalan melenggang untuk menyuguhkan makanan itu, tapi alyn berdiam sesaat menarik nafasnya panjang untuk menyiapkan diri berhadapan dengan pria aneh itu lagi.
Ia memasang senyuman palsu agar tetap melakukan hal yang sepatutnya ia kerjakan sebagai seorang girls waiters.
Alyn pun bergegas berjalan melenggang menahan beban berat di tangannya.
Kini Alyn sudah penuh dengan nampan berisi banyak makanan.
Ia menyuguhkan satu persatu makanan itu sambil menekuk tengkuk lehernya.
Ia tak mau melihat wajah Igho lagi dengan memalingkan wajah melihat ke arah yang lain.
"Terimakasih, Lyn." ucap Zayyan sangat baik pada Alyn.
"Sama-sama!"
Igho yang sedari tadi menunggu moment itu sampai puncak lalu semakin geram melihat wajah Alyn hingga ketika Akun hendak pergi, tangan wanita itu di tahan Igho.
"Ada apalagi ini? Apa masih kurang?" tanya Akun sedikit berontak dari cengkraman Igho yang kuat.
Tiba-tiba saa Igho bangkit dari tempat duduknya sambil menguatkan cengkeramannya.
"Aku gak mau pesan apapun lagi dari kamu. Aku hanya ingin kamu keluar dari kehidupan keluargaku!" ucap Igho menaikan nada suaranya beberapa oktaf.
Ia terlihat sudah semakin marah hingga semua temannya terpaku tidak mengerti semua hal itu.
Semua para pengunjung cafe itu ikut bersarang melihat pertunjukan itu sedang berlangsung.
"Hai semua yang ada di sini. Asal kalian tahu semuanya, kalau ibu dari wanita ini sudah menggoda Ayahku. Padahal Ibuku baru meninggal beberapa hari yang lalu." ucap Igho mengegarkan seantero wilayah itu.
"Igho! Lepaskan!" sekuat tenaga Alyn berusaha meronta.
"Asal kau tahu kalau kamu tak usah capek-capek belajar dan mencari uang seperti ini kalau ibu kamu sudah memberi contoh, bagaimana caranya memiliki harta secara instan?"
"Igho! jaga mulut kamu!" Alyn sedikit memelas meminta agar pria itu menghentikan aksinya.
Tapi Igho semakin membabi buta mempermalukan Alyn di hadapan semua orang.
Jelas sekali Alyn sangat malu di perlakukan seperti itu oleh Igho.
"Kamu memang super. Untuk apa kamu amsih bekerja? Kamu sudah enak diam di rumah dan tinggal makan saja bukan? Sama seperti ibu kamu yang tidak tahu malu itu," ucap Igho lagi hingga di luar batas kesabaran Alyn
"Sadar! Igho! Kamu harus ingat dimana kamu sekarang berbicara!" ucap Alyn kesal sekali dan para temannya hanya ikut menontoni Alyn dengan Igho yang sedang beradu mulut.
"Alah, jadi wanita jangan so munafik!"
Alyn yamg naik pitam langsung menyanggah mangkuk berisi spaghetti di atas meja.
Di lemparkannya spaghetti itu tepat di atas dada Igho.
Hingga Igho tercengang kaget kalau Alyn bisa senekad itu.
Di susul dengan segelas moccalate di guyur tepat di atas kepala Igho.
"Rasakan ini. Itu semua aku lakukan hanya untuk membuat otak kamu bisa encer," ucap Alyn tak sadar kalau dirinya sedang di antara tempat ia bekerja.
Mulut Igho menganga karena itu baru pertama kalinya ia di perlakukan dengan tak senonoh oleh seorang wanita.
"Apa-apaan ini?" sergap seorang wanita tinggi ramping memakai blazer hitam dan di lengkapi oleh span hitam di atas lutut.
Alyn seketika bergetar kaget saat melihat manager Lie datang menghampiri mereka.
Wanita yang selalu tegas dalam peraturan itu jelas menyalahkan Alyn sebagai pelayan yang sudah membuat cafe itu berantakan.
Wanita itu memasang wajah gahar melirik ke arah Alyn, alu ia melarikan pandangannya ke arah Igho yang sedang menyibak kotoran si atas dadanya.
"Maafkan atas kesalahan waiters kami yang belum bisa melayani kalian dengan baik. Kami akan mengganti rugi semua ini,"
"Tidak! Aku tidak butuh permintamaafan anda, melainkan anda harus memecat wanita ini sekarang juga!"
Deg.
Alyn hampir kehilangan separuh hatinya saat mendengar ucapan Igho sejahat itu.
"Tapi, Bu." Alyn berusaha untuk menjelaskan semuanya, tapi manager itu sudah terlanjur mengangkat tangannya mengutarakan sebuah keberatan pada Alyn.
"Baiklah, kalau anda tidak menerima perminta maafan dari kami, maka kami akan memecat Alyn saja dari tempat ini!"
"Ta-tapi Bu?"
"Tidak ada tapi-tapian, kemasi barang kamu!"
Tak terasa air mata Alyn terjatuh begitu saja ketika mendengar kalau dirinya sudah di pecat di tempat itu.
Di saksikan oleh beberapa temannya, Alyn terisak merasakan sakit yang mendalam seperti sedang di pukul oleh palu besar.
"Puas, kamu Igho? Puas?"
Tanpa ada basa-basi lain lagi, Alyn pergi dari pandangan Igho juga teman-temannya sambil terus berderai air mata.
Bagaimana ia tidak merasa kehilangan. Perjuangannya untuk setia di cafe itu selama bertahun-tahun musnah gara-gara seorang Igho.
Alyn berusaha tetap bertahan meski ia harus rela kehilangan pekerjaannya saat ini.