"Morning, Pa," sapa Alyn pagi harinya.
"Morning, Sayang." Manaf menyahuti.
Alyn tersenyum lebar kepada papanya sambil duduk di samping laki-laki paruh baya itu. Hari masih terlalu pagi sehingga Alyn dan Manaf memiliki waktu untuk bersantai sebelum pergi ke kantor.
"Papa mau teh?" tawar Alyn.
"Boleh, dari tadi Papa nungguin bibi tapi belum kelihatan juga," ujarnya.
"Lagi beli sayur mungkin, Pa." Alyn menyahuti, "aku buatkan dulu, ya."
"Jangan terlalu manis, Lyn," kata Manaf mengingatkan.
Gadis itu tersenyum tipis, seraya melangkah menuju dapur. Tidak lama kemudian—Igho keluar dari kamarnya. Wajah bangun tidurnya tidak begitu buruk meskipun belum tersapu air sama sekali. Bahkan, Igho tampak masih berkedip-kedip sambil mencari jalan menuju dapur.
Manaf memperhatikan putranya karena jalan sempoyongan. Beliau geleng-geleng keheranan, tapi Igho tidak menyadarinya.