Keesokkan harinya H-2 sebelum Felisha libur.
"Morning.. nih americano pesenan loe." Ucap Nia saat masuk ke apartemen Feli. Nia, Lisa dan Jihan memang di beritahu password apartemen Feli. "Tumben banget gak minum latte atau caramel machiato?"
"Thanks." Ujar Felisha sambil nenyeruput kopi pahit tersebut. "Em.. pait.." ujar Felisha lalu berlari ke arah dapur.
"Ya ialah Fe, tadi aja mas baristanya kayak yakinin gue lagi. Bener nih mba americano gak latte atau machiato? Ya gue mau jawab apa, emang loe pesennya americano kan."
"Gue lagi belajar kurangin gula, katanya americano bagus buat diet." Felisha kembali dari dapur dengan gelas air minum di tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya memegang americano. Dia mencoba meminum kopi tersebut setelah tertelan dia kembali minum air putih.
"Katanya mau diet barengan kok udah curi start? Trus cara minumnya gitu? di selang seling sama air putih?"
Agak lucu memang melihat Felisha menghabiskan americanonya, bukannya menikmati kopi pahit tersebut yang ada perutnya sakit karna kembung minum air.
"Ya enggak, ini cuman trik gue aja."
"Hahaha.. ih aneh loe mah. Dah besok pesen yang lain aja.." ucap Nia lalu duduk lesehan di meja ruang tamu. Dia mengeluarkan laptop dan notes dari tasnya.
Tidak lama kemudian Lisa datang, "pagi.. loh loe minum kopi hitam? Tumben banget, emang bisa?" Ledek Lisa sebelum berbelok ke dalam kamar tempatnya bekerja.
"Ish samanya tukang ngeledek, gue lagi ngerubah habit nih. Dukung donk.."
"Oke, semangat ya kaka." Teriak Lisa keras sebelum masuk ke kamar dan menutup pintunya.
"Hah.. abis juga akhirnya.." ujar Felisha lalu menuju tempat sampah yang ada di lemari dapur.
"Loe udah sarapan Fe?" Tanya Nia setelah selesai mengecek jadwal Felisha.
"Belom." Ujar Felisha enteng sambil merebahkan diri di sofa panjang, benar saja perutnya kembung.
"Wah siap-siap aja maag loe kambuh."
"Sok tau." Ujar Feli sambil meraih handphonenya yang tergeletak di meja.
"Gue inget loe pernah pingsan karna maag loe kambuh gara-gara gak sarapan malah minum kopi."
"Ya semoga aja engga," ucapnya sambil mengamati layar handphone. "eh Jihan telpon." Segera Feli menekan tombol jawab.
Felisha duduk di sebelah Nia yang sedang memainkan handphone. "Dadakan banget Ji, biasanya kalo ketemu brand gitu gak mungkin sebentar kan, jadwal gue gak bisa di geser kan? Hari ini padat banget loh, Nia sama Lisa aja udah sampai sini dari jam 7."
"Ia Fe, tapi yang ngomong langsung pimpinannya gue gak enak nolaknya. Gue udah kasih alesan macem-macem, dia bilang setengah jam aja gak bakal lebih. Malam ini jam 8 di restoran korean barbeque favorit loe."
"Duh.. berantakan semua donk, gue harus beresin kerjaan gue sebelum jam 8 ini donk."
"Ya mau gimana lagi, sorry gue gak bisa berbuat banyak. Bossnya suka banget sama video loe, katanya penjualan lipstiknya jadi meningkat. Makanya mereka mau perpanjang karna loe mau libur entah berapa lama jadi bossnya yang inisiatif buat percepat, katanya sekalian tanda tangan kontraknya."
"Ya udah deh, loe ikut kan Ji. Nia juga gue ajak entar. Gue berangkat dari sini setelah maghrib, takut macet."
"Oke, kita ketemu disana aja langsung yah."
"Oke, bye." Pip telpon di tutup.
"Kenapa?" Tanya Nia.
"Entar malem ikut ke restoran korean barberque langganan gue yah, pimpinannya Cantik mau ajuin kontrak baru. Katanya respon video endors kemarin bagus."
"Kok dadakan?"
"Nah itu juga pertanyaan gue, gak tau lah. Udah di ia-in juga sama Jihan. Udah kita jalan aja, tar loe pakai baju gue, gak mungkin kan ketemu klien pake tshirt sama sendal jepit."
"Sekalian yah gue numpang mandi kalo gitu,"
"Iya iya.. silahkan, duh perut gue kok mual yah." Ucap Felisha sambil meraba perutnya.
"Bener kan gue bilang, obat maag loe masih ada?"
"Ada kayaknya di kamar." Felisha berjalan sambil sedikit membungkuk memegangi perutnya yang sedikit tidak nyaman.
*****
Setelah tidur beberapa jam karna maag akhirnya Felisha bersiap pergi ke janji temunya bersama Nia.
"Pucet banget gak sih muka gue?" Felisha sudah mandi dan keramas karna tadi tubuhnya berkeringat. Felisha sudah berpakaian blouse biru muda dan celana panjang hitam.
"Pakai blush on aja yang warna peach atau pink biar ada ronanya." Ujar Nia yang sedang mengeringkan rambut Felisha. Biasanya Felisha melakukannya sendiri, walaupun Nia adalah asisten tapi biasanya untuk hal-hal seperti make up atau styling rambut akan di lakukan sendiri. Nia lebih kepada menyiapkan produk untuk foto endors setelah itu menemani Felisha pergi. Karna Felisha terbiasa make up jadi dia lebih enak melakukannya sendiri.
"Aduh masih lemes nih badan gue, gila ya sampe merinding loh gue gak nyangka sekalinya kambuh bisa kayak gitu efeknya."
"Minum lagi deh obatnya Fe, buat jaga-jaga. Kalau nanti selesai meeting masih sakit, kita ke rumah sakit aja ya."
"Ia, nanti di jalan gue minum sekalian bawa air anget." Ucapnya sambil memasukkan obatnya dan beberapa hal yang di perlukan ke dalam tas mungilnya. "Yuk udah jam 7, takut macet." Ujar Felisha dia jalan cepat dari kamar menuju lemari sepatu yang terletak di lorong pintu masuk memilih 1 flat shoes dan memberikan ruang untuk Nia memilih sepatu yang akan di pilihnya. Kerjaan Lisa sudah selesai dari jam 4 sehingga dia sudah pulang dari sore.
*****
Ternyata pimpinan Brand Cantik tidak suka berbasa basi, di perjalanan Felisha di kirimkan salinan kontrak kerja sama ke dalam emailnya untuk di baca.
Sampainya di restoran setelah berkenalan dan berbincang sedikit, Felisha menandatangani kontrak tersebut.
"Ada lagi yang perlu di pertanyakan?" Ujar Ardi yang merupakan pimpinan brand Cantik di sebelahnya ada Raya.
"Cukup jelas Pak." Ujar Felisha daging yang sudah di panggang Nia terasa tidak begitu menarik karna sakit yang masih menusuk di perutnya belum juga hilang.
"Nanti kalau ada yang di pertanyakan jangan segan telpon saya saja ya Feli, saya yang bertanggung jawab dengan produk ini."
"Ia bu eh Kak."
Raya hanya terpaut 3 tahun di atas Felisha. Saat pertemuan pertama dia sendiri yang meminta Felisha memanggilnya kakak, dia tidak ingin terlihat tua walaupun mereka berada di kantor.
"Lo gak papa Fe? Masih sakit?" Ucap Nia pelan.
Felisha hanya mampu mengangguk. Dia memegang sumpit dan mencoba mulai makan. Dia tidak mau di pandang tidak sopan karna tidak makan makanan yang sudah di sediakan kliennya.
"Gue pasti bisa, tinggal 10 menit. Gue harus makan walau sedikit." Felisha mensugestikan dirinya sendiri walau keringat kecil mulai muncul di dahinya.
Makan malam selesai tepat 30 menit, Ardi sang pimoinan Cantik ternyata sangat mampu berbaur dengan baik. Mereka mengobrol layaknya teman sebaya. Dari perbincangan tersebut di ketahui bahwa usia Ardi sama dengan Raya. Mereka pernah 1 kampus hanya tidak dekat.
"Kalian pulang naik apa?" Tanya Ardi saat di luar restoran.
"Naik mobil pak." Jawab Felisha.
"Oke.. kalian duluan saja."
"Baik pak, terima kasih makan malamnya." Ujar Felisha
"Terima kasih pak." Ucap Nia kemudian.
Baru beberapa langkah Felisha bersender kepad Nia, tampak lemas.
"Fe, masih sakit?"
Felisha tidak menjawab. Mukanya sudah pucat.
"Tahan ya, kita ke rumah sakit dulu."
"Bawa ke apartemen saya saja." Terdengar suara pria.
*****